Pecihitam.org – Kandungan Surah Thaha Ayat 53-56 ini, menjelaskan argumentasi Musa kepada Firaun dan tanda-tanda yang Allah perlihatkan kepadanya namun selalu Firaun berpaling darinya. Allah telah memperlihatkan dan memperkenalkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan bukti-bukti kebenaran kenabian Musa berupa mukjizat yang telah diberikan kepada Musa,
namun Firaun dan pengikut-pengikutnya tetap ingkar dan mendustakan Musa dan tidak mau beriman kepada apa yang disampaikan kepadanya, sekalipun mereka itu pada hakekatnya telah meyakini kebenarannya
Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Thaha Ayat 53-56
Surah Thaha Ayat 53
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّن نَّبَاتٍ شَتَّى
Terjemahan: Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.
Tafsir Jalalain: Dia الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ (yang telah menjadikan bagi kalian) di antara sekian banyak makhluk-Nya الْأَرْضَ مَهْدًا (bumi sebagai hamparan) tempat berpijak وَسَلَكَ (dan Dia memudahkan) mempermudah فِيهَا سُبُلًا (bagi kalian di bumi itu jalan-jalan) tempat-tempat untuk berjalan
وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً (dan Dia menurunkan dari langit air hujan) yakni merupakan hujan. Allah berfirman menggambarkan apa yang telah disebutkan-Nya itu sebagai nikmat dari-Nya, kepada Nabi Musa dan dianggap sebagai khithab untuk penduduk Mekah.
فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا (Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis) bermacam-macam مِّن نَّبَاتٍ شَتَّى (tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam). Lafal Syattaa ini menjadi kata sifat daripada lafal Azwaajan, maksudnya, yang berbeda-beda warna dan rasa serta lain-lainnya.
Lafal syattaa ini adalah bentuk jamak dari lafal Syatiitun, wazannya sama dengan lafal Mardhaa sebagai jamak dari lafal Mariidhun. Ia berasal dari kata kerja Syatta artinya Tafarraqa atau berbeda-beda.
Tafsir Ibnu Katsir: Ini merupakan kelengkapan ucapan Musa yang disebutkan oleh Rabbnya ketika ia ditanya Fir’aun tentang Rabbnya. Maka Musa berkata, “Rabb [kami] adalah Rabb yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” Tetapi ucapannya itu dibantah oleh Fir’aun dengan pertanyaan tentang umat-umat terdahulu. Kemudian Musa memberikan bukti kepadanya, lalu dia mengatakan:
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا (“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan.”) Menurut sebagian ahli qira-at, di baca yakni hamparan yang kalian tinggal, berdiri, dan tidurdi atasnya, serta melakukan perjalanan di atas permukaannya.
وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلً (“Dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan jalan,”) yakni, Dia telah membuatkan jalan bagi kalian, yang kalian dapat berjalan di permukaannya.
وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّن نَّبَاتٍ شَتَّى (“Dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.”) Yakni, berbagai macam tumbuh-tumbuhan berupa tanam-tanaman dan buah-buahan, baik yang asam, manis, maupun pahit, dan berbagai macam lainnya.
Tafsir Kemenag: Untuk memperkuat bahwa Allah itu tidak akan salah dan lupa, dan untuk menolak kemungkinan timbulnya sangkaan bahwa catatan yang ada di “Lauh Mahfudz” itu bisa salah dan ada yang tidak tercatat karena lupa, maka pada ayat ini ditegaskan bahwa Tuhan yang menguasai pencatatan itu, ialah Tuhan Yang menjadikan bumi ini sebagai hamparan bagi manusia yang terbentang luas untuk dipergunakan sebagai tempat tinggal, bangun, tidur dan berpergian dengan bebas ke mana-mana, sebagaimana firman Allah:
Allah-lah yang menjadikan bumi untukmu sebagai tempat menetap. (al- Mu`min/40: 64) Dan firman-Nya: Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya. (al-Mulk/67: 15)
Tuhanlah yang telah menjadikan jalan-jalan di bumi ini, baik di gunung-gunung maupun di tempat-tempat yang rendah untuk menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lain, antara satu kota dengan kota yang lain, antar satu desa dengan desa yang lain, guna memudahkan melaksanakan keperluan-keperluan manusia. Sejalan dengan firman Allah:
Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas. (Nuh/71: 19-20)
Dan firman-Nya: “Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan Kami jadikan (pula) di sana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (al-Anbiya`/21: 31)
Tuhanlah, yang menurunkan air hujan dari langit yang menyebabkan tumbuhnya tanam-tanaman dan buah-buahan yang bermacam-macam cita rasanya, ada yang masam, ada yang manis, bermacam ragam dan jenis dan manfaatnya.
Ada yang layak untuk manusia, dan ada yang baik untuk binatang yang kesemuanya itu menunjukkan atas besarnya karunia dan banyaknya nikmat yang dilimpahkan Allah kepada semua hamba-Nya. Sejalan dengan firman Allah: Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. (al-Baqarah/2: 22).
