Surah Luqman Ayat 20-21; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Luqman Ayat 20-21

Pecihitam.org – Kandungan Surah Luqman Ayat 20-21 ini, menerangkan kepada orang-orang kafir bahwa mereka hanya diberi kesenangan hidup yang sebentar dan bersifat sementara. Selama waktu yang sedikit itu, mereka dapat mempergunakan nikmat-nikmat yang disediakan Allah dan mengecap kesenangan hidup. Akan tetapi, kesenangan sementara itu tidak ada artinya sama sekali jika dibandingkan dengan kesenangan ukhrawi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Luqman Ayat 20-21

Surah Luqman Ayat 20
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُّنِيرٍ

Terjemahan: “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.

Tafsir Jalalain: أَلَمْ تَرَوْا (Tidaklah kalian perhatikan) hai orang-orang yang diajak bicara, tidakkah kalian ketahui أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ (bahwa Allah telah menundukkan untuk kepentingan kalian apa yang di langit) yaitu matahari, bulan dan bintang-bintang supaya kalian mengambil manfaat daripadanya وَمَا فِي الْأَرْضِ (dan apa yang di bumi) berupa buah-buahan, sungai-sungai dan binatang-binatang.

وَأَسْبَغَ (dan menyempurnakan) artinya meluaskan dan menyempurnakan عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً (untuk kalian nikmat-Nya lahir) yaitu diberi bentuk yang baik, anggota yang paling sempurna dan lain sebagainya وَبَاطِنَةً (dan batin) berupa pengetahuan dan lain sebagainya.

وَمِنَ النَّاسِ (Dan di antara manusia) yakni penduduk Mekah يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى (ada yang membantah tentang keesaan Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk) dari Rasul هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُّنِيرٍ (dan tanpa Kitab yang memberi penerangan) yang telah diturunkan oleh Allah, melainkan dia melakukan hal itu hanya secara taklid atau mengikut saja.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman mengingatkan kepada makhluk-Nya tentang berbagai nikmat yang diberikan-Nya kepad mereka di dunia dan di akhirat. Yaitu dengan ditundukkannya untuk mereka apa saja yang ada di langit berupa bintang-bintang yang memberikan cahaya di waktu malam dan siang serta apa saja yang diciptakan di dalamnya berupa awan, hujan,salju dan embun serta Dia jadikan bagi mereka atap yang terjaga di dalamnya.

Dia menciptakan untuk mereka di dalam bumi berupa tempat tinggal, sungai-sungai, pohon-pohon, tanam-tanaman dan buah-buahan serta Dia liputi mereka dengan berbagai nikmat-Nya yang dhahir dan yang batin seperti diutusnya para Rasul, diturunkannya berbagai kitab, dan dibantahnya berbagai syubhat dan penyakit.

Baca Juga:  Surah Al-Qashash Ayat 14-17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Kemudian di samping itu semua, tidak seluruh manusia mengimaninya, bahkan sebagian mereka ada orang-orang yang menentang Allah dalam mengesakan-Nya dan pengutusannya terhadap para Rasul serta penentangannya dalam masalah ini tanpa ilmu dan tanpa bersandar dengan hujjah yang shahih serta kitab ma’tsur yang shahih.

Untuk itu Dia berfirman: وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُّنِيرٍ (“Dan di antara manusia ada yang membantah tentang [keesaan] Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberikan penerangan.” Yaitu yang menjelaskan dan menerangi.

Tafsir Kemenag: Ayat ini mengingatkan manusia dengan menanyakan apakah mereka tidak memperhatikan tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah di alam yang luas ini? Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah-lah yang menundukkan untuk mereka semua yang ada di alam ini, sehingga mereka dapat mengambil manfaat daripadanya.

Dialah yang menjadikan matahari bersinar, sehingga siang menjadi terang benderang. Sinar matahari itu dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang akan menjadi bahan makanan bagi manusia. Bulan dan bintang dijadikan-Nya bercahaya, yang dapat menerangi malam yang gelap dan menjadi petunjuk bagi kapal yang mengarungi lautan.

Diturunkannya hujan yang membasahi bumi dan menyuburkan tumbuh-tumbuhan, dan airnya untuk minuman manusia dan binatang, dan sebagian air itu disimpan dalam tanah sebagai persiapan musim kemarau. Dia menjadikan aneka ragam barang tambang, gas alam, dan sebagainya, yang semuanya itu dapat diambil manfaatnya oleh manusia. Tidaklah ada yang sanggup menghitung nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia.

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., “Saya bertanya kepada Nabi saw, ‘Hai Rasulullah, apa makna nikmat lahiriah? Beliau menjawab, ‘Budi baik seseorang. Dan nikmat batiniah adalah dia diberi hidayah beragama Islam.” (RiwAyat al-Baihaqi) Ada orang yang berpendapat bahwa adh-dhahirah ialah kesehatan dan budi pekerti yang luhur, dan al-bathinah ialah pengetahuan dan akal pikiran.

