Surah Fatir Ayat 27-28; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Fatir Ayat 27-28

Pecihitam.org – Kandungan Surah Fatir Ayat 27-28 ini, menguraikan beberapa hal yang menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaan Allah, yang dapat dilihat manusia setiap waktu. Jika mereka menyadari dan menginsyafi semuanya itu, tentu mereka akan menyadari pula keesaan dan kekuasaan Allah Yang Maha Sempurna itu. Di antara tanda-tanda itu adalah Allah menjadikan sesuatu yang beraneka ragam macamnya yang bersumber dari yang satu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Fatir Ayat 27-28

Surah Fatir Ayat 27
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخۡرَجۡنَا بِهِۦ ثَمَرَٰتٍ مُّخۡتَلِفًا أَلۡوَٰنُهَا وَمِنَ ٱلۡجِبَالِ جُدَدٌۢ بِيضٌ وَحُمۡرٌ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ

Terjemahan: Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.

Tafsir Jalalain: أَلَمۡ تَرَ (Tidakkah kamu melihat) mengetahui أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخۡرَجۡنَا (bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan) di dalam ungkapan ayat ini terkandung Iltifat dari dhamir Gaib بِهِۦ ثَمَرَٰتٍ مُّخۡتَلِفًا أَلۡوَٰنُهَا (dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya) ada yang berwarna hijau, merah dan kuning dan warna-warna lainnya.

وَمِنَ ٱلۡجِبَالِ جُدَدٌۢ (Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis) Judadun adalah bentuk jamak dari lafal Juddatun, artinya jalan yang terdapat di gunung dan lainnya بِيضٌ وَحُمۡرٌ (putih, merah) dan kuning مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهَا (yang beraneka macam warnanya) ada yang tua dan ada yang muda.

وَغَرَابِيبُ سُودٌ (dan ada -pula yang hitam pekat) di’athafkan kepada lafal Judadun, artinya ialah batu-batu yang besar yang hitam pekat warnanya. Dikatakan Aswadu Gharbiibu, hitam pekat; tetapi sangat sedikit dikatakan Gharabiibu Aswadu.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman mengingatkan tentang kesempurnaan kekuasaan-Nya dalam menciptakan sesuatu yang berbeda bentuknya dari unsur yang satu, yaitu air yang diturunkan-Nya dari langit. Dengan air itu, keluarlah buah-buahan dengan warna yang berbeda-beda, juga rasa dan baunya.

Allah berfirman: “dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (ar-Ra’du: 4)

Firman Allah: وَمِنَ ٱلۡجِبَالِ جُدَدٌۢ بِيضٌ وَحُمۡرٌ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهَا (“Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya.”) yaitu Diapun menciptakan gunung-gunung dengan warna yang berbeda-beda –seperti yang dapat disaksikan- berupa warna putih dan warna merah.

Di sebagian gunung-gunung itu terdapat jalan-jalan. Itulah al judad yang merupakan jamak dari juddaH yang warnanya berbeda-beda. Ibnu ‘Abbas berkata: “Judadun adalah jalan-jalan.” Demikian pula yang dikatakan oleh Abu Malik, al-Hasan, Qatadah dan as-Suddi. Di antara jalan-jalan tersebut terdapat gharaabiibu suud.

‘Ikrimah berkata: “Al-Gharaabiibu adalah gunung-gunung tinggi yang hitam.” Demikian pula yang dikatakan oleh Abu Malik, ‘Atha’ al-Khurasani dan Qatadah. Ibnu Jarir berkata: “Jika orang Arab, menggambarkan sesuatu yang hitam pekat dengan “aswadu gharbiib”.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menguraikan beberapa hal yang menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaan-Nya, yang dapat dilihat manusia setiap waktu. Jika mereka menyadari dan menginsyafi semuanya itu, tentu mereka akan menyadari pula keesaan dan kekuasaan Allah Yang Maha Sempurna itu.

