Surah Sad Ayat 27-29; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Sad Ayat 27-29

Pecihitam.org – Kandungan Surah Sad Ayat 27-29 ini, Allah menjelaskan bahwa Dia menjadikan langit, bumi, dan makhluk apa saja yang berada di antaranya, tidak sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-ubah dari malam ke malam, sangat bermanfaat bagi manusia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Begitu juga bumi dengan segala isinya, baik yang tampak di permukaan ataupun yang tersimpan dalam perutnya, sangat besar artinya bagi kehidupan manusia. Semua itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendak-Nya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Sad Ayat 27-29

Surah Sad Ayat 27
وَمَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَآءَ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا بَٰطِلًا ذَٰلِكَ ظَنُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَوَيۡلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنَ ٱلنَّارِ

Terjemahan: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.

Tafsir Jalalain: وَمَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَآءَ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا بَٰطِلًا (Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan batil) dengan main-main. ذَٰلِكَ (Yang demikian itu) yakni penciptaan hal tersebut tanpa hikmah ظَنُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ (adalah anggapan orang-orang kafir) dari penduduk Mekah فَوَيۡلٌ (maka neraka Waillah) Wail adalah nama sebuah lembah di neraka لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنَ ٱلنَّارِ (bagi orang-orang yang kafir karena mereka akan masuk neraka.).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah memberitakan bahwa Dia tidak menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Akan tetapi Dia menciptakan makhluk untuk beribadah kepada-Nya dan mengesakan-Nya. kemudian Dia akan menghimpun mereka pada hari kiamat, dimana orang yang taat akan diberikan pahala dan orang yang kafir akan disiksa. Untuk itu Allah berfirman:

وَمَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَآءَ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا بَٰطِلًا ذَٰلِكَ ظَنُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ (“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir.”) yaitu orang-orang yang tidak memandang adanya hari kebangkitan dan hari kembali, tetapi hanya meyakini adanya negeri ini [dunia] saja.

فَوَيۡلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنَ ٱلنَّارِ (“Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.”) yaitu celakalah bagi mereka pada hari kembali dan berbangkit merkea sebab api neraka yang dipersiapkan untuk mereka. Kemudian Allah menjelaskan bahwa dengan keadilan-Nya dan kebijaksanaan-Nya tidak akan menyamakan antara orang yang beriman dengan orang-orang yang kafir.

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan bahwa Dia menjadikan langit, bumi, dan makhluk apa saja yang berada di antaranya, tidak sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-ubah dari malam ke malam, sangat bermanfaat bagi manusia.

Begitu juga bumi dengan segala isinya, baik yang tampak di permukaan ataupun yang tersimpan dalam perutnya, sangat besar artinya bagi kehidupan manusia. Semua itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendak-Nya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.

Apabila orang mau memperhatikan dengan seksama terhadap makhluk-makhluk yang ada di jagat raya ini, pasti ia mengetahui bahwa semua makhluk yang ada itu tunduk dan taat pada ketentuan-ketentuan yang berlaku, yang tak bisa dihindari. Begitu juga dalam hal penciptaan manusia. Mereka ini tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Allah, begitu lahir sudah tunduk pada gaya tarik bumi, ia bernafas dengan zat asam dan sebagainya.

Tidak pernah ada manusia yang menyimpang dari ketentuan ini. Apabila ia dewasa, ia memerlukan kawan hidup untuk mengisi kekosongan jiwanya, dan untuk melaksanakan tujuan hidupnya ia mengembangkan keturunan. Kemudian kalau ajal telah datang, ia kembali ke asalnya. Ia akan dihidupkan kembali di akhirat, guna mempertanggungjawabkan segala amalnya ketika hidup di dunia.

Baca Juga:  Surah Al-Qamar Ayat 33-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah berfirman: Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan). (al-Baqarah/2: 281)

Jika manusia berpikir dengan jernih dan sungguh-sungguh, tentu akan mengakui keesaan dan kekuasaan Allah terhadap semua yang ada di langit, bumi, serta segala makhluk yang ada di antara keduanya. Apabila manusia mengakui kemahakuasaan Allah, tentulah akan mengakui pula kekuasaan-Nya menurunkan wahyu kepada hamba pilihan-Nya.

Lalu Allah menjelaskan sikap orang-orang kafir Mekah. Mereka tidak mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di langit dan bumi, dan juga tidak mau meneliti tanda kebesaran Allah yang ada pada diri mereka sendiri. Itulah sebabnya mereka mendustakan keesaan Allah dan hari kebangkitan.

Allah berfirman: Dan tidaklah Kami bermain-main menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq (benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (ad-Dukhan/44: 38-39)

Dan firman-Nya: Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (al-Mu’minun/23: 115)

Pada penghujung Ayat, Allah menegaskan bahwa mereka akan mendapatkan kenyataan yang berbeda dengan apa yang mereka duga selama hidup di dunia. Mereka akan merasakan neraka wail yang memang disediakan sebagai azab bagi mereka, sebagai balasan yang setimpal atas keingkaran mereka terhadap keesaan Allah, kebenaran wahyu, dan terjadinya hari kebangkitan.

