Surah Luqman Ayat 31-32; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Luqman Ayat 31-32

Pecihitam.org – Kandungan Surah Luqman Ayat 31-32 ini, Allah memerintahkan agar manusia melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang ada di bumi. bukti-bukti atas kekuasaan dan kebesaran-Nya yang nyata bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi segala macam cobaan dan kesukaran, serta bagi orang-orang yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Luqman Ayat 31-32

Surah Luqman Ayat 31
أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱلْفُلْكَ تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِنِعْمَتِ ٱللَّهِ لِيُرِيَكُم مِّنْ ءَايَٰتِهِۦٓ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Terjemahan: “Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.

Tafsir Jalalain: أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱلْفُلْكَ (Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya bahtera itu) kapal itu تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِنِعْمَتِ ٱللَّهِ لِيُرِيَكُم (berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepada Kamu sekalian) hai orang-orang yang diajak bicara dalam hal ini مِّنْ ءَايَٰتِهِۦٓ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ (sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda) yaitu pelajaran-pelajaran (bagi semua orang yang sangat bersabar) di dalam menahan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat yang dilarang oleh Allah شَكُورٍ (lagi banyak bersyukur) atas nikmat-nikmat-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia yang telah menundukkan laut agar kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, yaitu dengan kelembutan dan pentaruran-Nya. Sesungguhnya seandainya Dia tidak menjadikan daya dalam air yang dapat membawa kapal, niscaya kapal itu tidak akan dapat berlayar.

Untuk itu Dia berfirman: لِيُرِيَكُم مِّنْ ءَايَٰتِهِۦٓ (“Supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda-Nya.”) yaitu dari kekuasaan-Nya. إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sabar lagi banyak bersyukur.”) yaitu orang yang sangat sabar di waktu kesulitan lagi banyak bersyukur di waktu senang.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa tujuan Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada manusia adalah untuk menjadi dalil dan bukti yang kuat bagi mereka bahwa manusia wajib beribadah kepada-Nya dan hanyalah Dia yang berhak disembah.

Menyembah atau beribadah kepada selain Allah adalah tindakan yang batil karena semua yang selain Dia adalah fana, tidak kekal. Dia Mahakaya dan tidak memerlukan yang lain, sedangkan semua makhluk sangat tergantung kepada nikmat-Nya. Akhirnya Ayat ini menegaskan bahwa Allah Mahatinggi, mengatasi segala sesuatu, Mahabesar, dan menguasai segala sesuatu. Semua tunduk dan patuh kepada-Nya.

Baca Juga:  Surah Thaha Ayat 99-101; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah dan kasih sayang-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pemberi kabar gembira berupa turunnya hujan yang akan menyirami kalian dan untuk memberikan kepada kalian berbagai manfaat dari keluasan nikmat-Nya, yaitu dengan menumbuhkan segala macam tumbuhan dengan hujan itu. Juga agar bahtera dapat berlayar di air dengan perintah dan kekuasaan-Nya.

Selain itu, juga agar kalian dapat mencari rezeki dari karunia-Nya dengan berdagang dan mempergunakan apa-apa yang ada di darat dan di laut. Serta agar kalian bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya dengan cara taat dan beribadah kepada-Nya semata.

Surah Luqman Ayat 32
وَإِذَا غَشِيَهُم مَّوْجٌ كَٱلظُّلَلِ دَعَوُا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمْ إِلَى ٱلْبَرِّ فَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمَا يَجْحَدُ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُور

Terjemahan: “Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari Ayat-Ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.

Tafsir Jalalain: وَإِذَا غَشِيَهُم (Dan apabila mereka tertutup) yakni orang-orang kafir itu oleh مَّوْجٌ كَٱلظُّلَلِ (ombak yang besar seperti gunung) bagaikan bukit besarnya, hingga menutupi apa yang ada di bawahnya دَعَوُا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ (mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya) mereka berdoa hanya kepada-Nya, semoga Dia menyelamatkan mereka dari amukan gelombang itu.

ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمْ إِلَى ٱلْبَرِّ فَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ (Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan pertengahan) yakni pertengahan antara ingkar dan iman, dan sebagian di antara mereka ada yang masih tetap pada kekafirannya.

وَمَا يَجْحَدُ بِـَٔايَٰتِنَآ (Dan tidak ada yang mengingkari Ayat-Ayat Kami) yang antara lain ialah diselamatkannya mereka dari amukan gelombang إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ (selain orang-orang yang tidak setia) yaitu pengkhianat كَفُورٍ (lagi ingkar) kepada nikmat-nikmat Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: Kemudian Allah berfirman: وَإِذَا غَشِيَهُم مَّوْجٌ كَٱلظُّلَلِ (“Dan apabila mereka dilanda ombak yang besar seperti gunung.”) yaitu seperti gunung-gunung dan awan. دَعَوُا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ (“Mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.”) kemudian firman-Nya:

فَلَمَّا نَجَّىٰهُمْ إِلَى ٱلْبَرِّ فَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ (“Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus.”) Mujahid berkata: “Yaitu yang kafir, seakan-akan dia menafsirkan almuqtashid di sini dengan aljaahid (orang yang membangkang).

Baca Juga:  Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 219-220 dan Terjemahannya

Sedangkan Ibnu Zaid berkata: “Yaitu, orang yang tengah-tengah dalam beramal.” Pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Zaid inilah yang dimaksud oleh firman Allah: yang artinya (“Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang petengahan.”)(Faathir: 32).