Di antara tanda-tanda itu adalah Allah menjadikan sesuatu yang beraneka ragam macamnya yang bersumber dari yang satu. Allah menurunkan hujan dari langit, sehingga tanaman bisa tumbuh dan mengeluarkan buah-buahan yang beraneka ragam warna, rasa, bentuk, dan aromanya, sebagaimana yang kita saksikan. Buah-buahan itu warnanya ada yang kuning, merah, hijau, dan sebagainya. Hal yang sama dijelaskan pula di dalam ayat yang lain. Firman Allah:

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 85-86; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang; disirami dengan air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalam hal rasanya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. (ar-Ra’d/13: 4)

Allah juga menciptakan gunung-gunung yang kelihatan seperti garis-garis, ada yang kelihatan putih, merah, dan hitam pekat. Di antara gunung-gunung itu terbentang pula jalan-jalan yang beraneka ragam pula warnanya.

Menurut para saintis, garis-garis berwarna pada batuan paling umum dijumpai pada jenis batuan sedimen. Batuan sedimen terbentuk dari hasil pengendapan bahan yang terangkut oleh aliran air atau angin. Bahan yang diendapkan adalah butiran-butiran halus berupa pasir, debu, atau lempung sebagai hasil pelapukan batuan di tempat lain, yang kemudian terlepas dari batuan induknya dan terangkut oleh aliran air atau tiupan angin.

Tempat pengendapan bahan sedimen ini umumnya terletak pada bagian-bagian yang rendah di mana kecepatan tenaga pengangkut (arus air, hembusan angin) berkurang. Daerah-daerah yang umum dikenal sebagai tempat pengendapan adalah dataran, pesisir terutama daerah delta, dan dasar laut.

Pada proses pengangkutan (transportasi) dan pengendapan (sedimentasi) terjadi pula mekanisme pemilahan (sorting) di mana pada umumnya bahan dengan karakteristik fisik yang sama (misalnya dalam hal ukuran butir atau berat jenis) akan diendapkan pada lingkungan pengendapan yang sama.

Proses pelapukan, pengangkutan, dan pengendapan ini berjalan terus- menerus sepanjang sejarah bumi yang dapat memakan waktu ribuan bahkan jutaan tahun.

Selama proses ini berjalan terdapat pula perubahan-perubahan baik dalam hal lingkungan pengendapan maupun jenis bahan yang diendapkan, sehingga pada batuan sedimen terbentuk lapisan-lapisan yang juga melukiskan urutan sejarah (waktu) pengendapan.

Mekanisme geologi lain yang biasa terjadi pada batuan sedimen adalah mengalami pengangkatan oleh adanya gaya tektonik sehingga batuan sedimen yang biasanya terbentuk di tempat-tempat yang rendah bisa dijumpai di puncak-puncak gunung. Pada puncak-puncak gunung yang tertoreh, baik oleh pengikisan maupun oleh terjadinya rekahan, lapisan-lapisan sedimen ini akan tampak ke permukaan.

Setiap lapisan pada batuan sedimen dapat memiliki warna yang berbeda karena tersusun dari material yang berbeda. Perbedaan warna ini terutama dicirikan oleh perbedaan susunan mineralogisnya. Misal: mineral-mineral yang mengandung senyawa besi oksida (hematit) berwarna merah, mineral yang berwarna putih antara lain alumino-silika (kaoline), mineral-mineral logam hidroksida (goethite, brucite, diaspore, boehmite) dapat memberikan berbagai warna (kuning, hijau, abu-abu, hitam, merah muda), yang berwarna bening antara lain silika (kuarsa). Batuan atau mineral keras yang berwarna-warni biasa digosok menjadi batu perhiasan.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai orang yang berpikir, bukankah kamu telah melihat bahwa Allahlah yang menurunkan air hujan dari langit. Lalu dengan sebab air hujan itu, muncullah berbagai jenis buah-buahan, ada yang merah dan kuning, ada yang manis dan masam, dan ada yang baik dan buruk. Dan di antara gunung-gunung ada yang memiliki jalur-jalur dan garis-garis berwarna putih dan merah yang kejelasan dan keburamannya berbeda satu sama lain Dan gunung-gunung…. (1).

(1) (Terdapat kesalahan cetak di bagian akhir tafsir ayat ini). Kemukjizatan ayat ini dari segi ilmu pengetahuan sebenarnya bukan saja tampak ketika ia menyebutkan bahwa warna gunung yang bermacam-macam itu disebabkan adanya perbedaan materi-materi yang dikandung oleh bebatuan gunung-gunung itu. Jika materinya besi, maka warna dominannya adalah merah; jika materinya batubara, maka warna dominannya hitam; jika materinya perunggu, maka gunung tersebut berwarna kehijau-hijauan; dan seterusnya.

