Surah At-Taghabun Ayat 14-18; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah At-Taghabun Ayat 14-18

Pecihitam.org – Kandungan Surah At-Taghabun Ayat 14-18 ini, Allah menerangkan bahwa cinta terhadap harta dan anak adalah cobaan. Jika tidak berhati-hati, akan mendatangkan bencana. Tidak sedikit orang, karena cintanya yang berlebihan kepada harta dan anaknya, berani berbuat yang bukan-bukan dan melanggar ketentuan agama.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah Maha Mengetahui yang gaib apalagi yang tampak. Apa saja yang dikerjakan oleh manusia, semuanya tercatat dan tersimpan di sisi-Nya. Tidak satu pun yang luput sekalipun sebesar biji sawi.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah At-Taghabun Ayat 14-18

Surah At-Taghabun Ayat 14
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّ مِنۡ أَزۡوَٰجِكُمۡ وَأَوۡلَٰدِكُمۡ عَدُوًّا لَّكُمۡ فَٱحۡذَرُوهُمۡ وَإِن تَعۡفُواْ وَتَصۡفَحُواْ وَتَغۡفِرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Terjemahan: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Tafsir Jalalain: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّ مِنۡ أَزۡوَٰجِكُمۡ وَأَوۡلَٰدِكُمۡ عَدُوًّا لَّكُمۡ فَٱحۡذَرُوهُمۡ (Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istri kalian dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka berhati-hatilah kalian) janganlah kalian menaati mereka sehingga menyebabkan kalian ketinggalan tidak mau melakukan perbuatan yang baik, seperti berjihad dan berhijrah. Karena sesungguhnya latar belakang turunnya ayat ini adalah karena menaatinya.

وَإِن تَعۡفُواْ (dan jika kalian meaafkan) mereka yang telah memperlambat kalian untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, karena alasan bahwa mereka merasa berat berpisah dengan kalian وَتَصۡفَحُواْ وَتَغۡفِرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (dan tidak memarahi serta mengampuni, mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya mengabarkan tentang istri-istri dan anak-anak. Di antara mereka ada yang menjadi musuh suami dan ayah. Maksudnya, istri atau anak yang dapat menjadikan seseorang lalai dari berbuat amal shalih. Yang demikian itu sama seperti firman Allah yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa yaang melakukan hal tersebut, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (al-Munafiquun: 9)

Oleh karena itu di sini Allah berfirman: فَٱحۡذَرُوهُمۡ (“Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.”) Ibnu Zaid mengatakan: “Maksudnya, terhadap agama kalian.”)

Dan mengenai firman Allah: إِنَّ مِنۡ أَزۡوَٰجِكُمۡ وَأَوۡلَٰدِكُمۡ عَدُوًّا لَّكُمۡ (“Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu.”) Mujahid mengatakan: “Seorang laki-laki dapat terseret kepada pemutusan tali kekeluargaan atau juga durhaka kepada Rabbnya. Dan seorang laki-laki tidak mampu berbuat apa-apa karena hatinya telah dikuasai rasa cinta kepada seseorang selain menuruti semua yang diinginkannya.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dan dia pernah ditanya tentang ayat ini: إِنَّ مِنۡ أَزۡوَٰجِكُمۡ وَأَوۡلَٰدِكُمۡ عَدُوًّا لَّكُمۡ فَٱحۡذَرُوهُمۡ (“Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.”) dia mengatakan, mereka adalah orang-orang yang menyatakan diri masuk Islam dari kota Makkah, kemudian mereka hendak bertemu dengan Rasulullah saw., namun anak-anak dan istri-istri mereka menolaknya.

Setelah mereka mendatangi Rasulullah saw. mereka melihat orang-orang telah mendalami ilmu agama. Kemudian mereka bermaksud untuk memberikan hukuman kepada istri dan anak mereka, maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini: وَإِن تَعۡفُواْ وَتَصۡفَحُواْ وَتَغۡفِرُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni [mereka], maka sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan bahwa ada di antara istri-istri dan anak-anak yang menjadi musuh bagi suami dan orang tuanya yang mencegah mereka berbuat baik dan mendekatkan diri kepada Allah, menghalangi mereka beramal saleh yang berguna bagi akhirat mereka.

Bahkan adakalanya menjerumuskan mereka kepada perbuatan maksiat, perbuatan haram yang dilarang oleh agama. Karena rasa cinta dan sayang kepada istri dan anaknya, agar keduanya hidup mewah dan senang, seorang suami atau ayah tidak segan berbuat yang dilarang agama, seperti korupsi dan lainnya.

