Surah Thaha Ayat 105-108; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Thaha Ayat 105-108

Pecihitam.org – Kandungan Surah Thaha Ayat 105-108 ini, Allah menerangkan sebagai jawaban atas pertanyaan kaum musyrik kepada Muhammad saw bahwa gunung-gunung pada hari Kiamat itu dihancurluluhkan sehingga beterbangan di udara, bagaikan debu di bawa angin ke mana-mana sehingga tidak ada bekasnya sama sekali. Ayat ini juga menjelaskan tentang keadaan manusia di hari kiamat kelak.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Thaha Ayat 105-108

Surah Thaha Ayat 105
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا

Terjemahan: Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: “Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya,

Tafsir Jalalain: وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ (Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung,) bagaimana jadinya di hari kiamat nanti? فَقُلْ (maka katakanlah) kepada mereka يَنسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا (“Rabbku akan menghancurkannya sehancur-hancurnya,) seumpamanya Dia meleburkannya menjadi debu yang lembut kemudian diterbangkan-Nya dengan angin.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah berfirman: وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ (“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung.”) Maksudnya, apakah pada hari, Kiamat kelak, gunung-gunung itu akan tetap ada ataukah musnah?

فَقُلْ يَنسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا (“Maka katakanlah, Rabbku akan menghancurkannya [pada hari Kiamat kelak] sehancur-hancurnya.”) Artinya, gunung-gunung itu akan dimusnahkan dari tempatnya masing-masing.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah menerangkan sebagai jawaban atas pertanyaan kaum musyrik kepada Muhammad saw bahwa gunung-gunung pada hari Kiamat itu dihancurluluhkan sehingga beterbangan di udara, bagaikan debu di bawa angin ke mana-mana sehingga tidak ada bekasnya sama sekali.

Dengan ditemukannya bom atom pada abad kedua puluh ini dapat dibayangkan bagaimana hebatnya dan dahsyatnya kehancuran dan kebinasaan pada hari Kiamat. Sedang dengan sebuah bom atom saja yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki masih dianggap kecil daya ledaknya dibanding dengan daya ledak bom nuklir sekarang, sudah demikian hebatnya kehancuran yang timbul karenanya,

apalagi kehancuran yang timbul pada hari Kiamat tentu beribu kali hebat dan dahsyatnya dari kehancuran yang ditimbulkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki itu. Pada ayat lain Allah menerangkan pula bagaimana keadaan gunung-gunung pada hari Kiamat itu firman-Nya:

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, maka terkejutlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.

Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (an-Naml/27: 87 dan 88).

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan itu bertanya kepadamu, Muhammad, tentang nasib gunung-gunung pada hari kiamat yang kamu bicarakan itu. Jawablah bahwa Allah akan menghancur- leburkannya bagai pasir, lalu menerbangkannya dengan tiupan angin hingga bertebaran.(?)

Surah Thaha Ayat 106
فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا

Terjemahan: maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali,

Tafsir Jalalain: فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا (Maka Dia akan menjadikan bekas gunung-gunung itu datar) merata (dengan tanah) yakni rata sama sekali tiada bekasnya.

Baca Juga:  Surah Al-Mujadalah Ayat 2-4; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: فَيَذَرُهَا (“Maka Dia akan menjadikan gunung-gunung itu,”) yakni bumi, قَاعًا صَفْصَفًا (“Datar sama sekali.”) Maksudnya, datar sedatar-datarnya.

Kata al-qaa’ berarti bumi yang datar, sedangkan kata ash-shafshaf sebagai penekan makna tersebut. Ada juga yang mengatakan: “Kata itu berarti bagian yang tidak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan sama sekali.”
Tetapi pendapat yang pertama adalah lebih tepat, meskipun pendapat kedua itu termasuk yang menjadi sasaran.