Tidak hanya sampai di situ, kemukjizatan ayat ini sebenarnya sangat menonjol ketika ia mengaitkan adanya berbagai jenis buah-buahan meskipun pepohonannya disiram dengan air yang sama, dengan penciptaan gunung-gunung yang beraneka warna–merah, putih atau hitam–meskipun juga berasal dari suatu materi yang sama di dalam perut bumi.

Materi ini, oleh para geolog, dinamakan magma yang muncul di berbagai kawasan bumi. Akan tetapi, karena kemunculan magma itu dari kedalaman yang berbeda, maka kandungannya menjadi berbeda pula. Magma yang berproses dari kedalaman yag berbeda, pada akhirnya, mengkristal membentuk gundukan- gundukan atau gunung-gunung yang beraneka ragam warna dan materinya.

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 139; Seri Tadabbur Al Qur'an

Demikianlah sebenarnya kesatuan hukum Allah. Meskipun bentuknya beraneka ragam, tetapi berasal dari materi yang satu. Semua itu adalah untuk kemudahan dan kemanfaatan umat manusia.

Surah Fatir Ayat 28
وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Terjemahan: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Tafsir Jalalain: وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ (Dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya) sebagaimana beraneka ragamnya buah-buahan dan gunung-gunung.

إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْ (Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama) berbeda halnya dengan orang-orang yang jahil seperti orang-orang kafir Mekah. إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ (Sesungguhnya Allah Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya غَفُورٌ (lagi Maha Pengampun) terhadap dosa hamba-hamba-Nya yang mukmin.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ (“Dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya [dan jenisnya]”) yaitu, demikian pula halnya makhluk-makhluk hidup, berupa manusia dan ad-dawaab, yaitu binatang melata, yakni setiap binatang yang berjalan dengan empat kaki.

Al-an’aam (binatang ternak) merupakan bentuk khusus yang disertakan kepada sesuatu yang umum, dan demikian pula, iapun berbeda-beda. Sedangkan di antara manusia ada bangsa barbar, Habsy, dan Thumathim yang sangat hitam, serta bangsa Shaqalibah dan Romawi yang sangat putih dan bangsa Arab ada di antara mereka, sedangkan bangsa Hindi di bawah mereka.

Untuk itu Allah berfirman dalam surat ar-Ruum: 22: “Dan berlain-lainannya bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui.”

Firman Allah: إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْ (“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.”) yaitu sesungguhnya orang-orang yang takut kepada-Nya dengan sebenar-benarnya adalah para ulama yang mengenal-Nya. Karena, setiap kali bertambah sempurna pengetahuan seseorang tentang Allah Yang Mahaagung lagi Mahamengetahui, maka setiap kali itu pula rasa takut itu semakin besar dan semakin banyak.

Ibnu Laihai’ah berkata dari Ibnu ‘Abbas: “Di antara hamba-hamba-Nya yang mengetahui tentang Allah adalah orang yang tidak menyekutukan-Nya, menghalalkan apa-apa yang dihalalkan-Nya, mengharamkan apa-apa yang diharamkan-Nya dan meyakini tentang perjumpaan dengan-Nya dan bahwasannya amalnya akan dihitung.” Said bin Jubair berkata: “Al-Khasy-syah [rasa takut] adalah sesuatu yang menghalangi antara engkau dengan maksiat kepada Allah.”

Al-Hasan al-Bashri berkata: “Orang alim adalah orang yang takut kepada ar-Rahman [Allah Yang Mahapemurah] dalam kesendirian, senang dengan apa yang disenangi oleh Allah dan zuhud terhadap apa yang dimurkai Allah.” Kemudian beliau membaca: إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ (“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahapengampun”)

Ibnu Mas’ud berkata: “Ilmu bukanlah dengan memperbanyak bicara, akan tetapi ilmu adalah dengan memperbanyak rasa takut.” Ahmad bin Shalih al-Mishri berkata dari Ibnu Wahb, dari Malik: “Sesungguhnya ilmu bukanlah dengan memperbanyak riwayat. Sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang dijadikan oleh Allah di dalam qalbu.

