Surah Fatir Ayat 19-26; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Fatir Ayat 19-26

Pecihitam.org – Kandungan Surah Fatir Ayat 19-26 ini, menerangkan bahwa orang-orang yang tidak mengetahui atau mengingkari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad tidak sama dengan orang-orang yang membuka matanya lebar-lebar sehingga dapat melihat dan mengetahui dengan jelas kebenaran agama yang dibawanya, lalu mereka mengikuti dan menaatinya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah menerangkan bahwa orang-orang yang hatinya hidup karena beriman kepada Allah dan rasul-Nya, serta mengetahui Al-Qur’an dan isinya, tidak sama dengan orang yang mati hatinya akibat ditutupi kekafiran.

Mereka yang terakhir ini tidak mau mengetahui perintah dan larangan Allah, tidak dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan. Ini adalah perumpamaan bagi orang-orang yang mukmin dan bagi orang-orang kafir.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Fatir Ayat 19-26

Surah Fatir Ayat 19
وَمَا يَسۡتَوِى ٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡبَصِيرُ

Terjemahan: Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat.

Tafsir Jalalain: وَمَا يَسۡتَوِى ٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡبَصِيرُ (Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat) orang kafir dan orang mukmin.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: “Sebagaimana tidak adanya persamaan sesuatu yang saling berbeda dan bertentangan ini, seperti tidak samanya antara orang yang buta dengan orang yang melihat, bahkan keduanya memiliki perbedaan yang sangat banyak.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang tidak mengetahui atau mengingkari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad tidak sama dengan orang-orang yang membuka matanya lebar-lebar sehingga dapat melihat dan mengetahui dengan jelas kebenaran agama yang dibawanya, lalu mereka mengikuti dan menaatinya. Golongan pertama termasuk orang-orang yang jahat dan tidak mengetahui, sedang golongan kedua adalah orang-orang yang baik dan mengetahui.

Firman Allah: Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik.” (al-Ma’idah./5: 100) Dan firman-Nya: Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (az-Zumar/39: 9)

Tafsir Quraish Shihab: Tidaklah dapat disamakan antara orang yang tidak mendapat petunjuk kebenaran karena kebodohan dengan orang yang berjalan dalam tuntunan hidayah karena pengetahuannya. Juga tidak dapat disamakan antara kebatilan dan kebenaran, antara keteduhan dan udara panas.

Surah Fatir Ayat 20
وَلَا ٱلظُّلُمَٰتُ وَلَا ٱلنُّورُ

Terjemahan: dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya,

Tafsir Jalalain: وَلَا ٱلظُّلُمَٰتُ (Dan tidak pula sama gelap gulita) yaitu kekafiran وَلَا ٱلنُّورُ (dengan cahaya) yakni keimanan.

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَا ٱلظُّلُمَٰتُ وَلَا ٱلنُّورُ (dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya,) Begitu pula tidak adanya persamaan antara gelap dan cahaya

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa kekafiran tidak sama dengan iman, karena kekafiran adalah kegelapan, tidak mengetahui peraturan Allah. Orang kafir berjalan dalam kegelapan, tidak dapat keluar darinya, bahkan hanyut dalam kesesatan di dunia dan akhirat.

Adapun cahaya iman menerangi orang Islam kepada jalan yang benar dan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagian mufasir mengartikan ‘gelap gulita di sini dengan ‘kebatilan, dan ‘cahaya dengan ‘kebenaran, kebatilan dan kebenaran tidak sama.

Tafsir Quraish Shihab: Tidaklah dapat disamakan antara orang yang tidak mendapat petunjuk kebenaran karena kebodohan dengan orang yang berjalan dalam tuntunan hidayah karena pengetahuannya. Juga tidak dapat disamakan antara kebatilan dan kebenaran, antara keteduhan dan udara panas.

Surah Fatir Ayat 21
وَلَا ٱلظِّلُّ وَلَا ٱلۡحَرُورُ

Terjemahan: dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas,

Tafsir Jalalain: وَلَا ٱلظِّلُّ وَلَا ٱلۡحَرُورُ (Dan tidak pula sama yang teduh dengan yang panas) yakni surga dan neraka.

