Surah Yunus Ayat 24-25; Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an

Surah Yunus Ayat 24-25

Pecihitam.org – Kandungan Surah Yunus Ayat 24-25 ini Allah Swt menjelaskan kerapuhan dan lekas rusaknya dunia, di mana semua yang ada di dalamnya akan hancur dan mati. Selanjutnya disebutkan bahwa barangsiapa yang dalam perjalanan hidupnya selalu berjalan pada jalan petunjuk, maka amal perbuatan mereka pasti akan dijauhkan dari kesesatan dan tetap berada pada jalan yang lurus.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an Surah Yunus Ayat 24-25

Surah Yunus Ayat 24
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Terjemahan: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.

Tafsir Jalalain: إِنَّمَا مَثَلُ (Sesungguhnya perumpamaan) gambaran الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ (kehidupan duniawi itu adalah seperti air) hujan أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ (yang Kami turunkan dari langit lalu tumbuhlah berkat air itu dengan suburnya) oleh sebab air itu نَبَاتُ الْأَرْضِ (tanaman-tanaman bumi) sehingga sebagian di antaranya tampak bersatu dengan sebagian yang lain karena rimbunnya

مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ (di antaranya ada yang dimakan manusia) berupa biji jawawut, biji gandum dan lain sebagainya وَالْأَنْعَامُ (dan binatang ternak) yaitu berupa rerumputan dan dedaunan.

حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا (Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya) menampakkan keindahannya berkat tumbuh-tumbuhannya وَازَّيَّنَتْ (dan memakai pula perhiasannya) karena bunga-bungaannya.

Asal kata وَازَّيَّنَتْ adalah tazayyanat, kemudian huruf ta diganti dengan huruf za, yang selanjutnya huruf za yang pengganti ini diidghamkan atau dimasukkan ke dalam huruf za asal, sehingga jadilah izzayyanat

Baca Juga:  Surah Fussilat Ayat 37-39; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا (dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya) mereka merasa pasti akan dapat memetik hasilnya أَتَاهَا أَمْرُنَا (tiba-tiba datanglah kepadanya perkara Kami) kepastian atau azab Kami لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا (di waktu malam hari atau siang, lalu Kami jadikan ia) yakni tanam-tanamannya

حَصِيدًا (laksana tanam-tanaman yang sudah disabit) sudah dipanen dengan memakai sabit كَأَنْ (seakan-akan) lafal كَأَنْ adalah mukhaffafah dari lafal ka-anna, artinya seakan-akan ia لَمْ تَغْنَ (belum pernah tumbuh) belum pernah berujud بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ (kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan) Kami terangkan الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berpikir).

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Tabaraka wa Ta’ala memberikan perumpamaan untuk kehidupan dunia dan perhiasannya, kecepatan habis dan hilangnya, diumpamakan dengan tumbuhan-tumbuhan yang Allah keluarkan dari bumi dengan adanya hujan yang diturunkan dari langit, berupa tanaman-tanaman dan buah-buahan yang berbeda-beda jenisnya dan tumbuhan-tumbuhan yang dimakan oleh binatang-binatang ternak, berupa rumput, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya.

حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا (Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya) Maksudnya, perhiasannya yang bakal hilang. وَازَّيَّنَتْ (dan memakai pula perhiasannya) Maksudnya, ia indah dengan gundukan-gundukan tanah yang penuh dengan bunga yang elok, dengan berbagai macam bentuk dan warnanya.

وَظَنَّ أَهْلُهَا (Dan pemilik pemiliknya mengira) Yaitu, mereka yang menanam dan menancapkannya. أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا (bahwa mereka pasti menguasainya) Maksudnya, untuk memetik dan memanennya, maka seketika itu tiba-tiba petir atau angin kencang yang dingin membasahi daun-daunnya dan merusak buah-buahnya.

Maka dari itu Allah Ta’ala berfirman: أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا (Tiba-tiba datanglah kepadanya adzab Kami di waktu malam atau siang lalu Kami jadikan [tanaman-tanamannya] laksana tanaman-tanaman yang sudah disabit) Maksudnya, kering setelah hijau subur. كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ (Seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin) maksudnya, seakan-akan belum pernah tumbuh dari waktu ke waktu.

Qatadah berkata: “Seakan-akan belum pernah tumbuh, yakni belum pernah dinikmati. Demikianlah sesuatu setelah hilangnya, seolah-olah tidak ada.

