Surah Sad Ayat 41-44; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Sad Ayat 41-44; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Pecihitam.org – Kandungan Surah Sad Ayat 41-44 ini, Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menceritakan kepada kaumnya kisah Ayub yang sangat sabar menghadapi cobaan hidup dan taat kepada Allah. Pada saat menghadapi cobaan yang sangat berat itu, ia berdoa kepada Allah dan mengadukan agar penderitaannya itu dihilangkan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

ketaatan dan kesabaran Ayub menghadapi cobaan, Allah mengabulkan doanya dengan memerintahkan kepadanya agar menghentakkan kakinya ke bumi. Kemudian dari bumi itu memancar mata air yang sejuk. Lalu Ayub diperintahkan agar mandi dan minum dengan air itu. Seketika itu, Allah menyembuhkan penyakitnya seakan-akan tidak pernah sakit sebelumnya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Sad Ayat 41-44

Surah Sad Ayat 41
وَٱذۡكُرۡ عَبۡدَنَآ أَيُّوبَ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلشَّيۡطَٰنُ بِنُصۡبٍ وَعَذَابٍ

Terjemahan: Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: “Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan”.

Tafsir Jalalain: وَٱذۡكُرۡ عَبۡدَنَآ أَيُّوبَ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى (Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Rabbnya, “Sesungguhnya aku) bahwasanya aku مَسَّنِىَ ٱلشَّيۡطَٰنُ بِنُصۡبٍ (diganggu oleh setan dengan kepayahan) kemudaratan وَعَذَابٍ (dan siksaan”) yakni rasa sakit. Nabi Ayub menisbatkan atau mengaitkan hal tersebut kepada setan, sekalipun pada kenyataannya segala sesuatu itu berasal dari Allah swt. Dimaksud sebagai sopan santun Nabi Ayub terhadap Allah.

Tafsir Ibnu Katsir: yang diberikan kepadanya berupa kemudlaratan pada tubuh, harta dan anaknya. Ketika penderitaan telah berlangsung lama dan kondisinya semakin memprihatinkan, qadar juga telah berakhir dan ajal yang ditentukan telah sempurna, beliaupun berdoa kepada Rabb semesta alam dan Ilah para Rasul:

أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ (“[Ya Rabbku], sesungguhnya aku telah tertimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Mahapenyayang di antara semua penyayang.”)(al-Anbiyaa’: 83) dan di dalam Ayat yang mulia ini Dia berfirman:

وَٱذۡكُرۡ عَبۡدَنَآ أَيُّوبَ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلشَّيۡطَٰنُ بِنُصۡبٍ وَعَذَابٍ (“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub, ketika ia menyeru Rabb-nya: ‘Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.’”) satu pendapat mengatakan, bahwa kepayahan ada pada badanku, dan siksaan ada pada harta dan anakku.

Ketika itu Rabb Yang Mahapenyayang di antara semua penyayang memperkenankannya dan memerintahkannya untuk beranjak dari tempatnya serta menghentakkan tanah dengan kakinya, lalu ia melakukannya. Tiba-tiba Allah memancarkan mata air serta memerintahkannya untuk mandi, sehingga hilanglah seluruh penyakit yang diderita tubuhnya.

Lalu Allah juga memerintahkan untuk menghentakkan kakinya di tempat lain yang memunculkan mata air yang lain dan Allah memerintahkan untuk meminum airnya sehingga hilanglah seluruh penyakit dalam batinya, maka sempurnalah kesehatan lahir dan batinnya.

Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menceritakan kepada kaumnya kisah Ayub yang sangat sabar menghadapi cobaan hidup dan taat kepada Allah. Pada saat menghadapi cobaan yang sangat berat itu, ia berdoa kepada Allah dan mengadukan agar penderitaannya itu dihilangkan.

Beberapa ahli tafsir menyebutkan bahwa Ayub adalah seorang nabi yang sangat kaya. Ia adalah seorang petani dan pemelihara ternak. Di samping itu, juga sebagai pemimpin kaumnya di sebuah negeri yang terletak di sebelah tenggara Laut Mati.

