Surah Yasin ayat 20-25; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Yasin Ayat 20-25

Pecihitam.org – Kandungan Surah Yasin Ayat 20-25 ini, menjelaskan bahwa sunatullah berlaku adalah apabila rasul yang bertugas menyampaikan kebenaran terdesak, pasti akan mendapat bantuan Allah. Laki-laki itu menjelaskan bahwa ketiga utusan yang mendakwahkan kebenaran itu tidak mengharapkan balas jasa sama sekali atas jerih payahnya menyampaikan risalah itu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mereka memperoleh petunjuk dari Allah bahwa yang seharusnya disembah itu adalah Allah Yang Maha Esa, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. kesadaran yang timbul dalam hati dan cahaya iman yang telah menyinari jiwa orang itu, sehingga ia berpendapat bahwa tidak ada alasan sedikit pun baginya untuk tidak beriman kepada Allah.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Yasin Ayat 20-25

Surah Yasin Ayat 20
وَجَآءَ مِنۡ أَقۡصَا ٱلۡمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسۡعَىٰ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱتَّبِعُواْ ٱلۡمُرۡسَلِينَ

Terjemahan: Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”.

Tafsir Jalalain: وَجَآءَ مِنۡ أَقۡصَا ٱلۡمَدِينَةِ رَجُلٌ (Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki) Habib An Najjar atau Habib si tukang kayu; dia telah beriman kepada utusan-utusan Nabi Isa, dan tempat tinggalnya berada di ujung kota Inthakiyah يَسۡعَىٰ (dengan bergegas-gegas) lari dengan cepat, tatkala ia mendengar berita bahwa kaumnya mendustakan utusan-utusan itu قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱتَّبِعُواْ ٱلۡمُرۡسَلِينَ (ia berkata, “Hai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.).

Tafsir Ibnu Katsir: Ats-Tsauri berkata dari ‘Ashim al-Ahwal, dari Abu Mijlaz bahwa namanya adalah Habib bin Surri. Syuhaib bin Bisyr berkata dari ‘Ikrimah bahwa Ibnu ‘Abbas berkata: “Nama laki-laki di surat Yaasiin adalah Habib an-Najjar yang dibunuh oleh kaumnya.” Qatadah berkata: “Dia beribadah di sebuah gua.

قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱتَّبِعُواْ ٱلۡمُرۡسَلِينَ (“Ia berkata: Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu.”) dia mendorong kaumnya untuk mengikuti utusan-utusan yang mendatangi mereka,

Tafsir Kemenag: Ayat ini menjelaskan bahwa sunatullah berlaku adalah apabila rasul yang bertugas menyampaikan kebenaran terdesak, pasti akan mendapat bantuan Allah. Berkaitan dengan kisah penolakan penduduk Antakia terhadap tiga utusan Nabi Isa, datanglah seorang laki-laki bernama habib an-Najjar yang tidak memiliki pengaruh ataupun kekuasaan yang menentukan, juga bukan keluarga atau orang yang berpengaruh terhadap raja negeri itu.

Hanya dengan dinamika kekuatan imannya sajalah dia datang dari pelosok negeri guna membela ketiga utusan itu dengan memperingatkan orang-orang yang hendak menyiksa mereka. Ia menyerukan agar penduduk kota itu mengikuti para rasul yang datang hanya untuk menyampaikan petunjuk Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Lalu dari tempat yang sangat jauh dari kota, datanglah seseorang yang bergegas menuju penduduk kota. Ia berkata, “Wahai kaumku, ikutilah jejak para rasul yang diutus oleh Allah kepada kalian itu.

Surah Yasin Ayat 21
ٱتَّبِعُواْ مَن لَّا يَسۡـَٔلُكُمۡ أَجۡرًا وَهُم مُّهۡتَدُونَ

Terjemahan: Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Tafsir Jalalain: ٱتَّبِعُواْ (Ikutilah) lafal ayat ini mengukuhkan makna lafal yang sama pada ayat sebelumnya مَن لَّا يَسۡـَٔلُكُمۡ أَجۡرًا (orang yang tiada minta balasan kepada kalian) atas misi risalah yang disampaikannya itu وَهُم مُّهۡتَدُونَ (dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk) lalu dikatakan kepadanya, “Kamu seagama dengan mereka.”.

