Surah At-Taubah Ayat 100; Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an

Surah At-Taubah Ayat 100

Pecihitam.org – Kandungan Surah At-Taubah Ayat 100 ini menyatakan bahwa Allah SWT ridha terhadap orang-orang Mukmin di Madinah. Para Muhajirin yang telah memeluk Islam di Mekah lalu bersama Nabi untuk hijrah ke Madinah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kemudian kaum Anshar di Madinah melayani kaum Muhajirin dengan baik, serta turut membantu Nabi Muhammad Saw dalam menghadapi kaum Musyrik Mekah.

Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an Surah At-Taubah Ayat 100

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Terjemahan: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.

Tafsir Jalalain: وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ (Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar) mereka adalah para sahabat yang ikut perang Badar atau yang dimaksud adalah semua para sahabat

وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ (dan orang-orang yang mengikuti mereka) sampai hari kiamat بِإِحْسَانٍ (dengan baik) dalam hal amal perbuatannya. رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ (Allah ridha kepada mereka) melalui ketaatan mereka kepada-Nya وَرَضُوا عَنْهُ (dan mereka pun ridha kepada Allah) ridha akan pahala-Nya

وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ (dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya) menurut suatu qiraat lafal تَحْتَهَا dibaca dengan memakai huruf min sebelumnya sehingga bacaannya menjadi min tahtihaa خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar).

Baca Juga:  Sejarah dan Proses Penerjemahan Al-Qur’an di Indonesia

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memberitahukan tentang keridhaan-Nya terhadap orang-orang terdahulu dari kalangan kaum Muhajirin, kaum Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, serta keridhaan mereka kepada Allah atas apa yang Allah telah sediakan untuk mereka berupa surga-surga yang penuh kenikmatan dan kenikmatan yang abadi.

Asy-Sya’bi mengatakan: “Yang disebut dengan as-sabiqun al-awwalun (orang-orang terdahulu lagi yang paling pertama) adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar, yang mendapatkan peristiwa perjanjian Bai’atur Ridwan pada tahun Hudaibiyyah.”

Abu Musa al-Asy’ari, Said bin al-Musayyib, Muhammad bin Sirin, al-Hasan dan Qatadah mengatakan: “Mereka adalah orang-orang yang pernah mengerjakan shalat dengan menghadap ke dua kiblat bersama Rasulullah saw.”

Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi pernah menceritakan, Umar bin Khaththab pernah melewati seseorang yang tengah membaca ayat: وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ (Orang-orang yang terdahu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar)

Kemudian Umar menarik tangan orang itu seraya berucap: “Siapakah yang membacakan ayat ini kepadamu?” Orang itu menjawab: “Ubay bin Ka’ab.” “Jangan pergi dariku sebelum aku membawamu kepadanya,” papar Umar bin Khaththab. Setelah mendatangi Ubay bin Ka’ab, Umar berkata: “Apakah benar kamu yang membacakan ayat ini demikian kepada orang ini?”

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 126-127; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Ubay bin Ka’ab menjawab: “Benar.” “Apakah engkau mendengarnya dari Rasulullah?” tanya Umar. “Ya,” jawabnya. Umar berkata: “Aku melihat bahwa kami telah ditinggikan pada ketinggian yang tidak yang tidak dapat dicapai oleh seorang sepeninggal kami.”

Ubay berkata: “Ayat yang memberikan peneguhan ayat tersebut terletak pada awal surah al Jumu’ah: “Dan kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Allahlah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana”. Dan juga ayat yang terdapat pada surat al-Hasyr: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan anshar)”. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.

Allah memberitahukan, bahwa Dia telah meridhai orang-orang dari kalangan kaum Muhajirin dan kaum Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Maka, alangkah celakanya orang-orang yang membenci dan mencela mereka atau sebagian saja dari mereka.

Apalagi terhadap pemuka sahabat setelah Rasulullah saw, yaitu sahabat pilihan dan Khalifah paling agung, ash-Shiddiq al-Akbar yaitu, Abu Bakar bin Abi Quhafah ra. Ada sebuah kelompok terhina dari kalangan kaum Rafidhah yang memusuhi, membenci, mencaci dan mencela para sahabat yang paling mulia. Na’udzu billaaHi min dzalik.

Yang demikian itu menunjukkan, bahwa akal mereka telah terbalik dan hati mereka pun telah linglung. Lalu dimanakah posisi keimanan orang-orang tersebut terhadap al-Qur’an, di mana mereka telah mencela orang-orang yang telah diridhai oleh Allah oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya? sedangkan ahlus sunnah senantiasa meridlai orang-orang yang diridlai Allah, mencela orang-orang yang dicela Allah dan Rasul-Nya, mendukung orang-orang yang didukung oleh-Nya, memusuhi orang-orang yang dimusuhi oleh-Nya.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 25-27; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Ahlus sunnah adalah muttabi’un (yang mengikuti Rasulullah) dan bukan mubtadi’un (pembuat bid’ah), kaum yang taat dan bukan kaum yang membangkang. Mereka ini adalah golongan Allah jalla wa ‘ala yang beruntung dan merupakan hamba-hamba-Nya yang beriman.

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang mengikuti jalan kelompok mukminin Muhâjirîn dan Anshâr yang telah lebih dahulu masuk Islam kemudian melakukannya dengan baik dan dengan tidak segan-segan, maka Allah akan meridai mereka sehingga menerima perbuatan mereka dan mengganjar dengan kebaikan.

Mereka juga rida dan diberi kabar gembira dengan apa yang disediakan Allah bagi mereka yaitu berupa surga-surga yang dialiri sungai-sungai di bawah pepohonannya. Maka mereka pun merasakan kenikmatan yang abadi. Itulah kemenangan yang amat besar.

Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah At-Taubah Ayat 100 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga bermanfaat dan semoga khazanah ilmu Al-Qur’an kita semakin bertambah.

M Resky S