Surah Asy-Syu’ara Ayat 69-77; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Asy-Syu'ara Ayat 69-77

Pecihitam.org – Kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 69-77 ini, Allah menyuruh Nabi Muhammad menceritakan kepada kaum musyrik Mekah kisah Nabi Ibrahim sebagai pengajaran bagi seluruh umatnya. Mereka diharapkan supaya mencontoh dan meneladani sifat-sifat mulia yang menghiasi pribadi Nabi Ibrahim.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ibrahim menganggap penyembahan berhala itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Ia menanyakan kepada bapak dan kaumnya apa alasan mereka mengabdikan diri kepada tuhan-tuhan yang tidak mengerti apa-apa.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Asy-Syu’ara Ayat 69-77

Surah Asy-Syu’ara Ayat 69
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ

Terjemahan: Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.

Tafsir Jalalain: وَاتْلُ عَلَيْهِمْ (Dan bacakanlah kepada mereka) yakni orang-orang kafir Mekah نَبَأَ (kisah) berita إِبْرَاهِيمَ (Ibrahim) kemudian dijelaskan oleh Badalnya, yaitu:.

Tafsir Ibnu Katsir: Ayat ini merupakan kabar dari Allah Ta’ala tentang hamba, Rasul dan kekasih-Nya, yaitu Ibrahim, imamnya orang-orang yang hanif. Allah Ta’ala memerintahkan Rasul-Nya, yaitu Muhammad saw. untuk membacakan hal itu kepada umatnya agar mereka menteladani beliau dalam keikhlasan, tawakkal dan pengabdiannya kepada Allah yang Mahaperkasa, Yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan sikap membebaskan diri dari perilaku syirik dan para penganutnya.

Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memberikan Ibrahim petunjuk-Nya sejak dahulu, yaitu sejak masa kecilnya hingga masa dewasanya. Karena, sejak masa pertumbuhan dan masa mudanya dia sudah mengingkari kaumnya untuk menyembah berhala-berhala serta menyekutukan Allah swt.

Tafsir Kemenag: Allah menyuruh Nabi Muhammad menceritakan kepada kaum musyrik Mekah kisah Nabi Ibrahim sebagai pengajaran bagi seluruh umatnya. Mereka diharapkan supaya mencontoh dan meneladani sifat-sifat mulia yang menghiasi pribadi Nabi Ibrahim.

Beliau adalah seorang yang ikhlas dalam beramal, tawakal, dan senantiasa menyembah Allah Yang Maha Esa. Beliau dianugerahi Allah kecerdasan otak sejak kecil sebagai suatu pemberian yang layak diterima oleh seorang rasul. Hal itulah yang menyebabkan Ibrahim selalu menentang kaumnya (termasuk bapaknya) yang menyembah berhala yang mereka perlakukan sebagai tuhan.

Tafsir Quraish Shihab: Dan tuturkanlah kepada orang-orang kafir, wahai Muhammad, kisah Ibrahim `alaihis salam.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 70
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ

Terjemahan: Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?”

Tafsir Jalalain: إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ (Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Apakah yang kalian sembah?”).

Tafsir Ibnu Katsir: إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ (“Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: ‘Apakah yang kamu sembah?’”) yakni apakah patung-patung yang kalian kelilingi ini?

Tafsir Kemenag: Ibrahim menganggap penyembahan berhala itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Ia menanyakan kepada bapak dan kaumnya apa alasan mereka mengabdikan diri kepada tuhan-tuhan yang tidak mengerti apa-apa. Sebenarnya beliau bukan tidak mengetahui apa sesungguhnya hakikat berhala yang disembah itu, namun Ibrahim ingin sekadar mendengar dari mulut mereka alasan kongkrit dari penyembahan semacam itu.

Menurut ahli sejarah, patung-patung sembahan mereka itu terbuat dari emas dan perak, dan ada juga dari tembaga dan besi. Oleh karena itu, mereka merasa bangga dengan tuhan hasil ciptaannya. “Apa sebabnya kamu mempertuhankan patung-patung itu?” tanya Ibrahim.

Baca Juga:  Surah Ar-Rum Ayat 30-32; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Tatkala ia berkata kepada bapak dan kaumnya, “Sembahan apa yang, sebenarnya, tak patut kalian sembah ini?” Ibrahim melontarkan pertanyaan ini untuk mencerca kecenderungan penyembahan mereka terhadap berhala-berhala.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 71
قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ

Terjemahan: Mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya”.