Tafsir Ibnu Katsir: ٱتَّبِعُواْ مَن لَّا يَسۡـَٔلُكُمۡ أَجۡرًا (“Ikutilah orang yang tidak minta balasan kepadamu.”) yaitu sebagai balasan menyampaikan risalah. وَهُم مُّهۡتَدُونَ (“Dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Tentang apa yang mereka serukan kepada kalian berupa beribadah kepda Allah semata Yang tidak ada sekutu bagi-Nya.

Tafsir Kemenag: Laki-laki itu menjelaskan bahwa ketiga utusan yang mendakwahkan kebenaran itu tidak mengharapkan balas jasa sama sekali atas jerih payahnya menyampaikan risalah itu. Mereka memperoleh petunjuk dari Allah bahwa yang seharusnya disembah itu adalah Allah Yang Maha Esa, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Laki-laki yang bernama habib an-Najjar itu datang dari jauh untuk menjelaskan kepada penduduk Antakia bahwa ia memberikan pelajaran dan pengajaran kepada mereka, setelah ia meyakini apa yang disampaikannya merupakan sesuatu yang baik bagi dirinya sendiri dan mereka. Mengapa ia tidak menyembah Allah Yang Maha Esa yang telah menciptakannya, dan kepada-Nya akan kembali semua yang hidup ini? Di sanalah mereka akan menerima segala ganjaran perbuatan mereka.

Baca Juga:  Surah Ar-Ra'd Ayat 18; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Orang yang berbuat baik pasti menikmati hasil kebaikannya, sedangkan yang berbuat jahat, sudah barang tentu tidak sanggup melepaskan diri dari azab sebagai balasannya. Penegasan di atas adalah sebagai jawaban dari pertanyaan kaumnya yang tidak mau beriman.

Menurut habib, tidak pantas ia mencari tuhan yang lain selain daripada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang mereka puja adalah tuhan yang tidak sanggup memberi manfaat atau menolak mudarat, tidak mendengar dan melihat, serta tidak bisa memberi pertolongan (syafaat).

Tuhan-tuhan itu sudah barang tentu tidak dapat menghindarkan mereka dari azab Allah, walaupun mereka telah menyembahnya. Oleh karena itu, bila ia turut serta menyembah apa yang mereka sembah selain dari Tuhan Yang Maha Esa, sungguh ia telah menempuh jalan yang sesat. Kalau ia menyembah patung yang terbuat dari batu atau makhluk-makhluk lainnya, yang sama sekali tidak mungkin mendatangkan manfaat atau menolak mudarat, bukankah itu berarti ia sudah berada dalam kesesatan?

Laki-laki yang datang dari jauh itu mengakhiri nasihatnya dengan menegaskan di hadapan kaumnya kepada ketiga utusan itu tentang pendiriannya yang sejati. Ia berkata, “Dengarlah wahai utusan-utusan Nabi Isa, aku beriman kepada Tuhanmu yang telah mengutus kamu. Oleh karena itu, saksikanlah dan dengarkanlah apa yang aku ucapkan ini”.

Menurut riwayat, setelah habib mengumandangkan pendiriannya, kaum kafir itu lalu melemparinya dengan batu. Sekujur tubuhnya mengeluarkan darah. Akhirnya habib meninggal dalam keadaan syahid menegakkan kebenaran.

Ada pula riwayat yang mengatakan bahwa kedua kakinya ditarik ke arah yang berlawanan sampai sobek sehingga dari arah duburnya memancar darah segar. Ia gugur dalam melaksanakan tugasnya. Sebelum menemui ajalnya, pahlawan tersebut masih sempat berdoa kepada Allah, “Ya Allah tunjukilah kaumku, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui.”