Tafsir Quraish Shihab: Kami tidak menciptakan langit dan bumi beserta semua yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu hanya sangkaan orang-orang kafir sehingga mereka semena-mena memberikan keputusan sesuai hawa nafsunya. Dari itu, mereka akan memperoleh siksa yang pedih berupa api neraka.

Surah Sad Ayat 28
أَمۡ نَجۡعَلُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَٱلۡمُفۡسِدِينَ فِى ٱلۡأَرۡضِ أَمۡ نَجۡعَلُ ٱلۡمُتَّقِينَ كَٱلۡفُجَّارِ

Terjemahan: Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?

Tafsir Jalalain: أَمۡ نَجۡعَلُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَٱلۡمُفۡسِدِينَ فِى ٱلۡأَرۡضِ أَمۡ نَجۡعَلُ ٱلۡمُتَّقِينَ كَٱلۡفُجَّارِ (Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah pula Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?) Ayat ini diturunkan sewaktu orang-orang kafir Mekah berkata kepada orang-orang yang beriman, “Sesungguhnya kami kelak di hari kemudian akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kalian.” Lafal Am di sini untuk menunjukkan makna sanggahan, yakni jelas tidak sama.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: أَمۡ نَجۡعَلُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَٱلۡمُفۡسِدِينَ فِى ٱلۡأَرۡضِ أَمۡ نَجۡعَلُ ٱلۡمُتَّقِينَ كَٱلۡفُجَّارِ (“Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah [pula] Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?”) artinya, Kami tidak malakukan hal itu dan mereka tidak akan sama di sisi Allah. Jika masalahnya demikian, maka pasti ada negeri lain, tempat dimana orang yang taat akan diberi pahala dan orang dhalim akan diberi siksa.

Petunjuk ini memberikan arahan kepada akal yang sehat dan fitrah yang lurus, bahwa pasti akan ada hari kembali dan hari pembalasan. Karena kita melihat orang yang dhalim dan melampaui batas semakin bertambah dalam harta, anak dan kenikmatannya, lalu ia mati, sedangkan kitapun melihat orang taat yang didhalimi, lalu wafat karena bebannya itu, maka pasti dengan hikmah [Allah] Yang Mahabijaksana, Mahamengetahui lagi Mahaadil, Yang tidak mendhalimi seberat biji dzarrah pun untuk memberikan keadilan kepada setiap orang. Jika hal itu tidak terjadi di dunia ini, maka pastilah bahwa nanti akan ada negeri lain untuk pembalasan dan pembelaan.

Baca Juga:  Surah Sad Ayat 12-16; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah menjelaskan bahwa di antara kebijaksanaan-Nya ialah tidak menganggap sama para hamba-Nya yang melakukan kebaikan, dengan orang-orang yang terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan.

Tidak patut bagi zat Allah dengan segala keagungan-Nya, apabila menganggap sama antara hamba-hamba-Nya yang beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari keesaan-Nya lagi memperturutkan hawa nafsunya.

Orang-orang yang beriman yang dimaksud dalam Ayat ini ialah orang-orang yang meyakini bahwa Allah Maha Esa, tidak memerlukan sekutu dalam melaksanakan kekuasaan dan kehendak-Nya. Atas keyakinan itulah mereka menyadari dan melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat terhadap sesamanya dan kepada Penciptanya. Dengan keyakinan itu pula, mereka menaati perintah Khaliknya yang disampaikan melalui rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Mereka selalu berusaha keras memelihara kebersihan jiwanya dari noda-noda yang mengotorinya.

Allah berfirman: Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa, yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya), dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya. (al-Lail/92: 17-19)

Sedang yang dimaksud dengan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ialah orang yang tidak mau mengikuti kebenaran dan selalu memperturutkan hawa nafsunya. Mereka ini tidak mau mengakui keesaan Allah, kebenaran wahyu, dan terjadinya hari kebangkitan dan pembalasan.

Oleh karena itu, mereka yang jauh dari rahmat Allah, berani melanggar larangan-larangan-Nya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan kembali dari kuburnya, mereka tetap akan dihimpun di Padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.

Allah berfirman: Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.” (al-Isra’/17: 13-14)

Apabila ada di antara hamba Allah yang diberi pahala karena amal baiknya di dunia, dan disiksa akibat amal buruknya, hal itu sesuai dengan hikmat dan kebijaksanaan Allah. Dia telah memberikan akal agar mereka dapat mengetahui betapa luasnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka. Akan tetapi, mereka tidak mau mempergunakan akal itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tidak mensyukuri nikmat itu, bahkan mereka mengingkarinya.