Tafsir Jalalain: قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا (Mereka menjawab, “Kami menyembah berhala-berhala) mereka menjelaskan perbuatannya secara terang-terangan supaya berhala-berhala itu disukai olehnya فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ (dan kami senantiasa tekun menyembahnya”) maksudnya kami selalu menyembahnya; sepanjang siang dengan tekun, mereka menambahkan jawabannya dengan maksud membanggakan diri mereka terhadap Nabi Ibrahim.

Tafsir Ibnu Katsir: قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ (“Mereka menjawab: ‘Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya.’”) yaitu, diam bersemedi dalam menyembah dan memohon kepadanya.

Tafsir Kemenag: Pertanyaan itu dijawab kaumnya dengan sikap sombong, “Memang kami ini adalah penyembah berhala. Seluruh hidup dan kehidupan kami, dengan rela kami baktikan kepadanya.” Menurut ahli tafsir, kaum Nabi Ibrahim tersebut melakukan penyembahan terhadap berhala pada siang hari saja. Mereka sangat tekun dan khusyuk menyembahnya.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka, dengan bangga, menjawab, “Kami tengah menyembah berhala-berhala. Kami akan senantiasa melakukannya sebagai penghormatan dan pemuliaan terhadap berhala-berhala itu.”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 72
قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ

Terjemahan: Berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?,

Tafsir Jalalain: قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ (Berkata Ibrahim, “Apakah berhala-berhala itu mendengar seruan kalian di waktu) ketika تَدْعُونَ (kalian berdoa kepadanya?).

Tafsir Ibnu Katsir: قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ (“berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar [doa]mu sewaktu kamu berdoa [kepadanya]?.

Tafsir Kemenag: Mendengar keterangan itu, bertambah yakinlah Ibrahim bahwa kepercayaan tersebut bukanlah berdasarkan alasan yang masuk akal. Mulailah beliau berpikir bagaimana caranya untuk meluruskan kembali jalan pikiran kaumnya yang telah sesat itu. Tugas beliau yang utama ialah mengembalikan mereka kepada ajaran tauhid.

Ibrahim bertanya lagi, apakah berhala-berhala tersebut dapat mendengar permohonan yang diucapkan mereka. Hal demikian beliau persoalkan untuk menguji sampai di manakah logika mereka dapat dipergunakan untuk memahami ucapan dan perbuatan dalam bentuk doa-doa kepada berhala tersebut.

Sebab andaikata yang disembah itu saja tidak mendengar, bagaimana pula ia bisa mengabulkan permohonan yang diajukan kepadanya. Tegasnya bagaimana mungkin dipahami dengan benar hakikat peribadatan seperti itu kalau otak mereka tidak bisa mencerna dengan baik tujuan penyembahan terhadap berhala-berhala itu.

Tafsir Quraish Shihab: Untuk mengingatkan kerancuan berpikir mereka, Ibrahim bertanya, “Adakah berhala-berhala itu dapat mendengarkan dan mengabulkan doa-doa kalian?”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 73
أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ

Terjemahan: atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?”

Tafsir Jalalain: أَوْ يَنفَعُونَكُمْ (Atau dapatkah mereka memberi manfaat ke pada kalian) jika kalian menyembahnya أَوْ يَضُرُّونَ (atau memberi mudarat?”) kepada diri kalian, jika kalian tidak menyembahnya.

Baca Juga:  Surah Ibrahim Ayat 5; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ (atau [dapatkah] mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?).

Tafsir Kemenag: Rangkaian pertanyaan Ibrahim itu selanjutnya ialah apakah betul tuhan-tuhan yang mereka sembah itu dapat mendatangkan faedah dalam kehidupan. Bisakah ia memberi rezeki, makan, dan minum andaikata ia betul-betul tuhan yang mahakuasa? Sebaliknya bisa pulakah ia melepaskan kaum pemujanya dari bala dan musibah yang menimpa mereka?.

Tafsir Quraish Shihab: Adakah berhala-berhala itu, lanjut Ibrahim, “dapat memberikan kebaikan jika kalian menaati mereka? Atau sebaliknya, dapatkah mereka mendatangkan keburukan jika kalian menentang mereka?”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 74
قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ

Terjemahan: Mereka menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian”.

Tafsir Jalalain: قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (Mereka menjawab, “Sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian”) yakni mereka melakukan sebagaimana apa yang kami lakukan sekarang ini.

Tafsir Ibnu Katsir: قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (mereka menjawab: “[Bukan karena itu] sebenarnya Kami mendapati nenek moyang Kami berbuat demikian.”) Mereka mengakui bahwa berhala-berhala mereka tidak dapat melakukan itu semua. mereka melakukannya hanya karena mereka melihat nenek moyang mereka melakukan hal-hal yang sama. Dan mereka hanya mengikuti jejak-jejak nenek moyang mereka.