Pada saat hari Kebangkitan tiba, Allah memerintahkan kepada habib, “Masuklah engkau ke dalam surga sebagai balasan atas apa yang telah engkau kerjakan selama di dunia.” Setelah ia masuk dan merasakan betapa indah dan nikmatnya balasan Allah bagi orang yang beriman dan sabar dalam melaksanakan tugas dakwah, ia pun berkata, “Kiranya kaumku dahulu mengetahui bahwa aku memperoleh ampunan dan kemuliaan dari Allah.” Magfirah dan kemuliaan yang hanya dapat dinikmati oleh sebagian manusia yang beriman.

Sesungguhnya ayat di atas memakai kata “tamanni” (mengharapkan sesuatu yang tak mungkin dicapai) untuk mendorong kaum Antakia dan orang-orang mukmin pada umumnya agar berusaha sebanyak mungkin memperoleh ganjaran seperti itu, tobat dari segala kekufuran, dan masuk ke dalam kelompok orang yang merasakan indahnya beriman kepada Allah, menaati jalan para wali Allah, dengan cara menahan marah dan melimpahkan kasih sayang kepada orang yang memusuhinya.

Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa habib menasihati kaumnya ketika ia masih hidup dengan ucapan, “Ikutilah risalah yang dibawa oleh para utusan itu.” Kemudian setelah meninggal dunia akibat siksaan mereka, ia juga masih mengharapkan, “Kiranya kaumku mengetahui bahwa Allah telah mengampuniku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan.”

Setelah habib dibunuh, Allah menurunkan siksaan-Nya kepada mereka. Jibril diperintahkan mendatangi kaum yang durhaka itu. Dengan satu kali teriakan saja, bagaikan halilintar kerasnya, mereka tiba-tiba mati semuanya.

Itulah suatu balasan yang setimpal dengan kesalahan karena mendustakan utusan-utusan Allah, membunuh para wali-Nya, dan mengingkari risalah Allah.

Tafsir Quraish Shihab: Ikutilah para rasul yang tidak menuntut imbalan atas segala nasihat dan ajakan mereka kepada kalian. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan mendatangkan kebaikan, jika kalian mengikuti petunjuk mereka ke jalan kebaikan dan kemenangan.

Surah Yasin Ayat 22
وَمَا لِىَ لَآ أَعۡبُدُ ٱلَّذِى فَطَرَنِى وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ

Terjemahan: Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?

Tafsir Jalalain: Lalu laki-laki itu berkata, وَمَا لِىَ لَآ أَعۡبُدُ ٱلَّذِى فَطَرَنِى (“Mengapa aku tidak menyembah -Tuhan- yang telah menciptakan aku) yang telah menjadikan aku. Maksudnya, tidak ada yang mencegahku untuk menyembah-Nya, karena ada bukti-buktinya yang jelas, seharusnya kalian menyembah Dia وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ (dan hanya kepada-Nya kalian semua akan dikembalikan?) sesudah mati, kemudian Dia akan membalas kekafiran kalian itu.

Baca Juga:  Surah Yasin Ayat 41-44; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Ibnu Katsir: وَمَا لِىَ لَآ أَعۡبُدُ ٱلَّذِى فَطَرَنِى (“Mengapa aku tidak menyembah [ilah] yang telah menciptakanku.”) yaitu apa yang mencegahku untuk memurnikan ibadah kepada Rabb yang menciptakan , Mahaesa yang tidak ada sekutu baginya? وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ (“Dan hanya kepada-Nya-lah kamu [semua] akan dikembalikan.”) yaitu pada hari dikembalikannya kalian, lalu Dia membalas kalian atas amal-amal kalian. Jika amalnya baik maka akan dibalas dengan kebaikan, dan jika amalnya baik buruk akan dibalas dengan keburukan.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini digambarkan kesadaran yang timbul dalam hati dan cahaya iman yang telah menyinari jiwa orang itu, sehingga ia berpendapat bahwa tidak ada alasan sedikit pun baginya untuk tidak beriman kepada Allah. Karena Dialah yang telah menciptakan dan membentuknya sedemikian rupa dalam proses kejadian, sehingga memungkinkan dirinya memeluk agama tauhid yaitu agama yang mengajarkan untuk mempercayai Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

Pada akhir ayat ini, orang itu menyatakan bahwa hanya kepada Allah sajalah ia akan kembali setelah meninggalkan kehidupan dunia yang fana ini, tidak kepada yang lain. Pernyataan ini timbul dari lubuk hatinya, setelah ia merasakan kekuasaan dan kebesaran Allah.