Sesungguhnya ilmu adalah yang difardlukan oleh Allah untuk diikuti. Ilmu itulah al-Kitab dan as-Sunnah serta apa yang datang dari para shahabat serta para imam kaum Muslimin setelah mereka. Semua itu tidak dapat diperoleh kecuali melalui riwayat. Maka yang dimaksud dengan ‘cahaya’ ialah pemahaman ilmu dan pengertian-pengertiannya.”

Baca Juga:  Surah Fatir Ayat 40-41; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Orang yang alim tentang Allah dan perintah-Nya adalah orang yang takut kepada Allah Ta’ala serta mengetahui hukum-hukum Allah dan kewajiban-kewajiban-Nya. Orang-orang yang alim kepada Allah , dan tidak alim terhadap perintah-Nya adalah orang yang takut kepada Allah akan tetapi tidak mengetahui hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban-Nya. Sedangkan orang yang alim tentang perinta Allah dan tidak alim tentang Allah adalah orang yang mengetahui hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban, tetapi tidak takut kepada Allah.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah menambah penjelasan lagi tentang hal-hal yang menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaan-Nya. Allah menciptakan binatang melata dan binatang ternak, yang bermacam-macam warnanya sekalipun berasal dari jenis yang satu. Bahkan ada binatang yang satu, tetapi memiliki warna yang bermacam-macam. Mahasuci Allah pencipta alam semesta dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan ini firman Allah:

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. (ar-Rum/30: 22)

Demikianlah Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya seperti tersebut di atas untuk dapat diketahui secara mendalam. Hanya ulama yang benar-benar menyadari dan mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah, sehingga mereka benar-benar tunduk kepada kekuasaan-Nya dan takut kepada siksa-Nya.

Ibnu ‘Abbas berkata, “Yang dinamakan ulama ialah orang-orang yang mengetahui bahwa Allah itu Mahakuasa atas segala sesuatu.” Di dalam riwayat lain, Ibnu ‘Abbas berkata, “Ulama itu ialah orang yang tidak mempersekutukan Tuhan dengan sesuatu apa pun, yang menghalalkan yang telah dihalalkan Allah dan mengharamkan yang telah diharamkan-Nya, menjaga perintah-perintah-Nya, dan yakin bahwa dia akan bertemu dengan-Nya yang akan menghisab dan membalas semua amalan manusia.”

Ayat ini ditutup dengan suatu penegasan bahwa Allah Mahaperkasa menindak orang-orang yang kafir kepada-Nya. Dia tidak mengazab orang-orang yang beriman dan taat kepada-Nya, tetapi Maha Pengampun kepada mereka. Dia kuasa mengazab orang-orang yang selalu berbuat maksiat dan bergelimang dosa, sebagaimana Dia kuasa memberi pahala kepada orang-orang yang taat kepada-Nya dan mengampuni dosa-dosa mereka, maka sepatutnya manusia itu takut kepada-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Demikian pula di antara manusia, binatang melata, unta, sapi dan domba terdapat bermacam-macam bentuk, ukuran dan warnanya pula. Hanya para ilmuwan yang mengetahui rahasia penciptaanlah yang dapat mencermati hasil ciptaan yang mengagumkan ini dan membuat mereka tunduk kepada Sang Pencipta. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa yang ditakuti orang-orang Mukmin, Maha Pengampun segala dosa siapa pun yang berserah diri kepada-Nya. (1).

(1) Setelah memaparkan bahwa berbagai jenis buah-buahan dan perbedaan warna pegunungan itu berasal dari suatu unsur yang sama–yakni, buah-buahan berasal dari air dan gunung-gunung berasal dari magma, ayat ini pun menyitir bahwa perbedaan bentuk dan warna yang ada pada manusia, binatang-binatang melata dan hewan-hewan ternak tidak tampak dari sperma-sperma yang menjadi cikal bakalnya.

Bahkan sekiranya kita menggunakan alat pembesar sekali pun, sperma-sperma tersebut tampak tidak berbeda. Di sinilah sebenarnya letak rahasia dan misteri gen dan plasma. Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa faktor genetislah yang menjadikan tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia tetap memiliki ciri khasnya dan tidak berubah hanya disebabkan oleh habitat dan makanannya.

Maka sungguh benar jika ayat ini menyatakan bahwa para ilmuwan yang menetahui rahasia-rahasia penciptaan sebagai sekelompok manusia yang paling takut kepada Allah.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Fatir Ayat 27-28 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S