Surah At-Taubah Ayat 25-27; Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an

Surah At-Taubah Ayat 25-27

Pecihitam.org – Kandungan Surah At-Taubah Ayat 25-27 ini Allah SWT mengingatkan kepada kaum muslimin bahwa Allah telah menolong mereka, dari musuh-musuh Islam di berbagai medan pertempuran dengan kekuatan iman yang dimiliki mereka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an Surah At-Taubah Ayat 25-27

Surah At-Taubah Ayat 25
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ

Terjemahan: Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.

Tafsir Jalalain: لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ (Sesungguhnya Allah telah menolong kalian di tempat-tempat) peperangan كَثِيرَةٍ (yang banyak) seperti dalam perang Badar, perang melawan Bani Quraizhah dan perang melawan Bani Nadhir وَ (dan) ingatlah يَوْمَ حُنَيْنٍ (peperangan Hunain)

Hunain adalah nama sebuah lembah yang terletak di antara kota Mekah dan Thaif. Artinya ingatlah sewaktu kalian berperang melawan orang-orang Hawazin, yaitu dalam bulan Syawal, tahun 8 Hijriah

إِذْ (yaitu di waktu) lafal idz menjadi kata ganti dari lafal yaum أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ (kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian) lalu pada saat itu kalian mengatakan bahwa kami tidak akan dapat dikalahkan oleh golongan yang sedikit. Pada saat itu jumlah pasukan kaum Muslimin ada dua belas ribu orang sedangkan pasukan orang kafir hanya berjumlah empat ribu orang

فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ (maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun dan bumi yang luas itu telah terasa sempit oleh kalian) huruf maa adalah mashdariyah, artinya sekalipun bumi itu luas tetapi kalian tidak dapat menemukan tempat yang aman sebagai akibat dari pengaruh rasa takut yang menimpa pada saat itu

ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai) karena terpukul akan tetapi Nabi SAW tetap bertahan pada posisinya seraya menaiki kendaraan bagal putihnya dan tiada yang menemaninya selain Abbas serta Abu Sofyan yang memegang tali kendali kendaraan beliau.

Tafsir Ibnu Katsir: Ibnu Juraij berkata dari Mujahid: “Ini adalah ayat pertama yang turun dari surat Bara-ah.” Allah menyebutkan karunia dan kebaikan-Nya yang diberikan kepada orang-orang beriman ketika Allah memberikan pertolongan pada banyak peperangan yang mereka jalani bersama Rasulullah saw.

Semua kemenangan itu adalah berkat kehendak dan pertolongan-Nya, bukan karena jumlah dan kekuatan mereka. Allah juga mengingatkan bahwa kemenangan adalah dari-Nya, baik manakala jumlah pasukan Islam sedikit ataupun banyak.

Pada peristiwa Hunain, ketika mereka terlena dengan jumlah mereka yang banyak, akan tetapi jumlah yang banyak itu tidak bennanfaat bagi mereka, mereka lari tunggang-langgang, kecuali sejumlah kecil orang-orang mukmin bersama Rasulullah saw.

Setelah itu Allah menurunkan bantuan dan pertolongan-Nya, kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin yang bersamanya (sebagaimana akan kami jelaskan secara rinci, insya Allah) untuk memberikan pengetahuan kepada mereka bahwa kemenangan hanya berasal dari Allah semata, meskipun jumlah orangnya hanya sedikit. Betapa banyak kelompok kecil dapat mengalahkan kelompok yang besar dengan izin Allah, dan Allah bersama orang-orang yang sabar.

Imam Ahmad berkata dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Pasukan yang paling baik adalah empat, pasukan ekspedisi yang paling baik adalah empat ratus dan jumlah pasukan yang terbaik adalah 4000 personil. Pasukan yang berjumlah (tidak kurang dari) 12000 personil tidak akan terkalahkan”.

Diriwayatkan juga oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi, lalu berkata: Hadits ini hasan gharib sekali, tidak ada yang mensanadkannya selain Jarir bin Hazim, hanya saja az-Zuhri meriwayatkan dari Nabi saw secara mursal. Ibnu Majah, al-Baihaqi, dan yang lain meriwayatkannya dari Aktsam bin al Juun dari Rasulullah saw semisalnya. Wallahu a’lam.

