Surah Ath-Thur Ayat 44-49; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Ath-Thur Ayat 44-49

Pecihitam.org – Kandungan Surah Ath-Thur Ayat 44-49 ini, Allah swt menjelaskan bahwa orang-orang kafir yang menganiaya diri mereka sendiri dengan kekufuran dan kemaksiatan mereka, akan mendapatkan azab yang pedih di akhirat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Di samping itu di dunia pun mereka memperoleh azab berupa kelaparan selama tujuh tahun sebelum terjadinya Perang Badar, dan kekalahan besar pada perang tersebut. Namun, kebanyakan mereka tidak mengetahui bahwasanya Allah akan menimpakan azab-Nya kepada mereka baik di dunia maupun di akhirat.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Adz-Dzariyat Ayat 44-49

Surah Ath-Thur Ayat 44
وَإِن يَرَوۡاْ كِسۡفًا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ سَاقِطًا يَقُولُواْ سَحَابٌ مَّرۡكُومٌ

Terjemahan: “Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur, mereka akan mengatakan: “Itu adalah awan yang bertindih-tindih”.

Tafsir Jalalain: وَإِن يَرَوۡاْ كِسۡفًا (Jika mereka melihat sebagian) bagian مِّنَ ٱلسَّمَآءِ سَاقِطًا (dari langit yang gugur) menimpa mereka, sebagaimana yang mereka minta, yaitu seperti yang dijelaskan oleh ayat lain melalui firman-Nya, “Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit.” (Q.S. Asy Syu’ara, 187) sebagai azab atas mereka يَقُولُواْ (mereka akan mengatakan,) “Ini سَحَابٌ مَّرۡكُومٌ (adalah awan yang bertindih-tindih) awan yang tebal yang akan menyegarkan kami dan mereka tidak mau beriman.”.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman seraya menceritakan tentang orang-orang musyrik yang membangkang lagi menolak hal-hal yang nyata: وَإِن يَرَوۡاْ كِسۡفًا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ سَاقِطًا (“Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur.”) menimpa mereka. Dengannya mereka diadzab karena mereka tidak mempercayai dan tidak meyakininya, bahkan mereka berkata: “Itu adalah awan yang bertindih-tindih.” Yakni awan yang bertumpuk-tumpuk.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini digambarkan bahwa orang-orang musyrik itu adalah kaum yang berwatak sombong dan keras kepala. Walaupun kepada mereka diperlihatkan tanda-tanda azab yang akan menimpa mereka dengan datangnya sekumpulan awan yang akan membawa bencana bagi mereka.

Tetapi mereka menganggap ringan dan hanya memandang sebagai gumpalan awan yang sedang bermain-main dan saling bertumpuk. Hal ini disebabkan hati mereka sudah tertutup dan bersikap menyepelekan persoalan penting telah membutakan pandangan mereka.

Mereka tetap mengingkari apa yang mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri. Dalam ayat yang sama artinya Allah berfirman: Dan kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, “Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir.” (al-hijr/15: 14-15).

Tafsir Quraish Shihab: Dan apabila mereka menyaksikan sebagian langit jatuh untuk menyiksa mereka, mereka akan berkata dengan sikap membangkang, “Itu adalah awan yang bergumpal-gumpal.”

Surah Ath-Thur Ayat 45
فَذَرۡهُمۡ حَتَّىٰ يُلَٰقُواْ يَوۡمَهُمُ ٱلَّذِى فِيهِ يُصۡعَقُونَ

Terjemahan: “Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan,

Tafsir Jalalain: فَذَرۡهُمۡ حَتَّىٰ يُلَٰقُواْ يَوۡمَهُمُ ٱلَّذِى فِيهِ يُصۡعَقُونَ (Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan) yaitu mati semuanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman: فَذَرۡهُمۡ (“Maka biarkanlah mereka”) maksudnya, biarkan saja mereka, hai Muhammad. حَتَّىٰ يُلَٰقُواْ يَوۡمَهُمُ ٱلَّذِى فِيهِ يُصۡعَقُونَ (“Sehingga mereka menemui hari [yang deijanjikan kepada] mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan.”) yaitu hari kiamat. Yauma laa yughnii ‘anHum kaiduHum syai-aa (“[Yaitu] hari ketika tidak berguna lagi bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka.”) maksdunya, tipu daya dan makar yang telah mereka lancarkan di dunia sama sekali tidak memberikan manfaat kepada mereka, dan tidak pula memberikan keuntungan pada hari kiamat kelak. Wa laa Hum yungsharuun (“Dan mereka tidak ditolong.”)