Tafsir Quraish Shihab: Dialah Tuhan yang menganugerahkan nikmat kehidupan dan pemeliharaan kepada hamba-hamba-Nya. Dengan kekuasaan-Nya, Dia telah menjadikan bumi sebagai hamparan untukmu, membuka jalan-jalan untuk kamu lalui dan menurunkan hujan di atas bumi sehingga terciptalah sungai-sungai.
Dengan air itu Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang berbeda-beda warna, rasa dan manfaatnya. Ada yang berwarna putih dan hitam, ada pula yang rasanya manis dan pahit.
Surah Thaha Ayat 54
كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّأُولِي النُّهَى
Terjemahan: Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.
Tafsir jalalain: كُلُوا (Makanlah) daripadanya وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ (dan gembalakanlah ternak kalian) di dalamnya. Lafal An’am adalah bentuk jamak dari lafal Ni’amun, yang artinya mencakup unta, sapi dan kambing. Dikatakan, Ru’tul An’aama atau aku menggembalakan ternak dan Ra’aituhaa atau aku telah menggembalakannya.
Pengertian yang terkandung di dalam perintah ini menunjukkan makna ibahah atau boleh dan sekaligus sebagai pengingat akan nikmat-nikmat-Nya. Jumlah keseluruhan ayat ini menjadi kata keterangan keadaan daripada Dhamir yang terkandung di dalam lafal Akhrajnaa. Maksudnya, Kami memperbolehkan bagi kalian untuk memakannya dan mengembalakan ternak padanya.
إِنَّ فِي ذَلِكَ (sesungguhnya pada yang demikian itu) yakni pada hal-hal yang telah disebutkan dalam ayat ini لَآيَاتٍ (terdapat tanda-tanda) pelajaran-pelajaran لِّأُولِي النُّهَى (bagi orang-orang yang berakal) lafal Nuhaa adalah bentuk jamak dan lafal Nuhyah, wazannya sama dengan lafal Ghurfah yang jamaknya Ghuraf. Akal dinamakan dengan istilah ini, karena dapat mencegah pemiliknya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk.
Tafsir Ibnu Katsir: كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ (“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu.”) Yakni, sesuatu bagi makanan kalian dan buah-buahan kalian serta sesuatu bagi binatang ternak kalian berupa makanannya yang hijau dan yang kering.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ (“Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah,”) yakni, bukti-bukti, hujjah-hujjah, dan argumen.
لِّأُولِي النُّهَى (“Bagi orang-orang yang berakal.”) Yakni, orang yang berakal sehat lagi lurus, bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah, dan tidak ada Rabb kecuali hanya Dia.
Tafsir Kemenag: Allah menyuruh supaya buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan yang berjenis-jenis dan beraneka ragam itu, kita makan dan kita berikan kepada binatang untuk dimakannya. Mana saja yang layak bagi manusia untuk dimakan, seperti beras, ubi, jagung, sagu dan lain-lain, maka makanlah sesuai dengan firman Allah:
Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik. (al-Ma`idah/5: 88)
Mana saja yang sesuai untuk binatang seperti rumput yang diberikan pada binatang-binatang. Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa semua sifat-sifat tersebut di atas menunjukkan kekuasaan Allah dan kebesaran kerajaan-Nya, adalah bukti yang nyata atas keesaan-Nya dan menunjukkan bahwa tiada Tuhan melainkan Dia. Orang-orang yang berakal sehat dan berpikiran waras, tentu akan mengakui dan meyakini keesaan Allah.
Tafsir Quraish Shihab: Allah memberi petunjuk kepada para hamba-Nya cara memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang telah ditumbuhkan-Nya. Yaitu dengan memakan, menggembalakan binatang dan lain-lain.
Allah menjelaskan bahwa di dalam penciptaan makhluk, pengaturan dan cara memanfaatkannya terdapat bukti-bukti nyata yang dapat dijadikan petunjuk bagi orang-orang yang berakal untuk beriman kepada Allah dan risalah- risalah-Nya.
Surah Thaha Ayat 55
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
Terjemahan: Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,
Tafsir Jalalain: مِنْهَا (Dari bumi itulah) dari tanah خَلَقْنَاكُمْ (Kami menjadikan kalian) dengan menciptakan nenek moyang kalian Adam daripadanya وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ (dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian) kalian akan dikuburkan di dalamnya sesudah mati
وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ (dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kalian) pada hari berbangkit تَارَةً (pada kali) untuk kali أُخْرَى (yang lain) sebagaimana Kami mengeluarkan kalian pada permulaan penciptaan kalian.
Tafsir Ibnu Katsir: مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى (“Dari bumi [tanah] itulah Kami menciptakanmu dan kepadanya Kami akan mengembalikanmu dan dari padanya Kami akan mengeluarkanmu pada kali yang lain.”) Yakni, dari bumi awal kejadian kalian, karena sesungguhnya ayah kalian,
Adam as diciptakan dari tanah, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian. Atau dengan kata lain, dan kepadanya kalian akan kembali jika kalian mati dan mengalami kehancuran, darinya pula Kami akan mengeluarkan kalian pada kali yang lain.