Negerinya terletak di antara kota Adum dan padang pasir Arab, sangat subur, dialiri oleh mata air yang sangat banyak. Ia hidup di antara zaman Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Semula beliau hidup makmur dan bahagia, amat taat beragama, dan banyak sanak keluarganya. Ia sangat senang atas hasil usaha yang dicapainya, juga atas kekayaan, keluarga, dan kesehatannya.

Allah lalu ingin menguji ketabahannya dengan menimpakan penyakit kulit yang sangat parah. Begitu berat penyakitnya dan begitu lama dideritanya hingga harta bendanya habis, dan keluarganya bertebaran ke negeri-negeri sekitarnya untuk mencari penghidupan.

Di tengah-tengah penderitaannya itu, ia merasa sangat lelah dan menderita. Ia merasa ada setan yang mengusik jiwanya ketika beribadah kepada Allah. Lalu ia mengadukan kepada Allah agar diberi petunjuk untuk melepaskan dirinya dari penderitaan dan siksaan yang dialaminya.

Allah berfirman: Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (al-Anbiya’/21: 83)

Baca Juga:  Surah Sad ayat 21-25; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Ingatlah, hai Muhammad, hamba Kami, Ayyûb, ketika ia berdoa kepada Tuhannya, “Sesungguhnya setan telah menimpakan kepadaku kepayahan dan rasa sakit.”

Surah Sad Ayat 42
ٱرۡكُضۡ بِرِجۡلِكَ هَٰذَا مُغۡتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَشَرَابٌ

Terjemahan: (Allah berfirman): “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum”.

Tafsir Jalalain: Dikatakan kepada Ayub ٱرۡكُضۡ (“Hantamkanlah) maksudnya hentakkanlah بِرِجۡلِكَ (kakimu) ke bumi, lalu ia menghantamkannya, setelah itu tiba-tiba mengalirlah mata air dari bekas hentakan kakinya. Kemudian dikatakan pula kepadanya هَٰذَا مُغۡتَسَلٌۢ (inilah air untuk mandi) artinya, mandilah kamu dengan air ini بَارِدٌ وَشَرَابٌ (yang dingin, dan untuk minum”) minumlah kamu daripadanya. Segeralah Nabi Ayub mandi dan minum dan hilanglah semua penyakit yang ada di dalam dan di luar tubuhnya.

Tafsir Ibnu Katsir: ٱرۡكُضۡ بِرِجۡلِكَ هَٰذَا مُغۡتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَشَرَابٌ (“Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.”) biasanya sebelum itu, ketika beliau hendak keluar melakukan buang hajat atau selesai darinya, maka sang istri memegang tangannya hingga sampai ke tempatnya. Namun pada suatu hari ia terlambat terhadap istrinya, maka Allah memberikan wahyu kepada Ayyub,

ٱرۡكُضۡ بِرِجۡلِكَ هَٰذَا مُغۡتَسَلٌۢ بَارِدٌ وَشَرَابٌ (“Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.”) dan ketika sang istri merasakan keterlambatannya, iapun menengok untuk melihat, tetapi Nabi Ayyub telah datang menghampirinya dalam keadaan telah disembuhkan oleh Allah dari penyakitnya dan memiliki rupa yang lebih elok. Ketika istrinya melihatnya, dia berkata:

“Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu. Apakah engkau telah melihat Nabi Allah yang berpenyakit itu? Demi Allah Yang Mahakuasa untuk melakukan hal itu, aku tidak melihat seorang laki-laki yang lebih mirip dengannya selain dirimu, ketika ia masih sehat.” Nabi Ayyub pun berkata: “Akulah dia.”

Imam Ahmad meriwAyatkan dari Hamam bin Munabbih, dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Di saat Ayyub mandi dalam keadaan telanjang, tiba-tiba jatuhlah satu ekor belalang dari emas. Lalu Ayyub mengantonginya di bajunya, maka Allah berfirman: ‘Hai Ayyub, bukankah Aku telah mencukupimu dari apa yang engkau lihat?’ Ayyub menjawab: ‘Betul, ya Rabb-ku, akan tetapi aku tidak akan merasa cukup dari berkah-Mu.’” (al-Bukhari meriwAyatkan hadits ini sendirian dari ‘Abdurrazaq)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa karena ketaatan dan kesabaran Ayub menghadapi cobaan, Allah mengabulkan doanya dengan memerintahkan kepadanya agar menghentakkan kakinya ke bumi. Kemudian dari bumi itu memancar mata air yang sejuk. Lalu Ayub diperintahkan agar mandi dan minum dengan air itu. Seketika itu, Allah menyembuhkan penyakitnya seakan-akan tidak pernah sakit sebelumnya.