Oleh karena itu, ia harus berhati-hati, dan sabar menghadapi anak istrinya. Mereka perlu dibimbing, tidak terlalu ditekan, sebaiknya dimaafkan dan tidak dimarahi, tetapi diampuni. Allah sendiri pun Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya: Tetapi jika kamu bersabar, itu lebih baik bagimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (an-Nisa’/4: 25).

Tafsir Quraish Shihab: Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, yaitu dengan memalingkan kalian dari taat kepada Allah untuk memenuhi keinginan mereka.

Baca Juga:  Surah Thaha Ayat 95-98; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Maka berhati-hatilah kalian terhadap mereka. Jika kalian memaafkan kesalahan mereka, tidak memarahi dan menutupi kesalahan mereka itu, niscaya Allah akan mengampuni kalian. Allah sungguh Mahaluas ampunan dan Mahaluas rahmat.

Surah At-Taghabun Ayat 15
إِنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٌ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٌ

Terjemahan: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Tafsir Jalalain: ِإِنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٌ (Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah cobaan) bagi kalian yang melupakan kalian dari perkara-perkara akhirat وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٌ (dan di sisi Allah lah pahala yang besar) maka janganlah kalian lewatkan hal ini, karena kalian sibuk dengan harta benda dan anak-anak kalian.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah: إِنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٌ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٌ (“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan [bagimu], di sisi Allah-lah pahala yang besar.”) Allah berfirman: “Sesungguhnya harta benda dan anak itu adalah fitnah.” Artinya harta dan anak itu akan menjadi bahan ujian dan cobaan dari Allah Ta’ala bagi makhluk-Nya agar Dia mengetahui siapakah hamba-hamba-Nya yang taat dan yang durhakan kepada-Nya.

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa cinta terhadap harta dan anak adalah cobaan. Jika tidak berhati-hati, akan mendatangkan bencana. Tidak sedikit orang, karena cintanya yang berlebihan kepada harta dan anaknya, berani berbuat yang bukan-bukan dan melanggar ketentuan agama.

Dalam ayat ini, harta didahulukan dari anak karena ujian dan bencana harta itu lebih besar, sebagaimana firman Allah: Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup. (al-‘Alaq/96: 6-7)

Dijelaskan pula dalam sabda Nabi saw. Sesungguhnya bagi tiap-tiap umat ada cobaan dan sesungguhnya cobaan umatku (yang berat) ialah harta, (Riwayat Ahmad, at-Tirmidhi, ath-thabrani, dan al-hakim, dari Ka’ab bin ‘Iyadh) Kalau manusia dapat menahan diri, tidak akan berlebihan cintanya kepada harta dan anaknya, jika cintanya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada yang lain, maka ia akan mendapat pahala yang besar dan berlipat ganda.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya harta dan anak kalian itu adalah cobaan. Allah memiliki balasan amat besar yang diperuntukkan bagi mereka yang lebih mengutamakan taat kepada Allah.

Surah At-Taghabun Ayat 16
فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ وَٱسۡمَعُواْ وَأَطِيعُواْ وَأَنفِقُواْ خَيۡرًا لِّأَنفُسِكُمۡ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

Terjemahan: “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Tafsir Jalalain: فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ (Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian) ayat ini memansukh firman-Nya, “Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imran 102) وَٱسۡمَعُواْ (dan dengarlah) apa yang telah diperintahkan kepada kalian, dengan pendengaran yang dibarengi dengan rasa menerima apa yang kalian dengar.

وَأَطِيعُواْ (serta taatlah) kepada Allah وَأَنفِقُواْ (dan nafkahkanlah) di jalan ketaatan خَيۡرًا لِّأَنفُسِكُمۡ (nafkah yang baik untuk diri kalian) lafal khairan berkedudukan menjadi khabar dari lafal yakun yang keberadaannya diperkirakan, dan sekaligus menjadi jawab dari amar, yakni niscaya pahalanya buat diri kalian sendiri.

وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung) orang-orang yang memperoleh keberuntungan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ (“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.”) maksudnya berdasarkan usaha dan tenaga kalian, sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab ash-Shahihain, dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Jika aku perintahkan kalian untuk mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah semampu kalian, dan apa yang aku larang bagi kalian, maka tinggalkanlah.”

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa sebagaimana yang diriwayatkan Imam Malik dari Zaid bin Aslam, bahwa ayat ini menaskh [menghapus] ayat yang terdapat dalam surah Ali ‘Imraan, yaitu firman Allah: (“Hai orang-orang ang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan benar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-sekali kamu mati melainkan dalam kedaan beragama Islam.”) (Ali ‘Imraan: 102)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair mengenai firman Allah Ta’ala: (“Hai orang-orang ang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan benar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-sekali kamu mati melainkan dalam kedaan beragama Islam.”) dia mengatakan:

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 25; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

“Setelah ayat ini turun, orang-orang gencar melakukan amal. Mereka melakukan shalat sampai kaki mereka bengkak dan kening mereka terluka. Lalu Allah Ta’ala menurunkan ayat ini sebagai keringanan bagi orang-orang muslim.

فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ (“Maka bertakwalah kemu kepada Allah menurut kesanggupanmu.”) dengan demikian ayat yang terdapat di dalam surah Ali ‘Imraan itu dihapuskan oleh ayat ini. Hal yang sama juga diriwayatkan dari Abul ‘Aliyah, Zaid bin Aslam, Qatadah, ar-Rabi’ bin Anas, as-Suddi, dan Muqatil bin Hayyan.

Dan firman Allah Ta’ala: وَٱسۡمَعُواْ وَأَطِيعُواْ (“Dengarlah serta taatlah.”) maksudnya, jadilah kalian tunduk patuh kepada apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kalian, dan janganlah kalian melakukan pembangkangan. Dan janganlah kalian lancang terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta janganlah kalian berani melanggar apa yang telah diperintahkan kepada kalian, jangan pula kalian mengerjakan apa yang kalian telah dilarang mengerjakannya.

Firman Allah: وَأَنفِقُواْ خَيۡرًا لِّأَنفُسِكُمۡ (“dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.”) maksudnya, dermakanlah sebagian rizky yang telah dianugerahkan Allah kepada kalian bagi kaum kerabat, fakir miskin, dan orang-orang yang membutuhkan. Dan berbuat baiklah kepada semua makhluk Allah, sebagaimana Allah Ta’ala berbuat baik kepada kalian, maka yang demikian itu lebih baik bagi kalian di dunia dan akhirat. Dan sebaliknya jika kalian tidak mengerjakannya, maka yang demikian itu akan menjadi keburukan bagi kalian di dunia dan di akhirat.

Firman Allah Ta’ala lebih lanjut: وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (“Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”) penafsiran penggalan ayat ini telah dikemukakan di surah al-Hasyr, yang disertai dengan hadits-hadits yang mempunyai makna sejalan dengan ayat tersebut.

Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan agar manusia yang mempunyai harta, anak, dan istri bertakwa kepada-Nya sekuat tenaga dan kemampuannya, sebagaimana dijelaskan oleh sabda Nabi saw: Apabila saya perintahkan kamu dengan sesuatu maka laksanakanlah dengan maksimal dan apa yang saya larang melakukannya, maka jauhilah ia. (Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Dalam firman Allah juga dijelaskan: Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (Ali ‘Imran/3: 102) Selanjutnya Allah memerintahkan orang-orang beriman agar mendengar dan patuh kepada perintah Allah dan rasul-Nya.

Tidak terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya, sehingga melanggar apa yang dilarang agama. Harta benda agar dibelanjakan untuk meringankan penderitaan fakir miskin, menolong orang-orang yang memerlukan pertolongan, dan untuk membantu berbagai kegiatan yang berguna bagi umat dan agama, yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Yang demikian itu jauh lebih baik daripada menumpuk harta dan memanjakan anak.

Ayat ke-16 ini ditutup dengan satu penegasan bahwa orang yang menjauhi kebakhilan dan ketamakan pada harta adalah orang yang beruntung. Ia akan mencapai keinginannya di dunia dan akhirat, serta disenangi oleh teman-temannya. Di akhirat nanti, ia sangat berbahagia karena dekat dengan Tuhannya, disenangi, diridai, dan dimasukkan ke dalam surga.

Tafsir Quraish Shihab: Kerahkanlah segala usaha dan kemampuan kalian untuk bertakwa kepada Allah. Dengarlah segala nasihat-Nya dan taatilah segala perintah-Nya. Infakkanlah rezeki yang telah diberikan kepada kalian di jalan yang telah ditetapkan. Lakukanlah kebaikan untuk diri kalian. Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya dan keserakahan terhadap harta, mereka adalah orang-orang yang beruntung mendapatkan segala kebaikan.

Surah At-Taghabun Ayat 17
إِن تُقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا يُضَٰعِفۡهُ لَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ وَٱللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

Terjemahan: “Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.

Tafsir Jalalain: وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (Jika kalian meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik) seumpamanya kalian mengeluarkan sedekah dengan hati yang tulus ikhlas يُضَٰعِفۡهُ لَكُمۡ (niscaya Allah melipatgandakannya kepada kalian) menurut suatu qiraat dibaca يُضَٰعِفۡهُ لَكُمۡ. Dilipatgandakan pembalasannya mulai dari sepuluh kali lipat hingga sampai tujuh ratus kali lipat, dan bahkan lebih dari itu وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ (dan mengampuni kalian) apa yang dikehendaki-Nya.

