Surah Maryam Ayat 46-48; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Maryam Ayat 46-48

Pecihitam.org – Kandungan Surah Maryam Ayat 46-48 ini, menjelaskan peringatan ibrahim yang disampaikan dengan lembut, santun, dan berkali-kali tetap tidak mampu menyadarkan ayahnya. Karena keyakinan salah itu sudah mendarah daging pada diri ayahnya,

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

dia berkata dengan kesal, ‘bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai ibrahim, sehingga engkau terus mengajakku meninggalkan sesembahan itu dan memintaku beribadah hanya kepada tuhan yang esa’ jika engkau tidak berhenti dari permintaanmu dan tetap mencela tuhanku, pasti engkau akan kurajam, kulempari dirimu dengan batu sampai mati.

Bila engkau tidak ingin hal ini terjadi, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama agar amarahku reda dan engkau tidak lagi mencela sesembahanku. Mendapat ancaman itu ibrahim sadar ayahnya sudah tidak dapat diperingatkan. Dengan tetap santun, dia berkata, ‘selamat berpisah, ayah tercinta.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Maryam Ayat 46-48

Surah Maryam Ayat 46
قَالَ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِن لَّمْ تَنتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا

Terjemahan: Berkata bapaknya: “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”.

Tafsir Jalalain: قَالَ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ (Bapaknya berkata, “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim?) maka sebab itu kamu mencelanya. لَئِن لَّمْ تَنتَهِ (Jika kamu tidak berhenti) mencaci makinya

لَأَرْجُمَنَّكَ (maka niscaya kamu akan kurajam) dengan batu, atau dengan perkataan yang jelek, maka hati-hatilah kamu terhadapku وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا (dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama)” yakni dalam masa yang lama.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman mengabarkan tentang jawaban ayah Ibrahim kepada puteranya, yaitu Ibrahim berkenaan dengan ajakannya: أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ (“Apakah kamu benci kepada ilah-ilahku, hai Ibrahim?”) Yaitu, jika engkau tidak ingin menyembahnya serta tidak me-
nyenanginya, maka hentikanlah mencaci, menghina dan meremehkannya. Karena, jika engkau tidak menghentikan semua itu, aku akan membalas untuk mencaci dan menghinamu. Itulah perkataan:

لَأَرْجُمَنَّكَ (“Niscaya kamu akan kurajam.”) Demikian perkataan Ibnu `Abbas, as-Suddi, Ibnu Juraij, adh-Dhahhak dan selain mereka.

Firman-Nya: وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا (“Dan tinggalkanlah aku maliyyan.”) Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Jubair dan Muhammad bin Ishaq berkata: “Yaitu selama-lamanya.” Sedangkan al-Hasan al-Bashri berkata: “Waktu yang lama.”

Tafsir Kemenag: Bapak Nabi Ibrahim menolak ajakan anaknya yang diucapkan dengan nada lemah lembut itu dengan kata-kata yang keras dan tajam yang menampakkan keingkaran dan kemarahan yang amat sangat. Bapaknya berkata,

“Apakah engkau membenci berhala-berhala yang aku sembah, yang aku muliakan dan yang aku agungkan hai Ibrahim? Apakah engkau tidak menyadari kesalahan pengertianmu? Bukankah berhala-berhala yang aku sembah itu sembahan semua kaummu? Bukankah tuhan-tuhan yang aku muliakan itu sembahan nenek moyangmu sejak dahulu kala?

Apakah engkau telah gila atau kemasukan setan dengan dakwahmu bahwa engkau telah mendapat ilmu dari Tuhan sesungguhnya? Jika engkau tidak menghentikan seruanmu itu, aku akan melemparimu dengan batu sampai mati, atau pergilah engkau dari sisiku bahkan dari negeri ini dan tidak usah kembali lagi.”

Baca Juga:  Surah Al-An'am Ayat 27-30; Seri Tadabbur Al Qur'an

Mendengar bantahan dan jawaban yang amat keras itu hancur luluhlah hati Ibrahim karena dia sangat sayang dan santun kepada bapaknya dan sangat menginginkan agar dia bebas dari kesesatan menyembah berhala dan menerima petunjuk ke jalan yang benar, serta mau beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan Mahakuasa.

Dia ingin agar dengan beriman itu bapaknya akan mendapat karunia dan rahmat dari Tuhannya. Tetapi apa yang akan dilakukan dan dikatakannya, sedang bapaknya sudah kalap dan mengusirnya dari rumah dan kampung halamannya bahkan tidak menginginkan kembalinya seakan-akan dia bukan anaknya lagi.

Surah Maryam Ayat 47
قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا

Terjemahan: Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.

Tafsir Jalalain: قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ (Ibrahim berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu) dariku, maksudnya aku tidak akan lagi menimpakan hal-hal yang tidak diinginkan kepadamu

سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا (aku akan memintakan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku”) lafal حَفِيًّا berasal dari lafal Hafaa, yang artinya sangat baik hingga Dia selalu memperkenankan doaku.

Kemudian Nabi Ibrahim memenuhi janjinya itu, sebagaimana disebutkan di dalam surah Asy-Syu’ara, yaitu, “.. dan ampunilah bapakku…” (Q.S. Asy-Syu’ara, 86). Hal ini dilakukan oleh Nabi Ibrahim sebelum jelas baginya bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surah At-Taubah.