Kemudian ia menghimpun kembali keluarganya yang telah terpencar, dan mereka akhirnya dapat menyebarkan keturunan yang banyak, sebagai rahmat Allah kepadanya dan kepada keturunannya.

Pada akhir Ayat, Allah menegaskan bahwa ketaatan dan kesabaran Ayub itu merupakan pelajaran bagi orang-orang yang berakal dan menjadi petunjuk bagi seluruh manusia bahwa rahmat Allah itu dekat sekali pada orang-orang yang senantiasa melakukan perbuatan yang baik.

Hal ini juga menjadi contoh bahwa setiap perjuangan itu meskipun pada mulanya terasa sangat melelahkan, tetapi bila dilakukan dengan penuh ketabahan, niscaya segala kesulitan pasti dapat diatasi, dan kemenangan pasti dapat diraih.

Pengalaman berharga yang dapat dipetik dari kisah Ayub ini ialah bahwa orang tidak boleh berputus asa untuk mencari jalan ke luar dalam menghadapi rintangan, hingga ia mendapatkan jalan untuk mengatasi rintangan itu, dengan memohon petunjuk kepada Allah agar diberi limpahan hidayah-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Kemudian Kami penuhi permintaannya dan Kami serukan kepadanya, “Hentakkanlah kedua kakimu di tanah, niscaya akan keluar air yang sejuk untuk kamu pakai mandi dan minum sehingga kepayahan dan rasa sakitmu hilang.”

Surah Sad Ayat 43
وَوَهَبۡنَا لَهُۥٓ أَهۡلَهُۥ وَمِثۡلَهُم مَّعَهُمۡ رَحۡمَةً مِّنَّا وَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَٰبِ

Terjemahan: Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.

Tafsir Jalalain: وَوَهَبۡنَا لَهُۥٓ أَهۡلَهُۥ وَمِثۡلَهُم مَّعَهُمۡ (Dan Kami anugerahi dia dengan mengumpulkan kembali keluarganya dan Kami tambahkan kepada mereka sebanyak mereka) maksudnya, Allah menghidupkan kembali anak-anaknya yang telah mati itu, dan menambah pula kepadanya anak lain sejumlah anak yang telah mati itu رَحۡمَةً (sebagai rahmat) sebagai nikmat dan karunia مِّنَّا وَذِكۡرَىٰ (dari Kami dan pelajaran) nasihat لِأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَٰبِ (bagi orang-orang yang mempunyai pikiran) yaitu bagi orang-orang yang berakal.

Baca Juga:  Sejarah Lahirnya Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran di Indonesia

Tafsir Ibnu Katsir: وَوَهَبۡنَا لَهُۥٓ أَهۡلَهُۥ وَمِثۡلَهُم مَّعَهُمۡ رَحۡمَةً مِّنَّا وَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَٰبِ (“Dan Kami anugerahi dia [dengan mengumpulkan kembali] keluarganya dan [Kami tambahkan] kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.”) al-Hasan dan Qatadah berkata: “Allah Ta’ala menghidupkan mereka kembali untuknya dan menambahkan orang-orang yang sebanyak mereka.”

رَحۡمَةً مِّنَّا (“Sebagai rahmat dari Kami”) untuknya atas kesabaran, ketabahan, penyerahan diri, tawadlu’ dan ketenangannya. وَذِكۡرَىٰ لِأُوْلِى ٱلۡأَلۡبَٰبِ (“Dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.”) yaitu bagi orang-orang yang berakal agar mereka mengetahui bahwa akibat baik dari kesabarannya adalah kesenangan, jalan keluar dan ketentraman.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa karena ketaatan dan kesabaran Ayub menghadapi cobaan, Allah mengabulkan doanya dengan memerintahkan kepadanya agar menghentakkan kakinya ke bumi. Kemudian dari bumi itu memancar mata air yang sejuk. Lalu Ayub diperintahkan agar mandi dan minum dengan air itu. Seketika itu, Allah menyembuhkan penyakitnya seakan-akan tidak pernah sakit sebelumnya.