Seseorang menghambakan diri kepada Allah karena:

  1. Merasakan kekuasaan dan kebesaran Allah. Hanya Dialah yang berhak disembah, tidak ada sesuatu pun yang lain. Karena keyakinan itu, ia tetap menghambakan diri kepada Allah dalam keadaan bagaimana pun, apakah ia diberi nikmat oleh-Nya atau tidak, apakah ia dalam kesengsaraan atau dalam kesenangan, apakah dalam kesempitan atau kelapangan.
  2. Hamba yang beribadah kepada Allah telah merasakan nikmat yang dianugerahkan kepadanya, ia merasa tergantung kepada nikmat Allah itu.
  3. Seorang hamba mengharapkan pahala kepada Allah dan takut ditimpa siksa-Nya.

Hamba yang dimaksud pada ayat ini, ialah hamba yang termasuk golongan pertama. Hamba itu tetap beribadah kepada Allah sesuai dengan yang telah ditetapkan-Nya, sekalipun ia ditimpa malapetaka, kesengsaraan dan cobaan-cobaan yang lain. Ia menyatakan bahwa seluruh yang ada padanya, jiwa dan raganya, hidup dan matinya, semuanya adalah milik Allah.

Keimanan orang ini sesuai dengan iman yang dimaksud dalam firman Allah: Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (al-An’am/6: 162-163).

Tafsir Quraish Shihab: Adakah sesuatu yang dapat mencegah aku untuk menyembah Penciptaku, yang hanya kepada-Nya kalian akan kembali?

Surah Yasin Ayat 23
ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةً إِن يُرِدۡنِ ٱلرَّحۡمَٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّى شَفَٰعَتُهُمۡ شَيۡـًٔا وَلَا يُنقِذُونِ

Terjemahan: Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafa’at mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?

Tafsir Jalalain: ءَأَتَّخِذُ (Mengapa aku akan menjadikan) Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti kalimat negatif; dan lafal ayat ini sama dengan lafal A-andzartahum tadi, yaitu dapat dibaca Tahqiq dan Tashil مِن دُونِهِۦٓ (selain Allah) yakni selain-Nya ءَالِهَةً (sebagai tuhan-tuhan -yang disembah-) maksudnya berhala-berhala,

إِن يُرِدۡنِ ٱلرَّحۡمَٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّى شَفَٰعَتُهُمۡ شَيۡـًٔا (jika Allah Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku) seperti yang kalian dugakan itu وَلَا يُنقِذُونِ (dan mereka tidak -pula- dapat menyelamatkanku) lafal ayat ini menjadi sifat bagi lafal Aalihatan.

Tafsir Ibnu Katsir: ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةً (“Mengapa aku akan menyembah ilah-ilah selain-Nya.”) pertanyaan, pengingkaran, ejekan dan hinaan. إِن يُرِدۡنِ ٱلرَّحۡمَٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغۡنِ عَنِّى شَفَٰعَتُهُمۡ شَيۡـًٔا وَلَا يُنقِذُونِ (“Jika [Allah] Yang Mahapemurah menghendaki kemudlaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak [pula] dapat menyelamatkanku.”) yaitu, ilah-ilah yang kalian sembah selain Allah ini tidak memiliki urusan sedikitpun. Seandainya Allah Ta’ala menghendaki keburukan bagiku, فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ (“Maka tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia sendiri.”) (al-‘An’am: 17).

Baca Juga:  Surah Yasin Ayat 8-12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Berhala-berhala itu tidak mampu menolak dan mencegah terjadinya semua itu, dan mereka tidak dapat menyelamatkanku dari apa yang aku alami.