Tafsir Ibnu Katsir: وَلَا ٱلظِّلُّ وَلَا ٱلۡحَرُورُ (serta antara yang teduh dan yang panas,)

Tafsir Kemenag: Selanjutnya, Allah menerangkan bahwa yang terlindung tidak sama dengan yang terkena panas. Sebagian ulama tafsir mengartikan dhill (teduh/naungan) di sini dengan surga, karena surga itu mempunyai naungan yang menyebabkan hawa sejuk. Sebagaimana firman Allah:

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang yang bertakwa (ialah seperti taman), mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa berbuah dan teduh. (ar-Ra’d/13: 35)

Sedang harr (panas) diartikan dengan neraka, karena ia memang satu tempat yang amat panas dan penuh dengan api yang menyala-nyala, jauh lebih panas dari api yang dikenal di dunia. Sepercik bunga api neraka saja jatuh di dunia, maka dunia akan panas seluruhnya sebagaimana dijelaskan di dalam suatu hadis.

Sekiranya sepercik api dari bunga-bunga api neraka (berada) di timur, maka akan dirasakan panasnya (oleh orang-orang yang berada) di barat. (Riwayat ath-thabrani dari Anas bin Malik)

Tafsir Quraish Shihab: Tidaklah dapat disamakan antara orang yang tidak mendapat petunjuk kebenaran karena kebodohan dengan orang yang berjalan dalam tuntunan hidayah karena pengetahuannya. Juga tidak dapat disamakan antara kebatilan dan kebenaran, antara keteduhan dan udara panas.

Surah Fatir Ayat 22
وَمَا يَسۡتَوِى ٱلۡأَحۡيَآءُ وَلَا ٱلۡأَمۡوَٰتُ إِنَّ ٱللَّهَ يُسۡمِعُ مَن يَشَآءُ وَمَآ أَنتَ بِمُسۡمِعٍ مَّن فِى ٱلۡقُبُورِ

Baca Juga:  Surah Al-Mu'min Ayat 69-76; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Terjemahan: dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar.

Tafsir Jalalain: وَمَا يَسۡتَوِى ٱلۡأَحۡيَآءُ وَلَا ٱلۡأَمۡوَٰتُ (Dan tidak pula sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati) orang-orang beriman dengan orang-orang kafir; ditambahkannya lafal Laa pada ketiga ayat di atas untuk mengukuhkan makna tidak sama.

إِنَّ ٱللَّهَ يُسۡمِعُ مَن يَشَآءُ (Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya) untuk mendapat hidayah, karena itu tidak beriman وَمَآ أَنتَ بِمُسۡمِعٍ مَّن فِى ٱلۡقُبُورِ (dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar) yakni orang-orang kafir; mereka diserupakan dengan orang-orang yang telah mati, maksudnya kamu tidak akan sanggup menjadikan mereka mendengar, kemudian mereka mau menerima seruanmu.

Tafsir Ibnu Katsir: maka tidak sama pula antara orang-orang yang hidup dengan orang yang mati.” Ini adalah perumpamaan yang dibuat oleh Allah tentang orang-orang yang beriman, mereka itu adalah orang-orang yang hidup.

Dan orang-orang kafir, mereka itu adalah orang-orang yang mati. Sebagaimana firman Allah: مَثَلُ ٱلۡفَرِيقَيۡنِ كَٱلۡأَعۡمَىٰ وَٱلۡأَصَمِّ وَٱلۡبَصِيرِ وَٱلسَّمِيعِ هَلۡ يَسۡتَوِيَانِ مَثَلًا (“Perbadingan kedua golongan itu [orang-orang kafir dan orang-orang mukmin], seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya?”)(Huud: 24).

Seorang yang beriman adalah orang yang dapat melihat dan mendengar dalam cahaya, berjalan di atas jalan yang lurus di dunia dan di akhirat, sehingga kondisinya kokoh di dalam surga yang berisi pohon-pohon yang teduh dan mata air yang mengalir.

Sedangkan orang kafir, dia buta dan tuli yang berjalan dalam kegelapan tanpa memiliki jalan keluar. Bahkan, dia bingung dalam penyimpangan dan kesesatan di dunia dan akhirat, sehingga dia terjerumus pada angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih dan dalam naungan asap yang hitam yang tidak sejuk dan tidak menyenangkan.

Firman Allah: إِنَّ ٱللَّهَ يُسۡمِعُ مَن يَشَآءُ (“Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya”) yaitu memberikan petunjuk kepada mereka untuk mendengarkan, menerima dan tunduk kepada hujjah.

