Surah Saba Ayat 15-17; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Saba Ayat 15-17

Pecihitam.org – Kandungan Surah Saba Ayat 15-17 ini, diterangkan Di sebelah selatan negeri Yaman berdiam suatu kaum bernama Saba’. Mereka menempati suatu daerah yang amat subur sehingga mereka hidup makmur dan telah mencapai kebudayaan yang tinggi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mereka dapat menguasai air hujan yang turun lebat pada musim tertentu dengan membangun sebuah bendungan raksasa yang dapat menyimpan air untuk musim kemarau. Mereka menolak dan berpaling dari seruan Allah, bahkan menghalangi orang-orang yang insaf beriman kepada-Nya.

Allah lalu menimpakan siksaan kepada mereka dengan membobolkan Bendungan Ma’rib dan terjadilah malapetaka yang hebat. Negeri mereka dilanda banjir yang deras, dan menghanyutkan semua yang menghalangi arusnya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Saba Ayat 15-17

Surah Saba Ayat 15
لَقَدۡ كَانَ لِسَبَإٍ فِى مَسۡكَنِهِمۡ ءَايَةٌ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُواْ مِن رِّزۡقِ رَبِّكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥ بَلۡدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ

Terjemahan: Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”.

Tafsir Jalalain: لَقَدۡ كَانَ لِسَبَإٍ (Sesungguhnya bagi kaum Saba) lafal Saba dapat dibaca dengan memakai harakat Tanwin pada akhirnya atau bisa juga tidak. Saba adalah nama suatu kabilah bangsa Arab yang diambil dari nenek moyang mereka فِى مَسۡكَنِهِمۡ (di tempat kediaman mereka) di negeri Yaman ءَايَةٌ (ada tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Allah swt.

جَنَّتَانِ (yaitu dua buah kebun) lafal Jannataani ini menjadi Badal dari lafal AAyatun عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ (di sebelah kanan dan di sebelah kiri) lembah tempat mereka tinggal. Dan dikatakan kepada mereka, كُلُواْ مِن رِّزۡقِ رَبِّكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥ (“Makanlah oleh kalian dari rezeki Rabb kalian dan bersyukurlah kalian kepada-Nya.”) atas apa yang telah dikaruniakan-Nya kepada kalian berupa nikmat-nikmat yang ada di negeri Saba.

بَلۡدَةٌ طَيِّبَةٌ (Negeri kalian, adalah negeri yang baik) tidak ada tanah yang tandus, tidak ada nyamuk, tidak ada lalat, tidak ada lalat pengisap darah, tidak ada kalajengking dan tidak ada ular. Seandainya ada orang asing lewat ke negeri itu dan pada bajunya terdapat kutu, maka kutu itu otomatis akan mati karena harum dan bersihnya udara negeri Saba. وَ (Dan) Allah رَبٌّ غَفُورٌ (Rabb Yang Maha Pengampun.).

Tafsir Ibnu Katsir: Saba’ adalah para raja dan penduduk negeri Yaman. Tababi’ah dan Balqis, sahabat wanita Nabi Sulaiman as. Merupakan bagian dari bangsa Saba’. Mereka berada dalam kenikmatan yang amat besar dan kemakmuran di negeri mereka, kebahagiaan, keluasan rizky, tanam-tanaman dan buah-buahan mereka.

Dan Allah mengutus para Rasul kepada mereka dengan memerintahkan mereka untuk memakan rizky yang diberikan oleh-Nya serta bersyukur kepada-Nya dengan mengesakan dan mengabdi hanya kepada-Nya. Maka mereka pun berada seperti itu dalam waktu yang dikehendaki oleh Allah, lalu mereka berpaling dari perintah itu. Sehingga mereka dihukum dengan dikirimnya banjir besar, perpecahan di dalam negeri yang serba kacau. Sebagaimana rincian dan penjelasannya akan diutarakan pada pembahasan lain.