Baca Juga:  Surah At-Taubah Ayat 30-31; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Perang Hunain terjadi setelah penaklukan kota Makkah, pada bulan Syawwal tahun kedelapan Hijriyah. Yaitu ketika Rasulullah telah selesai dari penaklukan kota Makkah, di mana urusan-urusannya telah mencair. Dimana kebanyakan penduduknya telah masuk Islam dan telah dibebaskan.

Lalu sampailah berita kepada Rasulullah saw, bahwa Bani Hawazin di bawah pimpinan Malik bin Auf an-Nadhari mengumpulkan kekuatan untuk memerangi Rasulullah saw. Bersama mereka ada Bani Tsaqif, Bani Jasyim, Bani Saad bin Bakar, beberapa kelompok yang tidak berjumlah banyak dari Bani Hilal, sejumlah orang Bani Amr bin Amir dan dari Bani Aun bin Amir, mereka datang secara keseluruhan, membawa anak-anak, wanita, orang tua dan semua hewan peliharaan mereka.

Maka Rasulullah dengan pasukannya yang berjumlah 10.000 orang dari gang-orang Muhajirin, Anshar, dan suku-suku Arab, di tambah dengan 2000 personil dari orang Makkah yang telah masuk Islam dan dibebaskan. Mereka bertemu musuh di lembah Hunain, lembah yang terletak antara Makkah dan Thaif dan di sinilah terjadi peperangan yang dinamakan perang Hunain.

Hari itu, setelah terbitnya matahari, pasukan Islam berhamburan ke tengah lembah dan terperangkap oleh pasukan Hawazin yang telah berada di tempat itu dengan sembunyi-sembunyi.

Maka ketika pasukan Islam mulai mendekat, mereka dikagetkan oleh tebasan pedang dan hujan panah yang berlangsung serentak dan tiba-tiba dari orang-orang Hawazin. Saat itulah pasukan Islam lari tunggang-langgang ke belakang, sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT

Sedangkan Rasulullah saw tetap tegar di atas baghal (baghal adalah hewan tunggangan hasil kawinan dari kuda dan keledai) yang bernama syahba dan bergerak ke arah pasukan lawan.

Sementara itu al-Abbas, paman beliau memegangi pelana sebelah kanan, dan Abu Sufyan bin al-Harits bin Abdul Muththalib memegangi pelana sebelah kiri agar baghal yang dikendarai Rasulullah tidak terlalu cepat. Sementara Rasulullah berteriak memanggil kaum Muslimin untuk kembali seraya menyebut-nyebut namanya: “Kembalilah kepadaku wahai hamba-hamba Allah, kembalilah kepadaku, aku ini Rasulullah saw”.

Beliau juga berteriak: “Aku ini Nabi, tidak bohong. Aku anak dari Abdul Muththalib”.

Jumlah sahabat yang saat itu tegar bersama Rasulullah saw sekitar 100 orang (ada yang mengatakan 80 orang), di antaranya adalah Abu Bakar, Umar, al-Abbas, Ali, al-Fadhl bin Abbas, Abu Sufyan bin al-Harits, Aiman bin Ummu Aiman, Usamah bin Zaid, dan yang lainnya.

Kemudian Rasulullah menyuruh pamannya, al-Abbas (yang memiliki suara lantang) untuk memanggil dengan suara setingi-tingginya: “Wahai orang-orang yang ikut bawah pohon”, yakni pohon tempat peristiwa baiat ar-Ridwan, di mana pada baiat itu sejumlah orang Muhajirin dan Anshar berjanji untuk tidak meninggalkan Rasulullah saw.

Al-Abbas juga memanggil dengan teriakan: “Wahai orang-orang yang ikut dalam peristiwa malam hari.” Dan kadang-kadang ia memanggil dengan teriakan: “Wahai orang-orang yang hafal surat al-Baqarah.”

Maka kaum muslimin pun menyambut panggilan tersebut dan berhamburan kepada Rasulullah saw hingga jika ada yang tidak sabar menanti untanya maka ia melepaskan untanya, dan memakai baju perangnya lalu berlari menuju Rasulullah saw.