وَمَآ أَنتَ بِمُسۡمِعٍ مَّن فِى ٱلۡقُبُورِ (“Dan kamu sekali-sekali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar”) yaitu sebagaimana orang-orang yang mati tidak dapat mengambil manfaat dari hidayah dan dakwah yang ditujukan kepadanya setelah kematian dan keberadaan mereka di dalam kubur, sedangkan mereka adalah orang-orang kafir, begitu pula orang-orang musyrik yang ditentukan kecelakaan bagi mereka, dimana tidak ada lagi bagi mereka alasan dan tidak ada lagi yang sanggup memberikan hidayah kepada mereka.

Tafsir Kemenag: Pada awal ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang hatinya hidup karena beriman kepada Allah dan rasul-Nya, serta mengetahui Al-Qur’an dan isinya, tidak sama dengan orang yang mati hatinya akibat ditutupi kekafiran.

Mereka yang terakhir ini tidak mau mengetahui perintah dan larangan Allah, tidak dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan. Ini adalah perumpamaan bagi orang-orang yang mukmin dan bagi orang-orang kafir. Firman Allah:

Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? (al-An’am/6: 122)

Dan firman-Nya: Perumpamaan kedua golongan (orang kafir dan mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran? (Hud/11: 24)

Orang mukmin itu melihat, mendengar, dan bermandikan cahaya terang-benderang ketika melintasi shirathal mustaqim sampai ke surga yang sejuk, mempunyai naungan, dan mata air yang banyak. Sedangkan orang kafir buta dan tuli berjalan di dalam gelap gulita tidak dapat keluar daripadanya, bahkan selalu bersikap sombong di dalam kesesatannya di dunia dan akhirat sampai diberi keputusan masuk neraka yang sangat panas, penuh api menyala-nyala.

Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya, mau mendengar hujjah atas kebenaran rasul, dan menerima agama yang dibawanya yaitu Islam dengan baik. Sebagaimana halnya orang yang telah mati dimasukkan dalam kubur, tidak dapat mendengar nasihat-nasihat dan saran-saran yang akan membimbingnya ke jalan yang benar, begitu pula orang yang mati hatinya. Tidak akan bermanfaat baginya peringatan-peringatan Allah. Mereka tidak dapat memahami isi Al-Qur’an dan ajaran-ajaran agama.

Tafsir Quraish Shihab: Tidaklah dapat disamakan antara orang yang hidup karena keimanan dengan orang yang mati karena inderanya rusak dan hatinya tertutup untuk mendengarkan kebenaran. Sesungguhnya Allah akan memberi petunjuk siapa saja yang dikehendaki-Nya untuk mendengar dan menerima bukti-bukti kekuasaan-Nya. Karena itu, kamu, wahai Nabi, tidak dapat memperdengarkan hati yang telah mati karena pembangkangan dan kekufuran, sebagaimana kamu tidak dapat memperdengarkan orang yang telah mati di dalam kubur.

Baca Juga:  Surah Al Baqarah Ayat 31-40; Tafsir dan Artinya

Surah Fatir Ayat 23
إِنۡ أَنتَ إِلَّا نَذِيرٌ

Terjemahan: Kamu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan.

Tafsir Jalalain: إِنۡ (Tiada lain) أَنتَ إِلَّا نَذِيرٌ (kamu hanyalah seorang pemberi peringatan) terhadap mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: إِنۡ أَنتَ إِلَّا نَذِيرٌ (“Kamu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan”) kewajiban engkau hanyalah menyampaikan dan memberikan peringatan. Sedangkan Allah menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya serta memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa tugas Nabi Muhammad hanyalah memberi peringatan kepada manusia yang belum mendapat petunjuk. Ia tidak dibebani perintah untuk memaksa mereka menerima petunjuk dan agama yang dibawanya, karena petunjuk itu adalah sepenuhnya berada di tangan Allah.

Oleh karena itu, tidak pada tempatnya Nabi Muhammad bersedih hati dan merasa kecewa kalau mereka itu belum mau menyambut baik seruannya. Tugas ini ditegaskan oleh Nabi Muhammad sebagaimana firman Allah:

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan,” (shad/38: 65) Dan firman-Nya: Yang diwahyukan kepadaku, bahwa aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.” (shad/38: 70).