Imam Ahmad berkata, bahwa ‘Abdurrahman bin Wa’lah berkata, aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata, sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw. tentang Saba’. Apakah seorang laki-laki, perempuan atau satu negeri? Rasulullah bersabda: “Dia adalah seorang laki-laki yang mempunyai anak 10 orang. Dia antara mereka yang tinggal di Yaman ada 6 orang dan yang tinggal di Syam 4 orang.

Adapun yang tinggal di Yaman yaitu: Madzhij, Kindah, Adz, Asy’ariyyun, Anman dan Himyar. Sedangkan yang tinggal di Syama adalah: Lakhm, Judzam, ‘Amilah dan Ghassan.” (diriwAyatkan pula dari ‘Abd, dari al-Hasan bin Musa dari Ibnu Lahi’ah, dan ini isnadnya hasan dan mereka tidak mentakhrijnya.

Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abdil Barr di dalam Kitab al-Qashdu Amam bin Ma’rifati Ushuuli Ansaabil ‘Arab wal ‘Ajam. Serta diriwAyatkan oleh at-Tirmidzi di dalam Jami’nya dari Abu Kuraib dan ‘Abd bin Humaid yang berakata, telah bercerita kepada kami Abu Usamah, lalu dia menyebutkan hadits yang lebih pendek dari ini, kemudian ia berkata: “Hadits ini hasan dan gharib.”

Abu ‘Umar bin ‘Abdil Barr meriwAyatkan dari Tamim ad-dary, ia berkata: “Sesungguhnya seorang laki-laki mendatangi Rasulullah saw. untuk menanyakan tentang Saba’.” Lalu dia menyebutkan hadits yang sama. Kemudian beliau memperkuat dan menghasankan hadits tersebut.

Ulama nasab –di antara mereka Muhammad bin Ishaq- berkata: “Nama Saba’ adalah Abdu Syams bin Yasyjab bin Ya’rib bin Qahthan. Dia dinamakan Saba’ karena dia adalah orang yang pertama kali bersaba’ (bersumpah) di antara bansa Arab. Dia diberi gelar ar-Ra-isy karena dia adalah orang yang pertama kali menerapkan ghanimah dalam peperangan untuk dibagikan kepada kaumnya. Mereka berbeda pendapat tentang Qahthan, terdapat 3 pendapat.”

  1. Ia adalah keturunan Iram bin Saam bin Nuh. Mereka berbeda pendapat tentang cara sampainya kepada nasab ini, hingga mencapai tiga pendapat.
  2. Ia adalah keturunan ‘Abir, yaitu Hud . mereka berbeda pendata tentang cara sampainya kepada nasab ini sehingga mencapai tiga pendapat pula.
  3. Dia adalah keturunan Isma’il bin Ibrahim al-Khalil. mereka berbeda pendata tentang cara sampainya kepada nasab ini sehingga mencapai tiga pendapat pula. Hal tersebut diceritakan secara detail oleh Abu ‘Umar bin ‘Abdil Barr an-Numary, di dalamnya al-Anbaah ‘Alaa Dzikri Ushuulil Qabaa-il ar-Ruwaah.
Baca Juga:  Surah Fatir Ayat 36-37; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Makna sabda Rasulullah saw, “Dia adalah seorang laki-laki bangsa Arab.” Yaitu Arab ‘Aribah yang ada sebelum al-Khalil, Ibrahim as. dari keturunan Saam bin Nuh. Sedangkan menurut pendapat yang ketiga dia adalah keturunan al-Khalil, Ibrahim as. sendiri. Pendapat ini tidak masyhur di kalangan mereka. wallaaHu a’lam.

Akan tetapi di dalam Shahih Bukhari dinyatakan bahwa, Rasulullah saw. melewati sekelompok orang dari Aslam yang sedang latihan memanah. Maka Rasulullah saw. bersabda: “Lontarkanlah [anak panah] kalian, hai Bani Isma’il. Karena nenek moyang kalian adalah seorang pemanah.”