Ketika sejumlah pasukan yang tadinya tercerai-berai itu telah terhimpun dan tegar dalam barisan dekat Rasulullah, beliau menyuruh mereka bersungguh-sungguh, lalu beliau mengambil segenggam pasir dan berdo’a memohon kepada Allah:

“Ya Allah, penuhilah untukku apa yang telah Engkau janjikan.”

Kemudian beliau melemparkan pasir tersebut ke arah pasukan musuh dan tidak seorang pasukan musuh pun yang tidak terkena pasir itu di kedua mata dan mulutnya, sehingga mereka disibukkan oleh pasir tersebut (lalai perang), dan kaum Muslimin dengan begitu leluasa membunuh dan menangkap mereka, sehingga ketika pasukan Muslimin pulang, ada banyak pasukan musuh yang menjadi tawanan perang (kaum Muslimin melemparkan tawanan perang di depan Rasulullah saw.

Baca Juga:  Surah Al-Muddatstsir Ayat 1-10; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dalam ash-shahihain (al-Bukhari dan Muslim), disebutkan sebuah hadits dan Syu’bah, dari Abi Ishaq, dari al-Barra bin Azib radhiyallahu anHuma, bahwasanya ada seorang laki-laki berkata kepadanya: “Wahai Abu Amarah, apakah kamu melarikan diri dari Rasulullah saw pada perang Hunain?” Lalu menjawab: “Akan tetapi, Rasulullah tidak melarikan diri.

Sesungguhnya orang-orang Hawazin adalah ahli dalam memanah, ketika kita menyerbu mereka, mereka kalah, lalu pasukan kami mengumpulkan harta rampasan, ketika itulah mereka menghujani pasukan kami dengan panah, dan pasukan kami dari tunggang-langgang. Aku melihat Rasulullah saw, yang ketika itu Abu Sufyan memegangi tali kekang baghalnya yang putih, beliau berteriak: “Aku seorang Nabi, tidak bohong. Aku anak dari Abdul Muththalib.”

Aku berkata, bahwa ini adalah keberanian yang tiada duanya, karena pada saat itu perang sedang berkecamuk sementara pasukannya lari tunggang-langgang. Beliau tetap berada di atas baghalnya (yang tidak bisa lari cepat dan tidak bisa lari untuk menghindari musuh) meski begitu, beliau tetap memacunya ke arah musuh seraya berteriak menyebut namanya agar semua orang mengetahuinya.

Ini semua beliau lakukan didasari rasa percaya dan tawakkal yang kuat kepada Allah, serta rasa yakin akan datangnya pertolongan dan bahwa Allah akan menyempurnakan risalah yang diturunkan-Nya, dan memenangkan agama Islam terhadap agama-agama lainnya

Tafsir Quraish Shihab: Allah telah menolong kalian, wahai orang-orang Mukmin, atas musuh-musuh kalian di berbagai medan pertempuran dengan kekuatan iman kalian. Ketika pada perang Hunain kalian tertipu oleh jumlah kalian yang banyak, Allah membiarkan kalian dulu, sehingga jumlah kalian yang banyak itu sama sekali tidak bermanfaat bagi kalian sehingga musuh kalian pun menang.

Karena ketakutan yang sangat, maka bumi terasa sempit bagi kalian sehingga kalian tidak menemukan jalan untuk berperang atau menyelamatkan diri secara terhormat. Kebanyakan kalian tidak menemukan cara untuk selamat kecuali dengan melarikan diri. Kemudian, kalian pun melarikan diri dalam keadaan kalah. Dan kalian tinggalkan Rasulullah bersama sedikit orang-orang Mukmin(1).

(1) Pertempuran Hunain terjadi antara orang-orang Islam dengan kabilah Tsaqif dan Hawazin. Tentara Islam pada saat itu berjumlah dua belas ribu orang, dan tentara kafir berjumlah empat ribu orang.

Tentara kafir itu sangat gigih dalam pertempuran, karena kehancuran mereka berarti kehancuran bagi kekuasaan penyembah berhala di Arab. Sebagaimana diketahui bahwa Mekah telah ditaklukkan beberapa waktu sebelumnya.