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk membiarkan mereka dalam keadaan keras kepala seperti itu, dan tidak mengacuhkan mereka hingga datangnya suatu hari dimana mereka akan dibalas dengan kehancuran disebabkan oleh kejahatan mereka, yaitu pada Perang Badar seperti yang dikatakan oleh alBiqa’i menurut dzahir ayat ini, atau sampai datang hari kebangkitan manusia di akhirat, sebagaimana firman Allah:

Baca Juga:  Surah Ath-Thur Ayat 21-28; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah). (azZumar/39: 68).

Tafsir Quraish Shihab: Maka biarkan dan jangan pedulikan mereka sampai mereka menemui hari ketika mereka dibinasakan.

Surah Ath-Thur Ayat 46
يَوۡمَ لَا يُغۡنِى عَنۡهُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيۡـًٔا وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ

Terjemahan: “(yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong.

Tafsir Jalalain: يَوۡمَ لَا يُغۡنِى (Yaitu hari ketika tidak berguna) menjadi Badal dari lafal Yaumahum عَنۡهُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيۡـًٔا وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ (bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong) tidak diselamatkan dari azab di akhirat.

Tafsir Ibnu Katsir: يَوۡمَ لَا يُغۡنِى عَنۡهُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيۡـًٔا (“[Yaitu] hari ketika tidak berguna lagi bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka.”) maksdunya, tipu daya dan makar yang telah mereka lancarkan di dunia sama sekali tidak memberikan manfaat kepada mereka, dan tidak pula memberikan keuntungan pada hari kiamat kelak. وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ (“Dan mereka tidak ditolong.”)

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa pada hari itu tidaklah berguna bagi mereka tipu daya yang telah mereka atur terhadap Muhammad saw untuk membangkitkan api permusuhan kepadanya. Dan mereka tidak akan mendapat bantuan atau pertolongan yang dapat menghalangi azab Allah yang menimpa mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Yaitu hari ketika tipu daya mereka tidak dapat menahan mereka dari azab, dan mereka tidak pula mendapatkan penolong.

Surah Ath-Thur Ayat 47
وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُواْ عَذَابًا دُونَ ذَٰلِكَ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ

Terjemahan: “Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain daripada itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Tafsir Jalalain: وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُواْ (Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang lalim) disebabkan kekafiran mereka عَذَابًا دُونَ ذَٰلِكَ (ada azab selain daripada itu) di dunia, sebelum kematian mereka; maka mereka disiksa oleh kelaparan dan kekeringan selama tujuh tahun, serta oleh pembunuhan dalam perang Badar. وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ (Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui) bahwasanya azab itu akan menimpa mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman: وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُواْ عَذَابًا دُونَ ذَٰلِكَ (“Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang dzalim ada adzab selain itu.”) maksdunya, sebelum itu ketika di dunia. Sebagaimana firman-Nya:

(“Dan sesungguhnya Kami rasakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat [di dunia] sebelum adzab yang lebih besar [di akhirat], mudah-mudahan mereka kembali [ke jalan yang benar].”) (as-Sajdah: 21)

Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ (“Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”) maksudnya, Kami menyiksa mereka di dunia dan di sana pula Kami menguji mereka dengan berbagai macam musibah, supaya mereka kembali ke jalan yang benar, tatapi mereka tidak memahami apa yang dikehendaki dari mereka itu, bahkan jika tampak kepada mereka apa yang mereka alami, mereka justru kembali kepada hal yang lebih buruk dari itu. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam beberapa hadits, di antaranya:

“Sesungguhnya jika orang munafik itu sakit dan kemudian disembuhkan, maka perumpamaannya adalah seperti seekor unta yang tidak mengetahui untuk apa ia diikat dan untuk apa ia dilepas.”