Almuqtashid di dalam Ayat ini adalah orang yang pertengahan dalam beramal. Boleh jadi itu pula yang dimaksud di dalam Ayat ini. Dan hal ini merupakan bagian pengingkaran dari orang yang menyaksikan kejadian dahsyat, perkara-perkara besar dan tanda-tanda kekuasaan Allah di lautan,

kemudian setelah Allah memberikan kenikmatan kepadanya dengan keselamatan dari bahaya tersebut yang seharusnya dia membalasnya dengan amal yang sempurna, bersungguh-sungguh dalam beribadah dan bersegera melakukan kebaikan.

Maka barangsiapa yang menempuh jalan yang pertengahan [membatasi ibadahnya] setelah itu, niscaya hal itupun merupakan suatu kekuarangan. wallaaHu a’lam.

Dan firman-Nya: وَمَا يَجْحَدُ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُورٍ (“Dan tidak ada yang mengingkari Ayat-Ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.”) alkhattaar adalah orang yang melanggar janji, itulah yang dikatakan oleh Mujahid, al-Hasan, Qatadah, Malik, dan Zaid bin Aslam. Yaitu orang yang setiap kali berjanji dia batalkan perjanjiannya. Sedangkan alkhattar adalah yang lebih buruk dari pelanggaran –janji-.

Dan firman-Nya: كَفُورٍ (“ingkar”), yaitu orang yang mengingkari nikmat, tidak mensyukurinya, bahkan melupakannya dan tidak mengingatnya.

Tafsi Kemenag: Pada Ayat ini, Allah memerintahkan agar manusia melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang ada di bumi dengan mengatakan, “Apakah tidak engkau perhatikan, hai Muhammad, bahtera yang berlayar di lautan yang menghubungkan negeri-negeri yang berjauhan letaknya.”

Dengan adanya hubungan itu, penduduk suatu negeri akan mengenal penduduk negeri lain. Keperluan dan kebutuhan rakyat yang tidak ada di negerinya dapat diambil dan diangkut oleh kapal-kapal dari negeri-negeri yang lain, seperti bahan makanan, pakaian, obat-obatan, perhiasan, mesin-mesin, dan sebagainya.

Dengan adanya kapal-kapal itu, seakan-akan hubungan antara bangsa-bangsa dan negara-negara dewasa ini semakin dekat. Kapal dibuat pertama kali oleh Nabi Nuh sesuai dengan perintah Allah dalam misi penyelamatan manusia beriman ditambah dengan sejumlah pasangan hewan (lebih lanjut baca Surah Hud/11: 40).

Namun demikian, dengan kemampuan berpikir manusia, maka teknologi kapal berkembang. Kapal tidak saja dibuat dari bahan kayu saja bahkan sudah berkembang dengan menggunakan logam. Walaupun akhir-akhir ini dengan berkembangnya teknologi bahan, manusia telah mampu “meramu” dari bahan yang tersedia menjadi bahan yang lebih ringan, kompak, mudah dibentuk, kuat, tahan cuaca, dan tahan benturan.

Baca Juga:  Surah Luqman Ayat 22-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Besi yang mestinya tenggelam, karena massa jenis logam jauh lebih besar di atas massa jenis air, tetapi dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), yakni dengan menerapkan hukum Archimides (fisika), maka besi tadi dapat mengapung di permukaan air.

Hakikatnya hukum fisika itu adalah ketetapan Allah. Ketetapan Allah yang dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan manusia. Itulah nikmat Allah yang sesungguhnya. Semua yang diterangkan Allah itu adalah bukti-bukti atas kekuasaan dan kebesaran-Nya yang nyata bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi segala macam cobaan dan kesukaran, serta bagi orang-orang yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya.

Tanda orang bersyukur kepada Allah itu ialah dengan menyatakan ungkapan syukur dalam bentuk perkataan atau perbuatan ketika menerima nikmat itu. Asy-Sya’bi berkata, “Sabar itu adalah sebagian dari iman, syukur itu adalah sebagian iman, dan yakin adalah iman seluruhnya. Tidakkah engkau perhatikan firman Allah yang terdapat pada akhir Ayat ini dan firman-Nya:

“wa fi al-ardhi Ayatun li al-muqinin” (dan pada bumi itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin) dan sabda Rasulullah saw: Iman itu ada dua bagian, yaitu sebagian dalam sabar dan sebagian dalam syukur. (RiwAyat al-Baihaqi dari Anas).

Tafsir Quraish Shihab: Apabila orang-orang yang membangkang itu masuk dan menaiki kapal, kemudian mereka diombang- ambingkan oleh air laut dan ombak yang menggunung seakan-akan menaungi mereka sehingga mereka mengira bahwa mereka pasti akan tenggelam, mereka segera bergantung dan berlindung kepada Allah dan berdoa kepada-Nya dengan ikhlas dan tunduk untuk menolong mereka.

Lalu apabila Allah telah menyelamatkan mereka sampai ke daratan, sedikit sekali dari mereka yang mengingat janjinya dan berjalan pada jalan yang lurus dalam setiap perbuatannya. Bahkan kebanyakan mereka lupa akan karunia Allah dan tetap membangkang.

Sesungguhnya tidak ada yang mengingkari karunia dan kebaikan Tuhannya, kecuali orang yang sangat ingkar dan berlebih-lebihan dalam kekufurannya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah Luqman Ayat 31-32 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S