Tafsir Kemenag: Sesudah gunung-gunung itu dihancurluluhkan dan beterbangan dibawa angin ke mana-mana, maka tempat berdiri gunung-gunung itu menjadi rata dan berubahlah wajah bumi yang dahulunya indah dipandang mata, karena ada lembah dan bukit ada dataran tinggi, ada pohon-pohon yang rindang dan tanam-tanaman yang hijau, semua itu telah tiada, semuanya telah kembali ke alam fana. Pada hari itu semua manusia menjadi panik berlari kesana kemari untuk menyelamatkan dirinya tak tentu arah dan tujuan seperti tersebut dalam firman-Nya:

Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (al-Qari`ah/101: 4 dan 5). Manusia bertanya-tanya apakah yang telah terjadi dengan bumi seperti tersebut dalam firman-Nya:

Dan manusia bertanya, “Apa yang terjadi pada bumi ini?” Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) padanya. (az-Zalzalah/99: 3-4 dan 5).

Tafsir Quraish Shihab: Dengan demikian, setelah gunung-gunung itu dihancurkan, bekas tempatnya menjadi rata dengan tanah.

Surah Thaha Ayat 107
لَّا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا

Terjemahan: tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.

Tafsir Jalalain: لَّا تَرَى فِيهَا عِوَجًا (Tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang melengkung) tempat yang rendah وَلَا أَمْتًا (dan tidak pula tempat yang tinggi) tempat yang tinggi-tinggi.

Tafsir Ibnu Katsir: Oleh karena itu, Allah berfirman: لَّا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا (“Tidak sedikit pun kamu melihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.”) Maksudnya, pada hari itu, kamu tidak akan melihat lembah, bukit, serta tidak juga dataran rendah dan dataran tinggi di bumi. Demikianlah yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas,Ikrimah, Mujahid, al-Hasan al-Bashri, adh-Dhahhak, Qatadah, dan beberapa ulama Salaf lainnya.

Tafsir Kemenag: Sesudah gunung-gunung itu dihancurluluhkan dan beterbangan dibawa angin ke mana-mana, maka tempat berdiri gunung-gunung itu menjadi rata dan berubahlah wajah bumi yang dahulunya indah dipandang mata, karena ada lembah dan bukit ada dataran tinggi, ada pohon-pohon yang rindang dan tanam-tanaman yang hijau, semua itu telah tiada, semuanya telah kembali ke alam fana.

Pada hari itu semua manusia menjadi panik berlari kesana kemari untuk menyelamatkan dirinya tak tentu arah dan tujuan seperti tersebut dalam firman-Nya: Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (al-Qari’ah/101: 4 dan 5).

Manusia bertanya-tanya apakah yang telah terjadi dengan bumi seperti tersebut dalam firman-Nya: Dan manusia bertanya, “Apa yang terjadi pada bumi ini?” Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) padanya. (az-Zalzalah/99: 3-4 dan 5).

Baca Juga:  Surah Al Balad; Terjemahan, Tafsir dan Asbabun Nuzul (Lengkap)

Tafsir Quraish Shihab: Kamu tak akan lagi melihat dataran rendah atau dataran tinggi di muka bumi. Bumi seolah-olah belum pernah dijamah dan dibangun sebelumnya.

Surah Thaha Ayat 108
يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا

Terjemahan: Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.

Tafsir Jalalain: يَوْمَئِذٍ (Pada hari itu) pada hari ketika gunung-gunung itu dihancurkan يَتَّبِعُونَ (manusia mengikuti) manusia semuanya mengikuti sesudah mereka dibangunkan dari kuburannya الدَّاعِيَ (penyeru) yang menggiring mereka dengan suaranya ke padang Mahsyar, dia adalah malaikat Israfil. Dia mengatakan, “Kemarilah kamu sekalian ke hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah” لَا عِوَجَ لَهُ (dengan tidak berbelok-belok) sewaktu mereka menuruti panggilan suara itu. Atau dengan kata lain mereka tidak mempunyai kemampuan untuk tidak mengikuti anjuran suara itu

وَخَشَعَتِ (dan merendahlah) yakni menjadi tenanglah الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا (semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar melainkan hanya bisikan saja) suara telapak kaki mereka sewaktu berjalan menuju ke padang Mahsyar bagaikan suara teracak kaki unta bila berjalan.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ (“Pada hari itu manusia mengikuti [menuju kepada] penyeru dengan tidak berbelok-belok.”) Yaitu, pada hari di mana mereka melihat keadaan ini dan berbagai hal menakutkan itu memenuhi seruan penyeru dengan cepat.