Tafsir Kemenag: Allah swt menjelaskan bahwa orang-orang kafir yang menganiaya diri mereka sendiri dengan kekufuran dan kemaksiatan mereka, akan mendapatkan azab yang pedih di akhirat. Di samping itu di dunia pun mereka memperoleh azab berupa kelaparan selama tujuh tahun sebelum terjadinya Perang Badar, dan kekalahan besar pada perang tersebut. Namun, kebanyakan mereka tidak mengetahui bahwasanya Allah akan menimpakan azab-Nya kepada mereka baik di dunia maupun di akhirat.

Baca Juga:  Surah At-Thur Ayat 29-34; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Dalam ayat yang sama artinya Allah berfirman: Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (as-Sajdah/32: 21).

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan mendapatkan azab, selain azab yang membinasakan mereka di dunia, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui hal ini.

Surah Ath-Thur Ayat 48
وَٱصۡبِرۡ لِحُكۡمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعۡيُنِنَا وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ

Terjemahan:”Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri,

Tafsir Jalalain: وَٱصۡبِرۡ لِحُكۡمِ رَبِّكَ (Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabbmu) yaitu dengan ditangguhkannya mereka dan janganlah dadamu merasa sempit karenanya فَإِنَّكَ بِأَعۡيُنِنَا (maka sesungguhnya kamu berada dalam pengawasan-Ku) yaitu selalu dalam lindungan dan pengawasan-Ku وَسَبِّحۡ (dan bertasbihlah) seraya بِحَمۡدِ رَبِّكَ (memuji Rabbmu) yaitu katakanlah, ‘Subhaanallah Wa Bihamdihii’ حِينَ تَقُومُ (ketika kamu bangun berdiri) dari tidurmu atau dari tempat majelismu.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: washbir lihukmi rabbika fa innaka bi-a’yuninaa (“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabb-mu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami.”) maksudnya, bersabarlah atas gangguan mereka dan janganlah engkau hiraukan mereka, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan dan perlindungan Kami. Dan Allah akan melindungimu dari perbuatan jahat manusia.

Firman-Nya lebih lanjut: وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ (“Dan bertashbihlah dengan memuji rabb-mu ketika kamu bangun berdiri.”)

Tafsir Kemenag: Setelah menjelaskan berbagai situasi yang besar, menyedihkan hati rasul, akibat tindakan membangkang dan keras kepala orang-orang kafir dan musyrik yang menolak beriman kepada Allah dan rasulnya.

Maka dalam hal ini, Allah memerintahkan kepada Muhamamd saw supaya bersabar terhadap gangguan kaumnya dan tidak lagi menghiraukan mereka, serta tetap menyampaikan perintah-Nya dan memperingatkan larangan-Nya, dan menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya, sebab Allah selalu melihatnya dan memperhatikan pekerjaannya serta menjaga dan melindunginya dari gangguan dan rintangan musuhnya.

Perihal bertasbih dan memuji Tuhan ketika bangun dan berdiri, meliputi tiga keadaan, yaitu: 1. Ketika bangun dari tidur 2. Ketika bangun dari duduk 3. Ketika bangun akan salat Hal ini mengandung hikmah supaya orang mukmin selalu bertasbih setiap saat, dalam situasi dan kondisi bagaimanapun, terutama perubahan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain.

Atha’, Sa’id, Sufyan ats-sauri, dan Abul Ahwas berkata: bahwa Nabi Muhammad saw bertasbih tatkala ia bangkit dari tempat duduknya. Sebagian hadis: Dari Abu Barzah al-Aslami berkata, Rasulullah saw pada akhir hayatnya, apabila beliau bangun dari tempat duduknya beliau mengucapkan,

“Subhanaka Allahumma wabihamdika asyahadu an la ilaha illa anta astagfiruka wa atubu ilaika! Engkau mengucapkan suatu ucapan yang belum pernah engkau ucapkan sebelumnya. Rasulullah saw bersabda, “Ucapan ini penghapus dosa dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi di majlis.” (Riwayat Abu Dawud dan an-Nasa’i)

Diriwayatkan bahwasanya Jibril telah mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw agar ucapan tersebut dibaca ketika hendak bangkit dan duduk dalam satu majlis yaitu: “Mahasuci engkau, wahai Allah, dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku mohon pengampunan-Mu dan aku bertobat kepada-Mu.” (Riwayat Abu Dawud dan an-Nasa’i).