Kemudian ia menghimpun kembali keluarganya yang telah terpencar, dan mereka akhirnya dapat menyebarkan keturunan yang banyak, sebagai rahmat Allah kepadanya dan kepada keturunannya.

Pada akhir Ayat, Allah menegaskan bahwa ketaatan dan kesabaran Ayub itu merupakan pelajaran bagi orang-orang yang berakal dan menjadi petunjuk bagi seluruh manusia bahwa rahmat Allah itu dekat sekali pada orang-orang yang senantiasa melakukan perbuatan yang baik. Hal ini juga menjadi contoh bahwa setiap perjuangan itu meskipun pada mulanya terasa sangat melelahkan, tetapi bila dilakukan dengan penuh ketabahan, niscaya segala kesulitan pasti dapat diatasi, dan kemenangan pasti dapat diraih.

Pengalaman berharga yang dapat dipetik dari kisah Ayub ini ialah bahwa orang tidak boleh berputus asa untuk mencari jalan ke luar dalam menghadapi rintangan, hingga ia mendapatkan jalan untuk mengatasi rintangan itu, dengan memohon petunjuk kepada Allah agar diberi limpahan hidayah-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Kami mengembalikan lagi keluarganya yang telah bercerai-berai saat dia mengalami cobaan dan Kami tambahkan mereka sejumlah yang ada. Kami lakukan semua itu sebagai bentuk kasih sayang Kami kepadanya dan sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berakal agar mereka tahu bahwa kesabaran membuahkan kemenangan.

Surah Sad Ayat 44
وَخُذۡ بِيَدِكَ ضِغۡثًا فَٱضۡرِب بِّهِۦ وَلَا تَحۡنَثۡ إِنَّا وَجَدۡنَٰهُ صَابِرًا نِّعۡمَ ٱلۡعَبۡدُ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ

Terjemahan: Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).

Tafsir Jalalain: وَخُذۡ بِيَدِكَ ضِغۡثًا (Dan ambillah dengan tanganmu seikat rumput) yakni seikat rumput lalang atau seikat ranting-ranting فَٱضۡرِب بِّهِۦ (maka pukullah dengan itu) istrimu, karena Nabi Ayub pernah bersumpah, bahwa ia sungguh akan memukul istrinya sebanyak seratus kali deraan, karena pada suatu hari ia pernah tidak menuruti perintahnya وَلَا تَحۡنَثۡ (dan janganlah kamu melanggar sumpah) dengan tidak memukulnya, lalu Nabi Ayub mengambil seratus tangkai kayu Idzkhir atau kayu lainnya, lalu ia memukulkannya sekali pukul kepada istrinya.

إِنَّا وَجَدۡنَٰهُ صَابِرًا نِّعۡمَ ٱلۡعَبۡدُ (Sesungguhnya Kami dapati dia seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba) adalah Nabi Ayub. إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ (Sesungguhnya dia amat taat) kepada Allah swt.

Tafsir Ibnu Katsir: وَخُذۡ بِيَدِكَ ضِغۡثًا فَٱضۡرِب بِّهِۦ وَلَا تَحۡنَثۡ (“Dan ambillah dengan tanganmu seikat [rumput], maka pukullah dengan itu [istrimu] dan janganlah kamu melanggar sumpah.”) hal itu dilakukan karena Ayyub a.s. pernah marah kepada istrinya atas satu perkara yang dilakukan sang istri.

Satu pendapat mengatakan bahwa istrinya telah menjual tali pengekangnya dengan sepotong roti untuk memberikan makan kepadanya, lalu ia mencela istrinya dan bersumpah bahwa jika Allah Ta’ala menyembuhkan dirinya, niscaya dia akan memukul istrinya seratus kali.