Allah juga telah mengutus rasul-Nya untuk membimbing mereka kepada jalan yang benar. Petunjuk dan bimbingan rasul itu bukan saja tidak mereka hiraukan, tetapi malah mereka dustakan.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah sesuai dengan hikmah (kebijakan) dan keadilan Kami, menganggap sama antara orang-orang Mukmin yang berbuat baik dan orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Dan apakah patut bagi Kami menganggap sama antara orang-orang yang takut akan siksa Kami dan orang-orang yang keluar dari ketentuan hukum Kami.

Surah Sad Ayat 29
كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ

Terjemahan: Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan Ayat-Ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.

Tafsir Jalalain: كِتَٰبٌ (Ini adalah sebuah Kitab) menjadi Khabar dari Mubtada yang tidak disebutkan, yakni, Ini adalah Kitab أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ (yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan) asal lafal Yaddabbaruu adalah Yatadabbaruu, kemudian huruf Ta diidghamkan kepada huruf Dal sehingga jadilah Yaddabbaruu ءَايَٰتِهِۦ (Ayat-Ayatnya) maksudnya supaya mereka memperhatikan makna-makna yang terkandung di dalamnya, lalu mereka beriman karenanya وَلِيَتَذَكَّرَ (dan supaya mendapat pelajaran) mendapat nasihat أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ (orang-orang yang mempunyai pikiran) yaitu yang berakal.

Baca Juga:  Surah Hud Ayat 64-68; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: Dan dikarenakan Al-Qur’an memberikan arahan kepada tujuan-tujuan yang benar dan sumber-sumber rasional yang tepat, Allah berfirman: كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ (“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu [yang] penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan Ayat-Ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran mendapatkan pelajaran.”) yaitu orang-orang yang memiliki akal. “albaab” adalah kata jamak dari “lubbun” yang berarti akal.

Al-Hasan al-Bashri berkata: “Demi Allah, tadabbur bukan dengan menghafal huruf-hurufnya dan menyia-nyiakan batas-batasnya, sehingga salah seorang mereka berkata: ‘Aku telah membaca al-Qur’an seluruhnya.’ Akan tetapi semua itu tidak terlihat sedikitpun dalam akhlak dan amalnya.’” (HR Ibn Abi Hatim)

Tafsir Kemenag: Allah menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah saw dan para pengikutnya. Al-Qur’an itu adalah kitab yang sempurna mengandung bimbingan yang sangat bermanfaat kepada umat manusia. Bimbingan itu menuntun manusia agar hidup sejahtera di dunia dan berbahagia di akhirat. Dengan merenungkan isinya, manusia akan menemukan cara-cara mengatur kemaslahatan hidup di dunia.

Tamsil ibarat dan kisah dari umat terdahulu menjadi pelajaran dalam menempuh tujuan hidup mereka dan menjauhi rintangan dan hambatan yang menghalangi pencapaian tujuan hidup. Al-Qur’an itu diturunkan dengan maksud agar direnungkan kandungan isinya, kemudian dipahami dengan pengertian yang benar, lalu diamalkan sebagaimana mestinya.

Pengertian yang benar diperoleh dengan jalan mengikuti petunjuk-petunjuk rasul, dengan dibantu ilmu pengetahuan yang dimiliki, baik yang berhubungan dengan bahasa ataupun perkembangan masyarakat. Begitu pula dalam mendalami petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam kitab itu, hendaknya dilandasi tuntunan rasul serta berusaha untuk menyemarakkan pengalamannya dengan ilmu pengetahuan hasil pengalaman dan pemikiran mereka.

Al-hasan al-Bashri menjelaskan pengertian Ayat ini dengan mengatakan, “Banyak hamba Allah dan anak-anak yang tidak mengerti makna Al-Qur’an, walaupun telah membacanya di luar kepala. Mereka ini hafal betul hingga tak satu pun huruf yang ketinggalan. Namun mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Al-Qur’an itu hingga salah seorang di antara mereka mengatakan, “Demi Allah saya telah membaca Al-Qur’an, hingga tak satu huruf pun yang kulewatkan.”

Sebenarnya orang yang seperti itu telah melewatkan Al-Qur’an seluruhnya, karena pengaruh Al-Qur’an tidak tampak pada dirinya, baik pada budi pekerti maupun pada perbuatannya. Demi Allah, apa gunanya ia menghafal setiap hurufnya, selama mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Allah. Mereka itu bukan ahli hikmat dan ahli pemberi pengajaran. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah orang yang seperti itu.”

Ibnu Mas’ud mengatakan:Orang-orang di antara kami apabila belajar sepuluh Ayat Al-Qur’an, mereka tidak pindah ke Ayat lain, sampai memahami kandungan sepuluh Ayat tersebut dan mengamalkan isinya.(RiwAyat A.hmad).

Tafsir Quraish Shihab: Yang diturunkan kepadamu ini, hai Muhammad, adalah kitab suci yang diturunkan penuh dengan banyak manfaat. Demikian itu agar mereka memahami Ayat-Ayatnya secara mendalam, dan agar orang-orang yang berakal sehat dan berhati jernih dapat mengambil pelajaran darinya.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Sad Ayat 27-29 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S