Tafsir Quraish Shihab: Kewajibanmu hanyalah menyampaikan dan memberi peringatan, bukan yang lain.

Surah Fatir Ayat 24
إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ بِٱلۡحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَإِن مِّنۡ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ

Terjemahan: Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.

Tafsir Jalalain: إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ بِٱلۡحَقِّ (Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran) yakni petunjuk بَشِيرًا (sebagai pembawa berita gembira) bagi orang yang mau menerima kebenaran itu وَنَذِيرًا (dan sebagai pemberi peringatan) kepada orang yang tidak mau menerimanya.

وَإِن (Dan tidak ada) مِّنۡ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا (suatu umat pun melainkan telah ada) telah lewat فِيهَا نَذِيرٌ (padanya seorang pemberi peringatan) nabi yang memberi peringatan kepada mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ بِٱلۡحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا (“Sesungguhnya Kami mengutusmu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.”) yaitu pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman dan pemberi peringatan bagi orang-orang kafir.

وَإِن مِّنۡ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ (“Dan tidak ada satu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.”) yaitu tidak ada satu umatpun yang telah berlalu diantara manusia melainkan Allah Ta’ala telah mengutus kepada mereka para Rasul pemberi peringatan serta menolak berbagai alasan dari mereka. Sebagaimana Allah berfirman:

إِنَّمَآ أَنتَ مُنذِرٌ وَلِكُلِّ قَوۡمٍ هَادٍ (“Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk”) (Ar-Ra’d: 7)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad diutus kepada manusia agar mereka beriman kepada Allah Yang Maha Esa disertai dengan syariat yang diwajibkan kepada hamba-Nya. Nabi saw juga diperintahkan untuk memberi kabar gembira kepada orang yang membenarkan risalahnya dan menerima baik agama yang dibawanya dari Allah, bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan kesenangan.

Juga memberi peringatan kepada orang yang mendustakannya dan menolak wahyu yang diturunkan dari Allah bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang penuh dengan azab dan siksa yang amat pedih. Pada ayat yang lain Allah menegaskan sebagai berikut:

Dan Kami mengutus engkau (Muhammad), hanya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. (al-Isra’/17: 105)

Tidak ada suatu umat pun sejak Nabi Adam kecuali Allah mengutus kepada mereka seorang utusan yang memberi peringatan. Dengan demikian, umat itu tidak mempunyai alasan lagi untuk membantah Allah sesudah diutus-Nya para rasul itu. Firman Allah:

Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. (an-Nisa’/4: 165)

Dan firman-Nya: Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang rasul. (al-Isra’/17: 15) Pada ayat lain ditegaskan juga sebagai berikut:

Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan engkau (Muhammad), begitu pulalah kaum-kaum yang sebelum mereka, kaum Nuh, ‘Ad, dan Samud (juga telah mendustakan rasul-rasul-Nya), dan (demikian juga) kaum Ibrahim dan kaum Lut, dan penduduk Madyan. Dan Musa (juga) telah didustakan, namun Aku beri tenggang waktu kepada orang-orang kafir, kemudian Aku siksa mereka, maka betapa hebatnya siksaan-Ku. (al-hajj/22: 42-44).

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya Kami mengutusmu, wahai Nabi, kepada seluruh umat manusia dengan membawa agama yang benar. Kamu hanyalah seorang pemberi kabar gembira berupa surga yang disediakan untuk orang-orang Mukmin, dan pemberi peringatan akan siksa api nerakan kepada orang-orang kafir.

Baca Juga:  Al-Quran Sebagai Petunjuk dan Alat untuk Mencapai Kebenaran bagi Manusia

Tak satu umat pun dari umat-umat terdahulu yang tidak didatangkan oleh Allah seorang yang memperingatkan kepada mereka akan siksa-Nya.

Surah Fatir Ayat 25
وَإِن يُكَذِّبُوكَ فَقَدۡ كَذَّبَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ وَبِٱلزُّبُرِ وَبِٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡمُنِيرِ

Terjemahan: Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang nyata, zubur, dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.