Aslam merupakan satu kabilah Anshar –sedangkan Anshar dengan Aus dan Khazrajnya adalah dari Ghassan, dari Arab Yaman dari Saba’- mereka menempati Yatsrib, ketika di dalam negeri Saba’ porak-poranda saat di saat Allah mengirimkan banjir besar, dan satu kelompok di antara mereka menempati negeri Syam.

Mereka dikatakan Ghassan disebabkan mereka singgah disana; dan satu pendapat mengatakan di Yaman. Bendungan tersebut adalah dikarenakan air datang dari dua celah gunung serta bersatu pula di dalamnya dengan air hujan dan mata air. Lalu para raja mereka yang terdahulu mulai membangung suatu bendungan besar yang kokoh di antara dua gunung itu, sehingga air melimpah dan mengalir ke setiap perkebunan.

Maka mereka mulai menanam pohon-pohon dan memproduksi buah-buahan yang mencapai hasil yang amat banyak dan baik, sebagaimana yang disebutkan oleh banyak kalangan ulama salaf di antara mereka adalah Qatadah.

Bendungan ini berada di Ma’rib, sebuah kota yang berjarak 3 marhalah dengan Shan’a dan dikenal dengan nama bendungan Ma’rib. Sebagaimana Allah berfirman: لَقَدۡ كَانَ لِسَبَإٍ فِى مَسۡكَنِهِمۡ ءَايَةٌ (“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda [kekuasaan Rabb] di tempat kediaman mereka.”) kemudian ditafsirkan oleh firman Allah: جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ (“Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.”) yaitu dari sisi kedua gunung. Sedangkan negeri itu berada di antara kedua kebun itu.

كُلُواْ مِن رِّزۡقِ رَبِّكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥ بَلۡدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (“Makanlah olehmu dari rizky yang [dianugerahkan] Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. [Negerimu] adalah negeri yang baik dan [Rabbmu] adalah Rabb yang Maha pengampun.”) yaitu, Mahamengampuni kalian, jika kalian senantiasa berada di dalam tauhid.

Tafsir Kemenag: Di sebelah selatan negeri Yaman berdiam suatu kaum bernama Saba’. Mereka menempati suatu daerah yang amat subur sehingga mereka hidup makmur dan telah mencapai kebudayaan yang tinggi. Mereka dapat menguasai air hujan yang turun lebat pada musim tertentu dengan membangun sebuah bendungan raksasa yang dapat menyimpan air untuk musim kemarau.

Bendungan itu boleh dikatakan bendungan alami karena terletak di antara dua buah bukit dan di ujungnya didirikan bangunan yang tinggi untuk mencegah air mengalir sia-sia ke padang pasir. Mereka membuat pintu-pintu air yang bila dibuka dapat mengalirkan air ke daerah yang mereka kehendaki. Bendungan ini terkenal dengan Bendungan Ma’rib atau Bendungan al-‘Arim.

Banyak di antara ahli sejarah dan peneliti di barat meragukan tentang adanya Bendungan Ma’rib ini. Akhirnya seorang peneliti dari Perancis datang sendiri ke selatan Yaman untuk menyelidiki sisa-sisa bendungan itu pada tahun 1843.

Dia dapat membuktikan adanya bendungan itu dengan menemukan bekas-bekasnya, lalu memotret dan mengirimkan gambar-gambarnya ke suatu majalah di Perancis. Para peneliti lainnya menemukan pula beberapa batu tulis di antara reruntuhan bendungan itu. Dengan demikian, mereka bertambah yakin bahwa dahulu kala di sebelah selatan Yaman telah berdiri sebuah kerajaan yang maju, makmur, dan tinggi kebudayaannya.