Tafsir Quraish Shihab: Maka bersabarlah dengan ketetapan Tuhanmu yang menunda siksa bagi mereka, dan tabahlah dalam menghadapi penderitaan yang kamu terima dari mereka. Sesungguhnya kamu berada dalam penjagaan dan pemeliharaan Kami. Maka tipu daya mereka tidak akan membahayakanmu, dan bertasbihlah dengan memuji nama Tuhanmu ketika kamu bangun.

Surah Ath-Thur Ayat 49
وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَسَبِّحۡهُ وَإِدۡبَٰرَ ٱلنُّجُومِ

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 85; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Terjemhan: “dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).

Tafsir Jalalain: وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَسَبِّحۡهُ (Dan pada beberapa saat di malam hari bertasbih pulalah) pengertian bertasbih di sini adalah tasbih hakiki yaitu membaca, ‘Subhaanallaah Wa bihamdihii’ وَإِدۡبَٰرَ ٱلنُّجُومِ (dan di waktu terbenam bintang-bintang) lafal Idbaar adalah bentuk Mashdar, yakni setelah bintang-bintang itu terbenam maka bertasbih pulalah kamu. Atau lakukanlah salat Isya’ain yaitu Magrib dan Isya, pada pengertian yang pertama, dan pada pengertian yang kedua adalah salat fajar; menurut pendapat lain salat Subuh.

Tafsir Ibnu Katsir: Segala puji dan karunia adalah milik Allah subhanahu wa ta’ala Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari. (Ath-Thur: 49) Yakni berzikirlah dan sembahlah Dia melalui bacaan Al-Qur’an dan shalat di tengah malam. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan di waktu terbenamnya bintang-bintang (di waktu fajar). (Ath-Thur: 49)

Dalam hadits Ibnu Abbas telah disebutkan bahwa shalat yang dimaksud ada dua rakaat yang dikerjakan sebelum shalat Subuh, karena sesungguhnya kedua rakaat tersebut dianjurkan untuk dilakukan seiring dengan terbenamnya bintang-bintang.

Ibnu Sailan telah meriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’, “Janganlah kamu meninggalkan kedua rakaat shalat sunat tersebut sekalipun kamu dikejar oleh pasukan berkuda.” Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud. Dan sehubungan dengan hadits ini ada yang diriwayatkan dari sebagian murid Imam Ahmad yang mengatakan bahwa kedua rakaat itu wajib, tetapi riwayat tersebut dha’if, karena ada hadits yang mengatakan:

“Salat lima waktu untuk sehari semalamnya. Ditanyakan, “Apakah ada shalat lain yang diwajibkan atas diriku? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak ada, terkecuali jika engkau mengerjakan shalat tambahan (sunat).” Telah dibuktikan melalui kitab Shahihain, dari Siti Aisyah suatu hadits yang menyebutkan bahwa Aisyah pernah mengatakan,

“Tiada suatu shalat sunat pun yang lebih giat dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selain dari shalat sunat subuh.” Di dalam hadits Imam Muslim disebutkan: Dua rakaat (sunat subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.”

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah dalam ayat ini memerintahkan kepada Muhammad saw supaya ia bertasbih kepada Allah dengan salat malam. Karena ibadah pada waktu itu berat melaksanakannya, dan jauh dari ria, dan supaya ia salat tatkala terbenamnya bintangbintang pada waktu subuh. Dalam ayat yang sama artinya Allah berfirman:

Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (al-Isra’/17: 79) Makna membaca tasbih dalam ayat ini dapat berarti membaca tasbih seperti pada hadis di atas, juga dapat diartikan melaksanakan salat, baik salat Isya, salat malam maupun salat Subuh.

Tafsir Quraish Shihab: Pilihlah satu waktu dari malam dan sucikanlah Dia pada saat itu. Sucikanlah Dia pada saat bintang- bintang telah terbenam.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Ath-Thur Ayat 44-49 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S