Tafsir Ibnu Katsir: Ibrahim berkata kepada ayahnya: سَلَامٌ عَلَيْكَ (“Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu,”) sebagaimana firman Allah tentang sifat orang-orang yang beriman, “Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al-Furqaan: 63)

Makna perkataan Ibrahim kepada ayahnya: سَلَامٌ عَلَيْكَ (“Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu,”) yaitu, adapun aku tidak akan membalasmu dengan kebencian atau bahaya. Hal itu dikarenakan menghormati ayah.

سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّ (“Aku akan memintakan ampunan untukmu kepada Rabbku,”) akan tetapi, aku akan meminta kepada Allah agar memberi hidayah dan mengampuni dosa-dosamu. إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا (“Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.”)

Ibnu Abbas dan selainnya berkata, yaitu sangat baik dengan memberiku petunjuk untuk beribadah dan ikhlas hanya kepada-Nya. Qatadah, Mujahid dan selain keduanya berkata, “Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku,” adalah selalu memperkenankan do’a.

Sesungguhnya Ibrahim telah meminta ampunan untuk ayahnya dalam waktu yang cukup panjang. Setelah beliau hijrah ke negeri Syam, membangun Masjidil Haram, serta setelah lahirnya Isma’il dan Ishaq. Dalam firman-Nya:

“Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari Kiamat).” (QS. Ibrahim: 41). Orang-orang muslim memintakan ampunan untuk para kerabat dan keluarga mereka yang musyrik pada masa permulaan Islam. Hal itu karena mentauladani Ibrahim al-Khalil, hingga Allah menurunkan:

Baca Juga:  Surah Thaha Ayat 45-48; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: ‘Sesungguhnya kami berlepas diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.’

Kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya: ‘Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagimu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah…’” dan ayat seterusnya. (QS. Al-Mumtahanah: 4)

Yaitu kecuali perkataan ini, janganlah kalian ikuti. Kemudian Allah menjelaskan, bahwa Ibrahim telah mencabut, menarik kembali perkataannya tersebut. Allah berfirman:

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahim.

Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkalajelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. At-Taubah: 113-114).

Tafsir Kemenag: Tak ada jawaban dari Ibrahim terhadap bentakan-bentakan bapaknya yang kasar itu kecuali mengucapkan, “selamat sejahtera atasmu.” Aku berdoa agar bapak selalu berada dalam sehat dan afiat.

Aku tidak akan membalas kata-kata yang kasar itu dengan kasar pula karena engkau adalah bapakku yang kucintai. Aku tidak akan melakukan sesuatu pun yang merugikan atau mencelakakan bapak, biarlah aku pergi dari negeri ini meninggalkan bapak, meninggalkan rumah dan kampung halaman.

Aku meminta kepada Tuhan agar bapak diampuni-Nya dan selalu berada dalam naungan rahmat-Nya, mendapat petunjuk kepada jalan yang lurus yang membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan.

Memang Nabi Ibrahim a.s. telah mendoakannya sebagaimana tersebut dalam firman Allah: “Dan ampunilah ayahku, sesungguhnya dia termasuk orang yang sesat,” (Asy-Syu’ara/26: 86)

Nabi Ibrahim a.s. yakin bahwa Tuhan akan mengabulkan doanya karena biasanya di masa lalu doanya selalu dikabulkannya. Nabi Ibrahim berdoa untuk bapaknya karena dia telah menjanjikan kepadanya akan beriman sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (at-Taubah/9: 114).

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 112-113; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Surah Maryam Ayat 48
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا

Terjemahan: Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku”.

Tafsir Jalalain: وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ (Dan aku akan menjauhkan diri daripada kalian dan daripada apa yang kalian seru) yang kalian sembah مِن دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو (selain Allah, dan aku akan berdoa) yakni aku akan menyembah

رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي (kepada Rabbku, mudah-mudahan aku dengan berdoa kepada Rabbku) dengan beribadah kepada-Nya شَقِيًّا (tidak akan kecewa)” sebagaimana kalian kecewa karena menyembah berhala-berhala itu.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّ (“Dan aku akan menjauhkan diri daripadamu dan daripada apa yang kamu seru selain Allah.”) Yaitu, “aku menjauhkan diri dan membebaskan diri dari kalian dan ilah-ilah yang kalian ibadahi selain Allah, dan aku akan berdo’a kepada Rabbku,” yaitu aku hanya beribadah kepada Rabbku yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.

عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا (“Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdo’a kepada Rabbku,”) mudah-mudahan ini dikabulkan, tidak mustahil. Karena Ibrahim adalah pemimpin para Nabi setelah Muhammad.

Tafsir Kemenag: Selanjutnya Ibrahim berkata kepada bapaknya, “Aku akan pergi meninggalkanmu, meninggalkan kaummu, meninggalkan berhala-berhala yang kamu sembah.

Aku akan pergi dari sini agar aku bebas beribadat kepada Tuhanku yang akan menolongku dan melepaskan aku dari bahaya yang menimpaku, karena semua petunjuk dan nasehatku kamu tolak mentah- mentah bahkan mengancamku dengan ancaman yang mengerikan. Aku akan menyembah dan berdoa hanya kepada Tuhanku saja dan sekali-kali aku tidak akan menyembah selain Dia.”

Menurut riwayat, Ibrahim hijrah ke negeri Syam dan di sana dia menikah dengan Siti Sarah. Ia berharap dengan berdoa dan menyembah Tuhan, ia tidak akan menjadi orang yang kecewa seperti ayahnya yang selalu menyembah dan berdoa kepada berhala-berhala itu, tetapi ternyata berhala-berhala itu tidak dapat berbuat sesuatu apapun apalagi akan melaksanakan apa yang diminta kepadanya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Maryam ayat 46-48 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Kemenag. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S