“Yaitu pada hari Dia memanggilmu, lalu kamu mematiuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.” (QS. Al-Israa’: 52)
Dalam hadits yang terdapat dalam kitab Sunan, bahwa Rasulullah pernah menghadiri seorang jenazah, dan setelah si mayit dikubur, beliau mengambil segenggam tanah, lalu melemparkannya ke kuburan seraya bersabda:
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ (“Dari bumi [tanah] itulah Kami menciptakanmu.”
kemudian beliau mengambil tanah yang lain, lalu beliau mengatakan: وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ (“Dan kepadanya Kami akan mengembalikanmu.”) Selanjutnya, beliau mengambil tanah yang lain seraya berkata: وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى (“Dan darinya Kami akan mengeluarkanmu pada kali yang lain.”)
Tafsir Kemenag: Selain dari guna dan manfaat bumi dan yang telah disebutkan di atas, pada ayat ini Allah menerangkan guna dan manfaatnya yang lain, yaitu bahwa dari bumi setiap manusia itu dijadikan Allah, sejak Nabi Adam yaitu manusia pertama di dunia ini. Juga kepada tanah, manusia akan dikembalikan sesudah mati, dan menjadi tanah kembali seperti sebelum diciptakan.
Dari itu pula manusia akan dibangkitkan kembali sesudah ia mati dan disusun kembali anggota tubuhnya yang telah hancur bercampur dengan tanah, sebagai bentuknya yang semula yang kemudian dikembalikan ruhnya. Sejalan dengan ayat ini, firman Allah:
(Allah) berfirman, “Di sana kamu hidup, di sana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.” (al-A`raf/7: 25) Di dalam hadis diterangkan sebagai berikut:
“Sesungguhnya Rasulullah saw menghadiri suatu jenazah. Setelah mayat itu dikubur, beliau mengambil segenggam tanah lalu dilemparkannya ke kubur itu sambil mengucapkan “minha khalaqnakum” (daripadanya Kami jadikan kamu), kemudian mengambil lagi yang lain dan mengucapkan “fiha nu`idukum” (padanyalah Kami kembalikan kamu),
kemudian mengambil pula yang lain untuk ketiga kalinya dan mengucapkan “minha nukhrijukum taratan ukhra” (dan daripadanya Kami keluarkan kamu pada kali yang lain). (Riwayat Ahmad dan al-hakim dari Abu Umamah)
Di dalam satu hadis yang lain diterangkan bahwa setelah jenazah Ummu Kulsum binti Rasulullah saw diletakkan ke kuburnya, Rasulullah saw mengucapkan:
“Daripadanya (tanah) Kami jadikan kamu, dan kepadanya Kami kembalikan kamu, serta daripadanya Kami keluarkan kamu sekali lagi dengan nama Allah, dan di jalan Allah serta atas agama Rasulullah.” (Riwayat Ahmad dan al-hakim dari Abu Umamah).
Tafsir Quraish Shihab: Dari tanah bumi ini, Allah menciptakan Adam dan anak-cucunya. Ke dalam tanah itu pula Allah mengembalikan mereka setelah mati untuk mengubur jasad mereka. Dan dari tanah itu juga Allah mengeluarkan mereka hidup kembali untuk dibangkitkan dan diberi balasan.
Surah Thaha Ayat 56
وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَ
Terjemahan: Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir’aun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).
Tafsir Jalalain: وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ (Dan sesungguhnya telah Kami perlihatkan kepadanya) kepada Firaun آيَاتِنَا كُلَّهَا (ayat-ayat Kami semuanya) yang berjumlah sembilan ayat itu فَكَذَّبَ (maka ia mendustakan) nya dan menuduh bahwa ayat-ayat itu adalah sihir وَأَبَ (dan ia enggan) untuk mengesakan Allah swt.
Tafsir Ibnu Katsir: Firman-Nya: وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى (“Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya [Fir’aun] tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dan enggan [menerima kebenaran].”) Yakni, Fir’aun, di mana telah jelas baginya berbagai macam hujjah, tanda-tanda kekuasaan, serta dalil-dalil, bahkan dia melihat dengan jelas, tetapi dia justru mendustakannya dan enggan menerimanya karena kufur dan ingkar serta melampaui batas.
Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala: “Dan mereka mengingkarinya karena kedhaliman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)-nya.” (QS. An-Naml: 14).
Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah memperlihatkan dan memperkenalkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan bukti-bukti kebenaran kenabian Musa berupa mukjizat yang telah diberikan kepada Musa, namun Firaun dan pengikut-pengikutnya tetap ingkar dan mendustakan Musa dan tidak mau beriman kepada apa yang disampaikan kepadanya, sekalipun mereka itu pada hakekatnya telah meyakini kebenarannya, sebagaimana firman Allah:
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.” (an-Naml/27: 14).
Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Thaha Ayat 53-56 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag, Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020