وَٱللَّهُ شَكُورٌ (Dan Allah Maha Pembalas jasa) artinya selalu memberikan balasan amal ketaatan حَلِيمٌ (lagi Maha Penyantun) dalam siksaan-Nya terhadap perbuatan maksiat.

Baca Juga:  Surah Az-Zumar Ayat 67; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah Ta’ala: إِن تُقۡرِضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا يُضَٰعِفۡهُ لَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ (“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan [pembalasannya] kepadamu dan mengampunimu.”) maksudnya apapun yang kalian nafkahkan maka Allah akan memberikan gantinya.

Dan apapun yang kalian sedekahkan, maka balasannya tergantung kepada-Nya. yang demikian itu sejajar dengan pinjaman baginya, sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab ash-shahihain: “Bahwa Allah Ta’ala telah berfirman: ‘Orang yang meminjamkan itu tidak aniaya dan tidak miskin.’” (HR Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, Allah Ta’ala befirman bahwa Dia melipatgandakan pahala bagi kalian, sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya dalam surah al-Baqarah:(“Maka dia akan memberikan kelipatan baginya dengan kelipatan yang banyak.” (al-Baqarah: 245)

وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ (“Dan Dia akan memberikan ampunan kepadamu.”) maksudnya memaafkan segala kesalahan kalian. Oleh karen itu Allah berfirman: وَٱللَّهُ شَكُورٌ (“Dan Allah Mahapembalas jasa.”) yakni Dia akan membalas amal yang sedikit dan balasan yang banyak. حَلِيمٌ (“Lagi Mahapenyantun.”) yakni Dia memberikan maaf dan ampunan serta menutupi keburukan, menghapuskan dosa, kesalahan dan keburukan.

Tafsir Kemenag: Allah menerangkan bahwa orang yang meminjamkan kepada-Nya dengan pinjaman yang baik sewaktu di dunia yakni membelanjakan harta-bendanya di jalan yang diridai-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan ikhlas dan hati yang lega, akan dilipatgandakan pahalanya.

Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh sampai tujuh ratus pahala. Bahkan akan dilipatgandakan lebih dari itu, sesuai dengan keikhlasannya yang mantap di dalam hati, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. (al-Baqarah/2: 245) Selain daripada itu, dosanya pun akan diampuni Allah. Dia Maha Pembalas jasa, melipatgandakan pahala bagi orang yang taat kepada-Nya, lagi Maha Penyantun. Allah tidak menyegerakan azab kepada orang yang berdosa, meskipun dosa dan kesalahannya bertumpuk.

Tafsir Quraish Shihab: Jika kalian menginfakkan harta untuk kebajikan dengan ikhlas, maka Allah akan melipatgandakan pahala infak tersebut dan akan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Berterimakasih dan akan membalas orang-orang yang berbuat baik, lagi Maha Penyantun hingga tidak menyegerakan hukuman bagi orang-orang yang berbuat maksiat.

Surah At-Taghabun Ayat 18
عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

Terjemahan: “Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Tafsir Jalalain: عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ (Yang Mengetahui yang gaib) yang tersembunyi وَٱلشَّهَٰدَةِ (dan yang nyata) yang terang-terangan ٱلۡعَزِيزُ (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya ٱلۡحَكِيمُ (lagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan dan tindakan-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (“Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”) dan ayat ini pun telah dijelaskan berberapa kali dalam pembahasan sebelumnya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui yang gaib apalagi yang tampak. Apa saja yang dikerjakan oleh manusia, semuanya tercatat dan tersimpan di sisi-Nya. Tidak satu pun yang luput sekalipun sebesar biji sawi, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dengan firman-Nya: Kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” (al-Kahf/18: 49)

Ayat di atas mendorong manusia untuk berinfak, karena segala perbuatan pasti terlihat oleh Allah dan dibalas dengan berlipat ganda. Amal yang tercatat dalam kitab seseorang akan dibalas oleh Allah dengan sangat teliti. Yang baik dibalas dengan baik yaitu surga, dan yang jahat dibalas dengan siksa di dalam neraka. Dia itu Mahaperkasa dan Mahakuasa. Semua kehendak-Nya terwujud menjadi kenyataan, Mahabijaksana mengatur ciptaan-Nya, memberikan apa yang baik kepada siapa yang dikehendaki-Nya. .

Tafsir Quraish Shihab: Dia Maha Mengetahui segala yang gaib dan yang tampak, Mahakuat dan Mahaperkasa, Mahabijaksana dalam mengatur semua makhluk-Nya secara proporsional.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah At-Taghabun Ayat 14-18 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S