Ada pula yang mengartikan adh-dhahirah dengan semua nikmat Allah yang tampak, seperti harta kekayaan, kemegahan, kecantikan, dan ketaatan, sedang al-bathinah ialah pengetahuan tentang Allah, keyakinan yang baik, pengetahuan tentang hakikat hidup yang sebenarnya, dan sebagainya.

Baca Juga:  Surah Luqman Ayat 22-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Sekalipun terdapat perbedaan tentang arti adh-dhahirah dan al-bathinah itu, namun dapat diambil kesimpulan bahwa keduanya merupakan nikmat-nikmat yang dilimpahkan Allah kepada manusia dan dapat dirasakannya.

Pada akhir Ayat ini, Allah memperingatkan bahwa sekalipun Ia telah melimpahkan nikmat yang tidak terhingga kepada manusia, namun masih banyak manusia yang membantah dan mengingkari nikmat-nikmat itu, seperti Nadhar bin haris, Ubay bin Khalaf, dan lain-lain. Mereka membantah bukti yang dikemukakan Al-Qur’an dan seruan Nabi dengan tidak berdasarkan pada ilmu pengetahuan, hujah yang benar, dan wahyu dan kitab yang diturunkan Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai anakku, sesungguhnya kebaikan dan keburukan manusia, meskipun sekecil biji sawi dan berada pada tempat yang paling tersembunyi–seperti di balik karang, di langit, ataupun di bumi–Allah pasti akan menampakkan dan memperhitungkannya. Sesungguhnya Allah Mahahalus, tak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya; Mahatahu yang mengetahui hakikat segala hal.

Surah Luqman Ayat 21
يوَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ

Terjemahan: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang diturunkan Allah”. Mereka menjawab: “(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?

Tafsir Jalalain: (Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “Tidak, tapi kami hanya mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.”) Maka Allah berfirman, ” (Apakah) mereka mengikuti bapak-bapak mereka (walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala nyala?”) yakni kepada hal-hal yang menjerumuskan mereka ke dalamnya, tentu saja tidak bukan?.

Tafsir Ibnu Katsir: وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ (“Dan apabila dikatakan kepada mereka.”) yaitu kepada orang-orang yang membatah keesaan Allah, اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ (“Ikutilah apa yang diturunkan Allah.”) yaitu atas Rasul-Rasul-Nya berupa syariat-syariat yang suci.

قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا (“Mereka menjawab: ‘[tidak], tetapi kami [hanya] mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.’”) yaitu mereka tidak memiliki hujjah kecuali sekedar mengikuti nenek moyang mereka yang terdahulu. Yaitu, apakah dugaan kalian hai orang-orang yang berhujjah dengan perbuatan nenek moyang mereka bahwa mereka berada di dalam kesesatan, sedangkan kalian adalah pelanjut perbuatan yang mereka lakukan.

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 49; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Untuk itu Allah berfirman: أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ (“Dan apakah [akan mengikuti bapak-bapak mereka] walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala [neraka]?”)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa orang kafir seperti yang disebutkan Ayat di atas tidak dapat diharapkan lagi untuk beriman karena mereka sangat ingkar dan pikiran mereka telah ditutupi oleh taklid buta kepada nenek moyang mereka. Oleh karena itu, mereka tidak lagi menghiraukan dalil-dalil yang dike-mukakan.

Sifat dan sikap mereka digambarkan Allah dalam Ayat ini dengan mengatakan, “Apabila dikatakan kepada orang-orang yang membantah keesaan Allah itu, ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, mereka menjawab, ‘Kami mengikuti apa yang telah diajarkan kepada kami oleh bapak-bapak kami, dan mereka telah mengajarkan agama yang benar dan ketentuan-ketentuan yang baik bagi kami.”

Pada akhir Ayat ini diterangkan bahwa orang-orang musyrik itu tetap mengikuti agama nenek moyang mereka, walaupun orang-orang tua mereka itu tidak berpengetahuan dan tidak pernah mendapat petunjuk. Hal itu menunjukkan bahwa dalam hal kepercayaan, mereka tidak lagi menggunakan akal pikiran, tetapi telah diperbudak oleh hawa nafsu.

Hawa nafsu yang demikian itu diembuskan dan ditanamkan oleh setan ke dalam hati orang-orang kafir, sehingga mereka tidak akan dapat melihat kebenaran. Akibat dari tindakan itu, mereka akan terjerumus ke dalam azab neraka Jahanam di akhirat nanti.

Tafsir Quraish Shihab: Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah kebenaran dan petunjuk yang diturunkan Allah,” mereka menjawab, “Tidak, kami hanya akan mengikuti apa yang kami dapatkan dari nenek moyang kami.” Apakah mereka akan mengikuti nenek moyang mereka itu, walaupun mereka sebenarnya diseru oleh setan untuk menuju kepada kesesatan yang membawa mereka kepada siksa neraka?

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Luqman Ayat 20-21 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S