Baca Juga:  Surah Al-Jin Ayat 18-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Pendapat lain menyatakan sebab lain. Maka ketika Allah menyembuhkannya, beliau tidak melakukan sumpahnya karena bakti istrinya yang begitu tinggi, kasih sayang dan belas kasihan beliau. Maka Allah memberikan petunjuk untuk mengambil seikat rumput yang berjumlah seratus helai, lalu dipukulkan kepada istrinya satu kali, sehingga selesailah ia menunaikannya, keluar dari sumpahnya dan menunaikan nadzarnya. Ini termasuk pembebasan dan jalan keluar bagi orang yang bertakwa dan berserah diri kepada Allah.

إِنَّا وَجَدۡنَٰهُ صَابِرًا نِّعۡمَ ٱلۡعَبۡدُ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ (“Sesungguhnya Kami dapati dia [Ayyub] seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat [kepada Rabb-nya].”) Allah menyanjung dan memujinya, bahwa dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya ia amat taat kepada Rabb-nya, yaitu kembali dan berserah diri. Sebagaimana firman Allah:

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (ath-Thalaaq: 2-3).

Kebanyakan ahli fiqih mengambil dalil dari Ayat yang mulia ini tentang masalah-masalah sumpah dan lain-lain. Mereka mengambilnya sesuai dengan tuntutannya. Dan hanya Allah Yang Mahamengentahui kebenaran.

Tafsir Kemenag: Kemudian Allah mengisahkan keringanan hukuman bagi istrinya yang diberikan kepada Ayub. Allah memerintahkan agar Ayub mengambil seberkas rumput untuk dipukulkan kepada istrinya. Pukulan rumput ini cukup sebagai pengganti dari sumpah yang pernah ia ucapkan.

Dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an tidak disebutkan apa sebab ia bersumpah dan apa sumpahnya. Hanya hadis sajalah yang menyebutkan bahwa ia bersumpah karena istrinya, yang bernama Rahmah putri Ifraim, pergi untuk sesuatu keperluan dan terlambat datang.

Ayub bersumpah akan memukulnya 100 kali apabila ia sembuh. Dengan pukulan seikat rumput itu, ia dianggap telah melaksanakan sumpahnya, sebagai kemurahan bagi Ayub sendiri dan bagi istrinya yang telah melayaninya dengan baik pada saat sakit. Dengan adanya kemurahan Allah itu, Ayub pun terhindar dari melanggar sumpah.

Di akhir Ayat, Allah memuji bahwa Ayub adalah hamba-Nya yang sabar, baik, dan taat. Sabar menghadapi cobaan yang diberikan kepadanya, baik cobaan yang menimpa dirinya, hartanya, serta keluarganya. Dia dimasukkan dalam golongan hamba-Nya yang baik perangainya karena tidak mudah berputus asa, dan menumpahkan harapannya kepada Allah. Dia juga sebagai hamba-Nya yang taat, karena kegigihannya memperjuangkan perintah-perintah agama serta memelihara diri, keluarga, dan kaumnya dari kehancuran.

Mengenai ketaatan Ayub dapat diketahui dari sebuah riwAyat bahwa apabila ia menemui cobaan mengatakan: “Ya Allah, Engkaulah yang mengambil dan Engkau pula yang memberi.”

Pada waktu bermujanat ia pun berkata: “Ya Tuhanku, “Engkau telah mengetahui betul bahwa lisanku tidak akan berbeda dengan hatiku, hatiku tidak mengikuti penglihatan, hamba sahaya yang kumiliki tidak akan mempermainkan aku, aku tidak makan terkecuali bersama-sama anak yatim dan aku tidak berada dalam keadaan kenyang dan berpakaian sedang di sampingku ada orang yang lapar atau telanjang.”.

Tafsir Quraish Shihab: Ayyûb pernah bersumpah akan memukul salah seorang anggota keluarganya dengan beberapa kayu. Lalu Allah membebaskan sumpahnya dengan cara memerintahkannya mengambil seikat kayu sebanyak yang disumpahnya, untuk dipukulkan kepadanya. Ia pun memukulnya dengan seikat kayu tadi. Dengan begitu dia melaksanakan sumpahnya dengan penderitaan yang lebih sedikit.

Sesungguhnya Allah telah memberikan karunia-Nya berupa nikmat tersebut karena Ayyûb sabar atas cobaan sehingga pantas menerima pujian itu. Maka ia adalah sebaik-baik hamba, karena selalu kembali kepada Allah dalam segala permasalahan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Sad Ayat 41-44 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S