Surah Nuh Ayat 21-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Nuh Ayat 21-24

Pecihitam.org – Kandungan Surah Nuh Ayat 21-24 ini, menerangkan Nuh berdoa agar Allah menambah kesesatan kaumnya itu. Hal itu ia lakukan karena mereka sudah zalim, yaitu ingkar dan semakin ingkar ketika dinasihati. Doa itu dimohonkan Nabi Nuh setelah melihat bahwa kaumnya tidak mungkin lagi dinasihati dengan cara apa pun.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Nuh Ayat 21-24

Surah Nuh Ayat 21
قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمۡ عَصَوۡنِى وَٱتَّبَعُواْ مَن لَّمۡ يَزِدۡهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًا

Terjemahan: “Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka,

Tafsir Jalalain: قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمۡ عَصَوۡنِى وَٱتَّبَعُواْ (Nuh berkata, “Ya Rabbku! Sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan mereka telah mengikuti) orang-orang yang hina dan orang-orang yang miskin di antara mereka وَٱتَّبَعُواْ مَن لَّمۡ يَزِدۡهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ (orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya) maksudnya orang-orang yang rendah dan orang-orang miskin dari kalangan kaum Nabi Nuh itu, lebih senang mengikuti pemimpin-pemimpin yang diberi nikmat akan hal-hal tersebut, yakni banyak harta dan anaknya. Lafal wuldun dengan didamahkan huruf waunya dan sukun pada lamnya, atau waladun dengan difatahkan kedua-duanya; kalau bentuk yang pertama menurut suatu pendapat, bahwa itu adalah bentuk jamak dari lafal waladun. Dalam arti kata disamakan dengan wazan lafal khasyabun yang jamaknya khusybun.

Menurut pendapat yang lain, lafal wuldun mempunyai arti yang sama dengan lafal waladun, karena wazannya dianggap sama dengan lafal bukhlun dan bakhiilun إِلَّا خَسَارًا (melainkan kerugian belaka) yaitu keangkaramurkaan dan kekafiran.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman seraya mengabarkan tentang Nuh as. bahwasannya dia mengadu keapda-Nya, sedang Dia Mahamengetahui, tidak ada sesuatu pun luput dari pengetahuan-Nya. Meski Dia telah memberikan penjelasan yang disebutkan terdahulu, juga dakwah yang cukup banyak ragamnya, yang terkadang menggunakan targhib [motifasi] dan terkadang dengan menggunakan tarhib [ancaman], dia mengadukan bahwa mereka telah durhaka, menentang dan mendustakannya serta lebih mengikuti para penghamba dunia dari kalangan orang-orang yang lalai dari perintah Allah dan bersenang-senang dengan kekayaan dan anak. Pada saat yang sama, ia merupakan tahapan dan penangguhan semata, bukan sebagai penghormatan.

Oleh karena itu, Dia berfirman: وَٱتَّبَعُواْ مَن لَّمۡ يَزِدۡهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًا (“dan mereka telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka.”) kata wawaladuHuu; dibaca dengan harakat dlammah dan juga fathah [yakni dengan memberi harakat fathah pada huruf wawu dengan sukun pada lam. Dan fathah pada wawu dan juga lam. Bacaan pertama disampaikan oleh Abu ‘Amar, Ibnu Katsir, Hamzah, an-Nasa-i, dan yang lainnya berpegang pada bacaan kedua]. Dan keduanya saling berdekatan.

Tafsir Kemenag: Nuh mengadu kepada Allah bahwa umatnya tetap durhaka kepadanya. Mereka tidak mau mengikuti seruannya, dan tetap mengikuti pemimpin-pemimpin mereka yang terdiri dari orang-orang kaya, yang mempunyai harta dan anak-anak yang banyak. Akan tetapi, harta itu hanya digunakan untuk berfoya-foya. Anak-anak mereka juga tidak dididik dengan baik, sehingga bila dewasa nanti, mereka menjadi sesat dan jahat.

Baca Juga:  Surah Al-Mu'min Ayat 15-17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Nûh melanjutkan berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah melanggar seruanku untuk beriman dan memohon ampunan. Orang-orang lemah dari mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anaknya malah membuat mereka tambah merugi di akhirat. Para pemilik harta dan anak yang banyak itu telah melakukan tipu daya yang sangat besar terhadap orang-orang lemah yang mengikuti mereka.

Surah Nuh Ayat 22
وَمَكَرُواْ مَكۡرًا كُبَّارًا

Terjemahan: “dan melakukan tipu-daya yang amat besar”.