Tafsir Kemenag: Pertanyaan-pertanyaan itu mereka jawab sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Namun demikian, pada akhirnya Ibrahim mengetahui motif sesungguhnya dari penyembahan itu, yaitu merupakan tradisi yang diwarisi dari nenek moyang mereka. “Kami hanya mendapati nenek moyang kami berbuat demikian, dan kebiasaan itulah yang kami ikuti,” jawab mereka dengan tegas kepada Ibrahim.

Tafsir Quraish Shihab: Mereka menjawab, “Mereka memang tidak dapat melakukan semua itu. Tetapi kami mendapatkan para nenek moyang kami melakukan penyembahan yang kami lakukan ini. Kami hanya sekadar mengikuti apa yang telah mereka lakukan.”

Surah Asy-Syu’ara Ayat 75
قَالَ أَفَرَأَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ

Terjemahan: Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah,

Tafsir Jalalain: قَالَ أَفَرَأَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ (Ibrahim berkata, “Maka apakah kalian telah memperhatikan apa yang selalu kalian sembah).

Tafsir Ibnu Katsir: Dan saat itulah Ibrahim berkata kepada mereka: قَالَ أَفَرَأَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ ( (“Ibrahim berkata: ‘Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah,)

Tafsir Kemenag: Jawaban tersebut tidak memuaskan beliau. Perbuatan-perbuatan taklid yang tidak ada dasarnya itu harus diberantas. Cara membasminya dengan jalan menyadarkan pikiran mereka akan kekeliruan mereka dan nenek moyangnya.

Ibrahim mengingatkan apakah hal itu tidak pernah terpikirkan dan tidak pernah terlintas dalam ingatan untuk menganalisa dan merenungkan perbuatan yang hanya semata-mata mencontoh itu.

Tafsir Quraish Shihab: Untuk membungkam mulut mereka, Ibrahim berkata, “Tidak berpikirkah kalian, sehingga kalian mengetahui hakikat berhala-berhala yang disembah,

Baca Juga:  Surah Az-Zukhruf Ayat 21-25; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Surah Asy-Syu’ara Ayat 76
أَنتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ

Terjemahan: kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?,

Tafsir Jalalain: أَنتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ (Kalian dan nenek moyang kalian yang dahulu?).

Tafsir Ibnu Katsir: أَنتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ (kamu dan nenek moyang kamu dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Rabb semesta alam.’”) jika berhala-berhala tersebut memiliki sesuatu yang dapat berpengaruh, maka ia pasti akan memberikan keburukan bagiku. Karena aku adalah musuhnya yang tidak mempedulikan dan tidak memikirkannya.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, beliau menegaskan bahwa mereka atau para leluhurnya adalah manusia-manusia yang tidak mau mempergunakan pikiran. Sebab ternyata patung-patung yang dipuja itu tidak dapat mendengar, apalagi memahami apa yang diminta kepadanya. Lebih dari itu, patung-patung itu tidak bisa mendatangkan manfaat atau menolak bahaya. Fungsinya semata-mata barang ciptaan manusia belaka yang tidak seyogyanya dijadikan sebagai sesembahan.

Tafsir Quraish Shihab: oleh kalian dan para nenek moyang sebelum kalian? Adakah berhala-berhala itu patut disembah atau tidak?
Jika kalian memikirkan hal ini secara saksama, niscaya kalian menyadari bahwa selama ini kalian berada dalam kesesatan yang nyata.

Surah Asy-Syu’ara Ayat 77
فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلَّا رَبَّ الْعَالَمِينَ

Terjemahan: karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam,

Tafsir Jalalain: فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي (Karena sesungguhnya apa yang kalian sembah itu adalah musuhku) aku tidak menyembah mereka إِلَّا (melainkan) aku hanya menyembah رَبَّ الْعَالَمِينَ (Rabb semesta alam).

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman-Nya: فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلَّا رَبَّ الْعَالَمِينَ (Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Rabb semesta alam.’”) jika berhala-berhala tersebut memiliki sesuatu yang dapat berpengaruh, maka ia pasti akan memberikan keburukan bagiku. Karena aku adalah musuhnya yang tidak mempedulikan dan tidak memikirkannya.

Dan firman-Nya: وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: ‘Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi [aku beribadah kepada] Rabb Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.’

Dan Ibrahim menjadikan kalimat tauhid.” (az-Zukhruf: 26-28). Yaitu kalimat “Laa ilaaHa illallaaH” (tidak ada Ilah yang berhak diibadahi [dengan benar] kecuali Allah).

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Asy-Syu’ara Ayat 69-77 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S