Tafsir Jalalain: وَإِن يُكَذِّبُوكَ (Dan jika mereka mendustakan kamu) yakni penduduk Mekah فَقَدۡ كَذَّبَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ (maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan -rasul-rasul-Nya-; kepada mereka telah datang rasul-rasul-Nya dengan membawa bukti-bukti yang nyata) yakni mukjizat-mukjizat وَبِٱلزُّبُرِ (zubur) seperti shuhuf Nabi Ibrahim وَبِٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡمُنِيرِ (dan Kitab yang memberi penjelasan yang sempurna) yaitu kitab Taurat dan Injil, oleh karenanya bersabarlah kamu sebagaimana mereka bersabar.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَإِن يُكَذِّبُوكَ فَقَدۡ كَذَّبَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ (“Dan jika mereka mendustakanmu, maka sesungguhnya orang-orang sebelum mereka telah mendustakan [para Rasul-Nya]; kepada mereka telah datang Rasul-Rasul-Nya dengan membawa mukjizat yang nyata.”) yaitu mukjizat yang nyata dan dalil-dalil yang kuat. وَبِٱلزُّبُرِ (“Zubur”) yaitu kitab-kitab. وَبِٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡمُنِيرِ (“Dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.”) yaitu yang tegas dan jelas.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah mereka mengingkari kedatangan rasul dan mendustakan agama yang dibawanya, Dia mengazab orang-orang kafir itu dengan azab yang pedih. Alangkah hebatnya kemurkaan Allah kepada mereka apabila mereka tetap dalam keadaan membangkang, serta tetap mengingkari kerasulan Muhammad saw dan agama yang dibawanya. Mereka akan mengalami seperti apa yang telah dialami umat dahulu. Demikian sunatullah tetap berlaku dan tidak akan berubah. Sebagaimana firman Allah:

Sebagai sunnah Allah yang (berlaku juga) bagi orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan engkau tidak akan mendapati perubahan pada sunah Allah. (al-Ahzab/33: 62).

Tafsir Quraish Shihab: Jika kaummu ternyata mendustakan hal itu, para rasul sebelummu pun telah didustakan oleh kaum mereka. Padahal para rasul itu telah menunjukkan kepada mereka mukjizat-mukjizat yang jelas, mushaf- mushaf Tuhan dan kitab yang dapat mengantarkan mereka kepada keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.

Surah Fatir Ayat 26
ثُمَّ أَخَذۡتُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَكَيۡفَ كَانَ نَكِيرِ

Terjemahan: Kemudian Aku azab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ أَخَذۡتُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ (Kemudian Aku azab orang-orang yang kafir) disebabkan kedustaan mereka فَكَيۡفَ كَانَ نَكِيرِ (maka -lihatlah- bagaimana hebatnya akibat kemurkaan-Ku) keingkaran-Ku terhadap mereka, yaitu hukuman dan kebinasaan yang menimpa mereka, hal itu benar-benar pada tempatnya.

Tafsir Ibnu Katsir: ثُمَّ أَخَذۡتُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ (“Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir”) yaitu disamping semua itu, mereka mendustakan para Rasul mereka tentang risalah yang mereka bawa, sehingga Aku menghukum mereka dengan siksaan dan hinaan.

فَكَيۡفَ كَانَ نَكِيرِ (“Maka lihatlah bagaimana [hebatnya] akibat kemurkaan-Ku”) yaitu bagaimana engkau melihat bahwa kemurkaan-Ku terhadap mereka begitu besar, dahsyat dan kuat. wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah mereka mengingkari kedatangan rasul dan mendustakan agama yang dibawanya, Dia mengazab orang-orang kafir itu dengan azab yang pedih. Alangkah hebatnya kemurkaan Allah kepada mereka apabila mereka tetap dalam keadaan membangkang, serta tetap mengingkari kerasulan Muhammad saw dan agama yang dibawanya.

Mereka akan mengalami seperti apa yang telah dialami umat dahulu. Demikian sunatullah tetap berlaku dan tidak akan berubah. Sebagaimana firman Allah:

Sebagai sunnah Allah yang (berlaku juga) bagi orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan engkau tidak akan mendapati perubahan pada sunah Allah. (al-Ahzab/33: 62).

Tafsir Quraish Shihab: Lalu Aku perlakukan orang-orang kafir itu dengan perlakuan yang keras. Maka lihatlah, bagaimana kerasnya penolakan-Ku atas perbuatan mereka dan kemurkaan-Ku kepada mereka.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Fatir Ayat 19-26 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S