Pada Ayat ini, Allah menerangkan sekelumit tentang kaum Saba’ yang mendiami daerah sebelah selatan Yaman itu. Mereka menempati sebuah lembah yang luas dan subur berkat pengairan yang teratur dari Bendungan Ma’rib. Di kiri dan kanan daerah mereka terbentang kebun-kebun yang amat luas dan subur yang menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang melimpah ruah.

Kaum Saba’ pada mulanya menyembah matahari, namun setelah pimpinan kerajaan dipegang Ratu Balqis, mereka menjadi kaum yang beriman dengan mengikuti ajaran yang dibawa Nabi Sulaiman. Hal ini diceritakan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu berita yang meyakinkan. Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 18-19; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Aku (burung Hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk. (an-Naml/27: 22-24)

Tetapi, lama-kelamaan kaum Saba’ menjadi sombong dan lupa bahwa kemakmuran yang mereka miliki adalah anugerah dari Yang Mahakuasa dan Maha Pemurah. Allah dengan perantaraan rasul-Nya memerintahkan agar mereka mensyukuri-Nya atas segala nikmat dan karunia yang dilimpahkan kepada mereka. Negeri mereka menjadi subur dan makmur berkat karunia Allah Yang Maha Pengampun, melindungi mereka dari segala macam bahaya dan malapetaka.

Tafsir Quraish Shihab: Aku bersumpah, sungguh di tempat tinggal penduduk negeri Saba’ di Yaman terdapat bukti-bukti kekuasaan-Ku. Di sana terdapat dua petak kebun yang memagari negeri mereka di sebelah kiri dan kanan. Kepada mereka dikatakan,

“Makanlah dari rezeki Tuhan dan syukurilah nikmat-Nya dengan menggunakannya secara baik. Negeri kalian adalah negeri yang baik yang dipenuhi pepohonan dan buah- buahan. Ampuan Tuhan sungguh amat luas bagi orang yang mau bersyukur.”

Surah Saba Ayat 16
فَأَعۡرَضُواْ فَأَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِمۡ سَيۡلَ ٱلۡعَرِمِ وَبَدَّلۡنَٰهُم بِجَنَّتَيۡهِمۡ جَنَّتَيۡنِ ذَوَاتَىۡ أُكُلٍ خَمۡطٍ وَأَثۡلٍ وَشَىۡءٍ مِّن سِدۡرٍ قَلِيلٍ

Terjemahan: Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.

Tafsir Jalalain: فَأَعۡرَضُواْ (Tetapi mereka berpaling) tidak mau bersyukur kepada-Nya dan bahkan mereka kafir kepada-Nya فَأَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِمۡ سَيۡلَ ٱلۡعَرِمِ (maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar) lafal Al ‘Arim adalah bentuk jamak dari lafal ‘Urmah yang artinya adalah bendungan yang menampung air sampai waktu yang dibutuhkan. Maksudnya dam yang membendung kebutuhan air mereka pecah sehingga menenggelamkan kebun-kebun dan harta benda mereka,

وَبَدَّلۡنَٰهُم بِجَنَّتَيۡهِمۡ جَنَّتَيۡنِ ذَوَاتَىۡ (dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi) lafal Dzawaatai merupakan bentuk Tatsniyah dari lafal Dzawaatun yang Mufrad أُكُلٍ خَمۡطٍ (pohon-pohon yang berbuah pahit) yang sangat pahit buahnya lagi tidak enak rasanya; dapat dibaca Ukuli Khamthin yaitu dengan di-mudhaf-kan, lafal Ukulin ini bermakna Maakuulin yaitu yang dimakan sebagaimana dapat pula dibaca Ukulin Khamthin, lalu dibaca Ukulin Wa Khamtin وَأَثۡلٍ وَشَىۡءٍ مِّن سِدۡرٍ قَلِيلٍ (pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: فَأَعۡرَضُواْ (“Tetapi mereka berpaling”) yaitu dari tauhid dan beribadah kepada Allah dan bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada mereka serta berpaling kepada menyembah matahari, selain Allah. Sebagaimana burung hud-hud berkata kepada Sulaiman as:

“Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.

Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan Dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati Dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,” (an-Naml: 22-24) Muhammad bin Ishaq berkata dari Wahb bin Munabbih: “Allah Ta’ala mengutus 13 orang nabi kepada mereka.” wallaaHu a’lam.

Firman Allah: فَأَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِمۡ سَيۡلَ ٱلۡعَرِمِ (“Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar.”) yang dimaksud dengan al-‘arimi adalah air; dan satu pendapat mengatakan, adalah wadi [lembah]. Dalam hal ini termasuk masalah idhafah [menyandarkan] isim dengan sifatnya, seperti masjid al-Jami’ dan Sa’id Kurz, hal tersebut diceritakan oleh as-Suhaili.

Banyak ulama [di antara mereka adalah: Ibnu ‘Abbas, Waab bin Munabbih, Qatadah dan adl-Dlahhak] yang mengatakan bahwa tatkala Allah hendak menghukum mereka dengan banjir besar, maka Dia mengirimkan kepada bendungan itu binatang melata yang disebut dengan al-juradz [tikus bersar] yang masuk ke bendungan itu dan membuat lubang-lubang sehingga bendungan itu pun runtuh menimpa mereka.

Firman Allah: وَبَدَّلۡنَٰهُم بِجَنَّتَيۡهِمۡ جَنَّتَيۡنِ ذَوَاتَىۡ أُكُلٍ خَمۡطٍ (“Dan kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi [pohon-pohon] yang berbuah pahit.”) Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, ‘Atha’ al-Khurasani, al-Hasan, Qatadah dan as-Suddi mengatakan: “Yaitu kayu arak dan makanan orang Barbar.” وَأَثۡلٍ al-‘Aufi berkata dari Ibnu ‘Abbas: “Yaitu pohon yang berduri.” Ulama lain berkata: “Yaitu pohon yang menyerupai pohon berduri.” wallaaHu a’lam.

Allah berfirman: وَشَىۡءٍ مِّن سِدۡرٍ قَلِيلٍ (“Dan sedikit dari pohon Sidr.”) ketika pohon-pohon yang terbaik ini diganti dengan pohon sidr. Inilah yang terjadi di antara dua kondisi dua kebun tersebut. Setelah buah-buahan yang lezat, pemandangan yang indah, teduhan yang lebat dan sungai-sungai yang mengalir digantikan oleh pohon arak, berduri, sidr yang berduri besar dan berbuah sedikit. Hal tersebut disebabkan oleh kekafiran dan kesyirikan mereka kepada Allah dan mendustakan kebenaran serta berpalingnya mereka kepada kebathilan.

Baca Juga:  Surah Saba Ayat 47-50; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Mereka menolak dan berpaling dari seruan Allah, bahkan menghalangi orang-orang yang insaf beriman kepada-Nya. Allah lalu menimpakan siksaan kepada mereka dengan membobolkan Bendungan Ma’rib dan terjadilah malapetaka yang hebat.

Negeri mereka dilanda banjir yang deras, dan menghanyutkan semua yang menghalangi arusnya. Kebun-kebun yang berada di kiri dan kanan negeri itu menjadi musnah, dan semua binatang ternak mereka hanyut. Korban manusia pun tidak terhitung banyaknya, sehingga hanya sedikit orang yang masih hidup. Hanya beberapa kelompok kecil dari mereka yang selamat dari malapetaka yang dahsyat itu.

Mereka yang selamat ini pun tidak dapat tinggal dengan senang di tempat mereka semula. Sebagian dari mereka lalu hijrah ke tempat lain yang subur karena tidak ada lagi kebun-kebun yang bisa mereka tanami dengan baik dan tidak banyak lagi binatang-binatang ternak yang akan mereka pelihara.