Apa yang diperintahkan kepada mereka, niscaya mereka segera melaksanakannya. Seandainya yang demikian itu terjadi di dunia, niscaya hal itu akan lebih bermanfaat bagi mereka, tetapi tidak bermanfaat bagi mereka. Sebagaimana yang Dia firmankan:

“Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami.” (Maryam: 38)
Dia juga berfirman: “Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu.” (QS. Al-Qamar: 8)

Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi berkata: “Allah akan mengumpulkan manusia pada hari Kiamat kelak dalam keadaan gelap gulita, langit digulung-Nya, bintang-bintang berjatuhan, matahari dan bulan pun menghilang. Lalu ada suara penyeru, maka orang-orang mengikuti suara itu.

Oleh karena itu, Allah berfirman: يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ (“Pada hari itu manusia mengikuti [menuju kepada] penyeru dengan tidak berbelok-belok.”) Qatadah berkata: “Tidak berbelok-belok yang berarti mereka tidak dapat menyimpang dari penyeru itu.” Sedangkan Abu Shalih berkata: “Tidak berbelok-belok berarti mereka tidak dapat membelokkan diri darinya.”

Firman-Nya: وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ (“Dan merendahlah semua suara kepada Rabb yang Mahapemurah.”) Ibnu Abbas mengemukakan: “Yakni diam.” Hal yang sama juga dikemukakan oleh as-Suddi.

“Maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.” Said bin Jubair bercerita dari IbnuAbbas: “Yakni derap kaki.” Hal itu juga dikemukakan oleh `Ikrimah, Mujahid, adh-Dhahhak, ar-Rabi’ bin Anas, Qatadah, Ibnu Zaid, dan selain mereka.

Baca Juga:  Surah An-Naba Ayat 37-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Mengenai firman Allah: فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا (“Maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja,”) Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu Abbas: “Yaitu suara yang pelan.” Itu pula yang menjadi sebuah riwayat dariIkrimah dan adh-Dhahhak. Masih mengenai firman-Nya ini, Said bin Jubair mengatakan, “Yaitu pembicaraan secara pelan dan derap kaki.”

Dengan demikian, Sa’id bin Jubair telah menyatukan dua pendapat di atas. Jadi, bisa saja hal itu berarti derap kaki. Maksudnya adalah perjalanan manusia menuju ke Mahsyar, yakni, perjalanan mereka yang dilakukan secara pelan dan penuh ketundukan. Dan bisa juga berarti suara yang pelan, yang mungkin terjadi dari suatu keadaan saja.

Dan Allah telah berfirman: يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ (“Pada saat datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya. Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.”) (QS. Huud: 105)

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah swt menerangkan bahwa jika hari yang telah ditentukan itu tiba, tidak seorang pun dapat berbicara dan berbuat sesuatu kecuali dengan izin Allah, sebagaimana firman-Nya:

Inilah hari, saat mereka tidak dapat berbicara, dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan. (al-Mursalat/77: 35-36)

Dan firman-Nya: Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan dia hanya mengatakan yang benar. (an-Naba/78: 38)

Di antara orang-orang yang berkumpul di hari Kiamat itu, ada yang celaka, mereka akan mendapat azab yang pedih sebagaimana yang telah diancamkan kepada orang-orang kafir, dan ada yang berbahagia, mereka akan memperoleh pahala dan kesenangan sepanjang masa sesuai dengan yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa.

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari kiamat, setelah bangkit dari kuburnya, manusia akan mengikuti dengan pasrah seruan yang mengajak mereka berkumpul di padang Mahsyar. Tak seorang pun dapat berbelok ke kanan atau ke kiri. saat itu, semua suara pun merendah tenang dan takut akan kebesaran Sang Maha Pengasih. Yang terdengar hanyalah bisikan.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Thaha Ayat 105-108 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag, Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S