Surah Hud Ayat 108; Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an

Surah Hud Ayat 108

Pecihitam.org – Kandungan Surah Hud Ayat 108 ini menjelaskan bahwa orang-orang yang beramal saleh mendapatkan kebahagiaan dan dimasukkan ke dalam Surga. Berbeda halnya yang dijelaskan pada ayat sebelumnya, yaitu orang-orang yang celaka, ingkar dan menentang ayat-ayat Allah, maka mereka dimasukkan ke dalam neraka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an Surah Hud Ayat 108

وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۖ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ

Terjemahan: Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.

Tafsir Jalalain: وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا (Adapun orang-orang yang berbahagia) dapat dibaca sa’iduu atau su’iduu, فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا (maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi kecuali) melainkan

مَا شَاءَ رَبُّكَ (jika Rabbmu menghendaki) penafsirannya seperti apa yang telah dikemukakan pada ayat terdahulu yang hal ini ditunjukkan oleh firman selanjutnya, yaitu عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ (sebagai karunia yang tiada putus-putusnya) tidak pernah terputus, dan penakwilan yang terdahulu itulah penakwilan yang paling kuat karena ia terlepas dari pengertian yang dipaksakan. Akhirnya hanya Allah jualah Yang Maha Mengetahui akan maksud-Nya.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 156; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا (Adapun orang-orang yang bahagia) mereka adalah para pengikut Rasul. فَفِي الْجَنَّةِ (maka tempatnya adalah surga) maksudnya tempat mereka adalah surga. خَالِدِينَ فِيهَا (mereka kekal di dalamnya) maksudnya mereka tinggal di dalamnya selama-lamanya.

مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ (selama ada langit dan bumi. Kecuali jika Rabbmu menghendaki lain) Arti pengecualian di sini adalah, bahwa keabadian mereka dalam kenikmatan bukanlah sesuatu yang harus dilakukan oleh Allah , akan tetapi hal itu adalah diserahkan kepada kehendak Allah Ta’ala, maka hak Allahlah pemberian anugerah yang terus-menerus kepada mereka, maka dari itu mereka diilhami untuk bertasbih dan bertahmid sebagaimana mereka bernafas.

Adh-Dhahhak dan al-Hasan al-Bashri berkata: “Ayat itu menjelaskan tentang hak orang-orang ahli maksiat yang bertauhid yang semula mereka berada di neraka, kemudian dikeluarkan darinya, maka Allah melanjutkan firman-Nya: عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ (Sebagai karunia yang tiada putus putusnya) maksudnya, tidak terputus.” Mujahid, Ibnu Abbas, Abul Aliyah dan yang lainnya mengatakan tentang ini (yaitu ayat: ‘Karunia yang tiada putus putusnya’)

Untuk tidak menjadikan keraguan (untuk meyakinkan) bagi orang-orang yang ragu setelah adanya pengecualian kehendak Allah, yang mana di sana menggambarkan adanya keterputusan, atau adanya kesamaran atau sesuatu pengertian yang lain.

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 50-52; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Akan tetapi dengan adanya keterangan ayat yang terakhir itu, menjelaskan bahwa Allah menekankan adanya kesinambungan dan tidak keterputusan, sebagaimana pula Allah menjelaskan di sana, bahwa adzab ahli neraka di dalamnya, kekal selama-lamanya. Kekekalan ini tertolak dengan adanya pengecualian kehendak-Nya.

Sesungguhnya Allah Ta’ala dengan keadilan-Nya dan kebijaksanaan-Nya telah mengadzab mereka, itulah sebabnya Allah berfirman: “Sesungguhnya Rabbmu berbuat terhadap apa yang Dia kehendaki.” Sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Allah tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 23)

Di sini, Allah Ta’ala menenteramkan hati dan menetapkan maksud dengan firman-Nya, عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ (Sebagai karunia yang tiada putus putusnya) Telah ada hadits dalam ash-shahihain: “Kematian didatangkan dengan bentuk kambing yang indah rupanya, kemudian ia disembelih antara surga dan neraka, kemudian dikatakan; ‘Wahai ahli surga, kekal-lah, tidak ada kematian. Dan wahai ahli neraka, kekal-lah tidak ada kematian.’”

Dan di dalam shahihain juga: “Maka dikatakan; Wahai ahli surga, sesungguhnya kamu akan hidup dan tidak akan mati selama-lamanya dan kamu akan selalu muda dan tidak akan tua selama-lamanya dan kamu akan sehat dan tidak sakit selama-lamanya dan kamu akan (merasa) menikmati dan tidak akan (merasa) kesulitan selama-lamanya.” (HR. Muslim, kitab al Jannah bab fii Dawaam na’iimi Ahlil Jannah)

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 5; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Sedangkan orang-orang yang diberikan kebahagiaan oleh Allah, mereka akan masuk surga dan kekal di dalamnya, dari sejak awal selesainya perhitungan sampai waktu yang tidak terbatas. Kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Allah untuk ditunda waktunya masuk surga, yaitu orang-orang Mukmin yang banyak berbuat maksiat.

Mereka itu akan berada di neraka sesuai azab yang pantas mereka terima, kemudian keluar dari situ dan masuk ke dalam surga. Mereka yang berbahagia itu, akan diberi oleh Tuhanmu karunia yang besar dan kekal di surga, tidak berkurang dan tidak putus-putus.

Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Hud Ayat 108 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S