Tanah-tanah yang dahulu subur telah menjadi tandus karena semua air yang tersimpan di dalam bendungan telah tumpah ke padang pasir yang dapat menelan air berapa pun banyaknya. Yang tumbuh di bekas kebun-kebun mereka hanya tumbuhan yang tidak banyak gunanya, buahnya pun pahit. Bila mereka ingin bercocok tanam yang mereka harapkan hanya air hujan yang turun dari langit saja.

Tafsir Quraish Shihab: Akan tetapi mereka memalingkan diri dan enggan bersyukur. Dihancurkannya sendiri kehidupan mereka, sehingga Kami mendatangkan banjir melanda yang merobohkan bendungan dan memusnahkan perkebunan mereka. Kami gantikan kebun itu dengan tanaman yang berbuah pahit serta pepohonan lain yang tidak berbuah dan sedikit tumbuhan seroja yang tidak berguna(1).

(1) Sayl al-‘Arim juga dikenal dengan nama bendungan Ma’rib, salah satu dari bendungan terbesar di Yaman saat itu. Berkat bendungan ini kawasan seluas 300 mil persegi yang kering dan tandus dapat diubah menjadi lahan subur dan produktif.

Kemakmuran dan kesuburana negeri Yaman waktu itu diilustrasikan dalam dua buah kebun yang dikisahkan oleh Ayat ini. Tetapi, sangat disayangkan, bahwa para ahli sejarah tidak memiliki pendapat yang sama menyangkut siapa yang membangun bendungan Ma’rib dan faktor apa yang menjadi penyebab kehancurannya.

Surah Saba Ayat 17
ذَٰلِكَ جَزَيۡنَٰهُم بِمَا كَفَرُواْ وَهَلۡ نُجَٰزِىٓ إِلَّا ٱلۡكَفُورَ

Terjemahan: Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.

Tafsir Jalalain: ذَٰلِكَ (Demikianlah) penggantian itu جَزَيۡنَٰهُم بِمَا كَفَرُواْ (Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka) sebab kekafiran mereka. وَهَلۡ نُجَٰزِىٓ إِلَّا ٱلۡكَفُورَ (Dan Kami tidak menjatuhkan pembalasan melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir) lafal Nujaazii dapat pula dibaca Yujaazii, artinya tidaklah diberi balasan azab melainkan hanya orang-orang yang sangat ingkar.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: ذَٰلِكَ جَزَيۡنَٰهُم بِمَا كَفَرُواْ وَهَلۡ نُجَٰزِىٓ إِلَّا ٱلۡكَفُورَ (“Demikian Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan adzab [yang demikian itu] melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.”) yaitu Kami siksa mereka oleh sebab kekufuran mereka.

Mujahid berkata: “Tidak ada yang dihukum kecuali orang yang sangat kufur.” Al-Hasan al-Bashri berkata: “Mahabenar Allah yang Mahaagung, tidak ada yang dihukum seperti perbuatannya itu kecuali orang yang sangat kufur.” Thawus berkata: “Tidak ada yang ditelitinya kecuali orang yang sangat kufur.”

Tafsir Kemenag: Demikianlah sunatullah telah berlaku terhadap kaum Saba’ sebagaimana yang berlaku bagi umat-umat yang sombong dan durhaka sebelumnya, tidak mau menerima kebenaran, serta selalu menolak dan membangkang terhadap ajaran Allah yang dibawa oleh para rasul-Nya. Demikianlah Allah menimpakan azab dan malapetaka kepada kaum kafir yang mengingkari dan tidak bersyukur atas nikmat yang dikaruniakan kepada mereka.

Tafsir Quraish Shihab: Hukuman itu Kami jatuhkan lantaran mereka ingkar dan enggan mensyukuri nikmat. Bukankah balasan itu sudah sepantasnya Kami berikan kepada orang-orang yang sangat kufur kepada Allah dan karunia- karunia-Nya?

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Saba Ayat 15-17 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S