Tafsir Kemenag: Seterusnya hamba yang disebutkan di atas bertanya kepada dirinya sendiri, ?Apakah aku patut menyembah Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, padahal seandainya Dia bermaksud menimpakan sesuatu malapetaka atau kemudaratan atas diriku, niscaya tidak ada sesuatu pun yang dapat menolongku, demikian pula tuhan-tuhan yang aku sembah itu. Mereka tidak berdaya sedikit pun untuk menyelamatkan aku dari kemudaratan dan malapetaka.?.

Tafsir Quraish Shihab: Apakah layak aku menyembah tuhan-tuhan selain Allah yang, jika Allah berkehendak menimpakan keburukan kepadaku, pertolongannya tidak berguna sedikit pun untuk menyelamatkan aku?

Surah Yasin Ayat 24
إِنِّىٓ إِذًا لَّفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

Terjemahan: Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.

Tafsir Jalalain: إِنِّىٓ إِذًا (Sesungguhnya aku kalau begitu) seandainya aku menyembah selain Allah لَّفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ (berada dalam kesesatan yang nyata) benar-benar sesat.

Tafsir Ibnu Katsir: إِنِّىٓ إِذًا لَّفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ (“Sesungguhnya aku kalau begini pasti berada dalam kesesatan yang nyata.”) yaitu, jika aku menjadikannya sebagai ilah-ilah lain selain Allah.

Tafsir Kemenag: Seterusnya hamba yang disebutkan di atas bertanya kepada dirinya sendiri, “Apakah aku patut menyembah Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, padahal seandainya Dia bermaksud menimpakan sesuatu malapetaka atau kemudaratan atas diriku, niscaya tidak ada sesuatu pun yang dapat menolongku, demikian pula tuhan-tuhan yang aku sembah itu. Mereka tidak berdaya sedikit pun untuk menyelamatkan aku dari kemudaratan dan malapetaka.”.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya, jika aku menyembah tuhan-tuhan selain Allah, maka aku benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.

Surah Yasin Ayat 25
إِنِّىٓ ءَامَنتُ بِرَبِّكُمۡ فَٱسۡمَعُونِ

Terjemahan: Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku.

Tafsir Jalalain: إِنِّىٓ ءَامَنتُ بِرَبِّكُمۡ فَٱسۡمَعُونِ (Sesungguhnya aku telah beriman kepada Rabb kalian, maka dengarkanlah pengakuan keimananku.”) dengarkanlah perkataanku ini. Lalu mereka merajamnya hingga mati.

Tafsir Ibnu Katsir: Dan firman Allah Ta’ala: إِنِّىٓ ءَامَنتُ بِرَبِّكُمۡ (“Sesungguhnya aku telah beriman kepada Rabbmu.”) yaitu yang telah mengutus kalian, فَٱسۡمَعُونِ (“Maka dengarkanlah [pengakuan keimanan]ku”) yaitu, maka saksikanlah oleh kalian tentangku dalam masalah itu. Itulah yang diceritakan oleh Ibnu Jarir.

Ulama yang lain berkata: “Bahkan, para utusan tersebut mengkhithab hal itu pula dan dia berkata kepada mereka: ‘Dengarkanlah oleh kalian perkataanku agar kalian menjadi saksi bagiku tentang apa yang aku katakan kepada kalian di sisi Rabb-ku. Sesungguhnya aku beriman kepada Rabb kalian dan aku mengikuti kalian.’ Apa yang diceritakan oleh beliau ini adalah makna yang lebih jelas dalam ayat ini. Wallaahu a’lam.

Tafsir Kemenag: Ia lalu memperoleh jawaban yang benar atas pertanyaan itu, yaitu tidak patut sama sekali baginya menghamba kepada selain Allah. Hanya Allah sajalah Tuhan yang sebenarnya. Dan jika ia menyembah kepada selain Allah, pastilah ia berada dalam kesesatan yang nyata.

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya aku beriman kepada Tuhan yang telah menciptakan dan mengatur segala urusan kalian. Maka dengarkanlah ucapanku ini, dan ikutilah!”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Yasin ayat 20-25 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S