Tafsir Jalalain: وَمَكَرُواْ مَكۡرًا (Dan mereka melakukan tipu daya) yaitu para pemimpin mereka كُبَّارًا (yang amat besar.”) Tipu daya mereka sangat besar, yaitu mereka telah mendustakan Nabi Nuh dan menyakitinya serta menyakiti orang-orang yang beriman kepadanya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: وَمَكَرُواْ مَكۡرًا كُبَّارًا (“Dan melakukan tipu daya yang amat besar.”) Mujahid mengatakan: “Kubbaaran artinya agung.” Ibnu Zaid mengatakan: “Kubbaaran artinya besar.” Sedangkan masyarakat Arab biasa mengatakan: “Amrun ‘ajiib” atau “’Ujjaab” dengan menggunakan tasdid maupun tidak, yang keduanya mempunyai makna yang sama.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa para pembesar dan pemimpin umat Nabi Nuh, melakukan segala macam tipu muslihat untuk menghambat dan menghancurkan agama yang dibawa Nabi Nuh. Di antaranya adalah dengan menghalangi dan mengancam orang-orang yang hendak mengikuti seruan Nuh, memperkuat kedudukan berhala, dan bahkan menghasut masyarakat untuk menganiaya Nabi Nuh.

Tafsir Quraish Shihab: Nûh melanjutkan berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah melanggar seruanku untuk beriman dan memohon ampunan. Orang-orang lemah dari mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anaknya malah membuat mereka tambah merugi di akhirat. Para pemilik harta dan anak yang banyak itu telah melakukan tipu daya yang sangat besar terhadap orang-orang lemah yang mengikuti mereka.

Surah Nuh Ayat 23
وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسۡرًا

Terjemahan: “Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”.

Tafsir Jalalain: وَقَالُواْ (Dan mereka berkata) kepada orang-orang yang menjadi bawahan mereka لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا (“Jangan sekali-kali kalian meninggalkan tuhan-tuhan sesembahan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan wadd) dapat dibaca waddan dan wuddan وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسۡرًا (dan jangan pula suwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”) nama-nama tersebut adalah nama-nama berhala-berhala mereka.

Tafsir Ibnu Katsir: وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسۡرًا (“Dan melakukan tipu daya yang amat besar. Dan mereka berkata: ‘Jangan sekali-sekali kamu meninggalkan [penyembahan] ilah-ilahmu dan jangan pula sekali-sekali kamu meninggalkan [penyembahan] Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.”) dan inilah nama-nama beberapa patung yang mereka jadikan sembahan selain Allah.

Al-Bukhari meriwayatkan dari ‘Ibnu ‘Abbas, berhala-berhala yang terdapat pada masa kaum Nuh, di Arab dikenal kemudian. Adapun Wadd merupakan sembahan suku Kalb di Daummatul Jandal. Suwa’ adalah sembahan Hudzail.

Baca Juga:  Surah Yunus Ayat 34-36; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Kemenag: Pembesar-pembesar umat Nabi Nuh meminta kaumnya agar tidak meninggalkan tuhan-tuhan yang telah disembah nenek moyang mereka dahulu. Mereka disuruh untuk tetap menyembah berhala-berhala mereka yaitu, wadd, suwa’, yuguts, ya’uq dan nasr. Kelima berhala tersebut merupakan berhala yang paling dihormati di antara sekian banyak berhala kabilah-kabilah kaum Nuh. Masing-masing kabilah juga mempunyai berhala-berhala sendiri yang berbeda-beda satu sama lain.

Dari sinilah para ulama berpendapat bahwa agama syirik mulai berkembang pada zaman Nabi Nuh. Sebelumnya, yaitu pada masa Nabi Adam dan Idris, belum ada keyakinan syirik ataupun penyembahan berhala. Penyembahan kepada banyak berhala itu kemudian turun kepada bangsa Arab. Oleh karena itu, bangsa Arab juga memiliki berhala-berhala yang dinamai dengan nama-nama yang pernah dipakai oleh umat Nuh.

Menurut riwayat al-Bukhari, Ibnu al-Mundhir, dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu ‘Abbas bahwa ia berkata, “Kemudian berhala-berhala itu pindah kepada bangsa Arab, maka Wadd menjadi berhala kabilah Kalb, Suwa’ menjadi berhala kabilah Hudhail, Yaguts menjadi berhala kabilah Murad yang kemudian berpindah kepada kabilah Guthaif; Ya’uq menjadi berhala kabilah Hamdan, dan Nasr menjadi adalah nama berhala kabilah Himyar.”