Dalam pertempuran Hunain, orang-orang Mukmin yang memiliki kekuatan yang lebih besar dari pasukan kaum musyrik, merasa sombong. Kesombongan itulah yang menyebabkan pertempuran itu, pada giliran pertama dimenangkan oleh pihak musuh.

Tetapi pada akhirnya dapat dimenangkan oleh orang-orang Mukmin. Dari pertempuran ini dapat dipetik suatu pelajaran bahwa jumlah yang banyak bukan merupakan faktor utama bagi sebuah kemenangan. Hal itu lebih ditentukan oleh jiwa patriotisme.

Surah At-Taubah Ayat 26
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ

Terjemahan: Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ (Kemudian Allah menurunkan ketenangan) rasa aman عَلَىٰ رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ (kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang Mukmin) sehingga mereka kembali lagi bergabung dengan Nabi saw. sewaktu Abbas memanggil/menyeru mereka atas instruksi dari Nabi, lalu mereka meneruskan peperangan itu

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 22-23; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا (dan Allah menurunkan bala tentara yang kalian tiada melihatnya) yakni para malaikat وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا (dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir) sehingga banyak di antara mereka yang terbunuh dan tertawan وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang kafir).

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ (Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya) yakni ketenangan dan keteguhan kepada Rasul-Nya.

وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ (Dan kepada orang-orang yang beriman) yakni yang bersama Rasulullah. وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا (Dan Allah menurunkan tentara yang kamu tidak melihatnya) Yaitu, para Malaikat.

Dalam shahih Muslim, dari Muhammad bin Rafi, dari Abdurrazzaq, kami diberitahu oleh Ma’mar dari Hamam, di mana ia berkata, inilah yang diceritakan oleh Abu Hurairah kepada kami, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: ““Aku diberi pertolongan dengan adanya rasa takut (yang dirasakan oleh musuh), dan aku diberi jawami’ul kalim”. (Jamii’ul kalim: ucapan sedikit/singkat yang mengandung faedah/makna yang cukup banyak.-Ed.)

Untuk itu Allah berfirman: “Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang mukmin, dan menurunkan tentara yang tidak kamu lihat, serta menurunkan adzab kepada orang-orang kafir, dan itulah balasan bagi orang-orang kafir”.

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian kalian mendapatkan pertolongan Allah, Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan mengisi hati orang Mukmin dengan ketenangan itu, memberikan bantuan dengan bala tentara-Nya berupa malaikat yang menguatkan kalian, sedangkan kalian tidak melihatnya.

Kalian pun akhirnya menang. Dan Allah pun menimpakan kepada musuh-musuh kalian pahitnya kekalahan. Itulah balasan di dunia bagi orang-orang kafir.

Surah At-Taubah Ayat 27
ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Terjemahan: Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ (Sesudah itu Allah menerima tobat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya) dari kalangan orang-orang kafir karena masuk Islam وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah telah menerima taubat sisa-sisa orang Hawazin jika mereka masuk Islam. Kurang lebih 20 hari setelah penaklukan kota Makkah, mereka mendatangi Nabi dalam keadaan menyerahkan diri. Saat itu mereka telah sampai di Ju’ranah, sebuah wilayah di dekat Makkah.

Rasulullah memberikan dua pilihan kepada mereka, memilih harta atau tawanan, maka mereka memilih tawanan, yang ketika itu berjumlah 6000 orang terdiri dari anak-anak dan kaum wanita.

Lalu Rasulullah menyerahkan tawanan tersebut kepada mereka, sedangkan harta rampasan dibagikan kepada para pengikut perang dan kepada sejumlah orang thulaqa’ untuk menyantuni mereka yang baru masuk Islam.

Rasulullah memberikan kepada masing-masing orang seratus unta, di antara mereka yang menerima seratus ekor unta itu adalah Malik bin Auf an-Nadhari, dan diangkat sebagai pemimpin kaumnya seperti semula.

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian, Allah menerima pertobatan dan mengampuni dosa hamba yang dikehendaki-Nya, apabila ia kembali dari perbuatan dosanya itu dengan ikhlas. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah At-Taubah Ayat 25-27 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Quraish Shihab dan Tafsir Ibnu Katsir. Semoga khazanah ilmu Al-Qur’an kita semakin bertambah.

M Resky S