Di samping itu, juga terdapat berhala-berhala selain tersebut dalam ayat di atas yang disembah oleh umat Nuh, yang kemudian berpindah pula kepada bangsa Arab, seperti al-Lat, berhala kaum tsaqif di tha’if; al-‘Uzza, berhala kabilah Sulaim, Gathfan, dan Jusyam; Manah, berhala kabilah Khuza’ah di Qudaid; Asaf, Na’ilah, dan Hubal, berhala-berhala yang disembah penduduk Mekah.

Hubal adalah berhala yang terbesar dan teragung, menurut mereka, yang diletakkan di atas Ka’bah. Berhala-berhala itu mereka buat sendiri untuk disembah. Perpindahan berhala-berhala itu dari bangsa-bangsa lain ke bangsa Arab seperti diisyaratkan oleh riwayat di atas menunjukkan bahwa ajaran monoteisme yang dibawa oleh Nabi Muhammad berlaku atau bersifat universal. Ajaran itu tidak hanya untuk bangsa Arab, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain.

Tafsir Quraish Shihab: Kepada orang-orang lemah itu mereka mengatakan, ‘Jangan kalian tinggalkan menyembah tuhan- tuhan kalian. Dan jangan tinggalkan Wadd, Suwa’, Yaghûts, Ya’ûq dan Nasr’.” Sembahan itu adalah patung- patung yang dipahat dalam bentuk binatang yang bermacam-macam. Orang-orang yang diikuti itu sungguh telah menyesatkan banyak orang. Kekafiran dan kekukuhan orang-orang yang zalim itu hanya menambah mereka jauh dari kebenaran.

Surah Nuh Ayat 24
وَقَدۡ أَضَلُّواْ كَثِيرًا وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلًا

Terjemahan: “Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.

Tafsir Jalalain: وَقَدۡ أَضَلُّواْ (Dan sesungguhnya mereka telah menyesatkan) dengan nama-nama tersebut كَثِيرًا (kebanyakan manusia) karena mereka telah memerintahkan manusia untuk menyembahnya وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلًا (dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang lalim itu selain kesesatan) ayat ini diathafkan kepada lafal qad adhalluu, yakni merupakan doa Nabi Nuh setelah Allah mewahyukan kepadanya, bahwasanya sekali-kali tidak ada orang yang mau beriman di antara kaummu, melainkan orang-orang yang telah beriman saja.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 185; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَقَدۡ أَضَلُّواْ كَثِيرًا وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَٰلًا (“Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dhalim itu selain kesesatan.”) yang demikian itu merupakan doa Nabi Nuh as. untuk kaumnya atas keangkuhan, kekufuran, dan keingkaran mereka. Sebagaimana Musa as. dulu pernah juga memanjatkan doa yang sama untuk Fir’aun dan bala tentaranya melalui firman-Nya yang artinya:

“Ya Rabb kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” (Yunus: 88). Dan Allah akan mengabulkan doa setiap Nabi untuk kaumnya dan Dia tenggelamkan ummatnya karena kedustaan mereka terhadap apa yang dia bawa.

Tafsir Kemenag: Para pembesar dan pemimpin umat Nabi Nuh telah menyesatkan masyarakatnya dari jalan Allah dan mempengaruhi mereka dengan berbagai macam tipu muslihat, sehingga mereka mengikutinya. Dengan demikian, orang-orang yang datang sesudah mereka kemudian mengikuti jejak mereka, sampai kepada orang-orang Arab Jahiliah.

Doa Nabi Ibrahim berikut mengindikasikan bahwa penyembahan berhala itu terus berlangsung sampai ke zamannya. Oleh karena itulah, ia berdoa kepada Allah agar anak cucunya terhindar dari meyembah berhala tersebut. Firman Allah: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala. Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Ibrahim/14: 35-36)

Pada akhir ayat ini, Nuh berdoa agar Allah menambah kesesatan kaumnya itu. Hal itu ia lakukan karena mereka sudah zalim, yaitu ingkar dan semakin ingkar ketika dinasihati. Doa itu dimohonkan Nabi Nuh setelah melihat bahwa kaumnya tidak mungkin lagi dinasihati dengan cara apa pun.

Tafsir Quraish Shihab: Kepada orang-orang lemah itu mereka mengatakan, ‘Jangan kalian tinggalkan menyembah tuhan- tuhan kalian. Dan jangan tinggalkan Wadd, Suwa’, Yaghûts, Ya’ûq dan Nasr’.” Sembahan itu adalah patung- patung yang dipahat dalam bentuk binatang yang bermacam-macam. Orang-orang yang diikuti itu sungguh telah menyesatkan banyak orang. Kekafiran dan kekukuhan orang-orang yang zalim itu hanya menambah mereka jauh dari kebenaran.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Nuh Ayat 21-24 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S