Hal itu seperti dalam hadits: “Didatangkan orang yang paling nikmat kehidupannya di dunia, lalu dibenamkan ke dalam neraka (dibenamkan dengan kuat), lalu ditanyakan kepadanya: ‘Apakah kamu telah melihat kebaikan, sedikit saja? Apakah kamu pernah merasakan kenikmatan, sedikit saja?’ Maka dia menjawab: ‘Tidak.’ Dan didatangkan orang yang paling susah kehidupannya di dunia, lalu dibenamkan ke dalam kenikmatan surga dengan sangat, lalu ditanyakan kepadanya: ‘Apakah kamu mendapatkan kesusahan (siksaan), sedikit saja?’ Maka dia menjawab: ‘Tidak.’” (HR. Ibnu Majah: 4321-pentahqiq.)

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 9-10; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Allah berfirman mengabarkan orang-orang yang binasa, yang artinya: “Lalu mereka mati bergelimpangan seolah-olah mereka tidak pernah berdiam di tempat itu.” (QS. Huud: 67-68)

Kemudian Allah Ta’ala berfirman: كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ (Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda [kekuasaan Kami]) maksudnya bukti-bukti dan dalil-dalil.

لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (Kepada kaum yang berfikir) sehingga mereka bisa mengambil pelajaran dari perumpamaan ini, yaitu tentang hilangnya dunia dengan cepat dari pemiliknya, tertipu mereka olehnya, penguasaan mereka dan larinya dunia itu dari mereka, karena memang pada dasarnya dunia itu lari dari orang yang mencarinya dan mencari orang yang lari darinya.

Allah Ta’ala telah membuat perumpamaan bagi dunia dengan tumbuhan-tumbuhan di bumi, dalam banyak ayat dalam Kitab-Nya yang mulia, Allah berfirman dalam surat al-Kahfi yang artinya:

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagat air hujan yang kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuhan-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuhan-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Kahfi: 45)

Begitu juga dalam surat az-Zumar dan al-Hadid, Allah memberikan perumpamaan seperti itu, mengenai perumpamaan hidupan dunia.

Tafsir Quraish Shihab: Kehidupan dunia dengan kesenangan dan keelokannya yang berakhir dengan kefanaan, bagaikan air yang turun dari langit, bercampur dengan tumbuhan bumi yang menjadi makanan manusia dan hewan.

Tumbuh-tumbuhan itu lalu berbunga dan berbuah sehingga menambah keelokan bumi. Kemudian, ketika hiasan ini telah sampai pada kesempurnaannya dan penduduknya telah menguasai serta mengambil manfaat dari buah dan kebaikannya, tiba-tiba datang keputusan Kami untuk mematikannya.

Sehingga Kami jadikan itu semua laksana sesuatu yang telah dipanen, seakan-akan tidak pernah berpenghuni dan tidak pernah menjadi bagus sebelumnya.

Baca Juga:  Surah Yunus Ayat 75-78; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Maka pada kedua keadaan itu–yaitu keelokan yang menggembirakan manusia kemudian disusul dengan kehilangan dan kemusnahan sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah dengan tamsil yang jelas ini–Allah menjelaskan ayat-ayat dan merinci segala hukum dan bukti-bukti yang ada di dalamnya kepada kaum yang berpikir dan berakal(1).

(1) Ayat ini menunjuk pada suatu hakikat yang mulai memperlihatkan tanda-tandanya, yaitu bahwa manusia mampu menggunakan ilmu pengetahuan untuk kepentingannya dan dengannya manusia mampu mewujudkan tujuannya. Sehingga apabila hakikat ini telah mendekati kesempurnaannya, dan manusia mengira bahwa dia merasa telah sampai pada puncak pengetahuan, maka ketentuan Allah akan datang.

Surah Yunus Ayat 25
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Terjemahan: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).

Tafsir Jalalain: وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ (Allah menyeru ke darussalam) kepada jalan keselamatan, yaitu surga; Dia menyeru manusia pada keimanan وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ (dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya) untuk mendapat petunjuk إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (kepada jalan yang lurus) yakni agama Islam.

Tafsir Ibnu Katsir: Ketika Allah telah menyebutkan dunia dan kecepatan hilangnya, Allah menawarkan surga dan mengajak kepadanya, Allah memberinya nama “Daarus Salaam” (tempat tinggal yang penuh keselamatan). Maksudnya, selamat dari rintangan-rintangan, kekurangan-kekurangan dan musibah/bencana.

Tafsir Quraish Shihab: Allah memanggil hamba-hamba-Nya dengan keimanan dan amal saleh ke surga, tempat yang aman dan damai. Dialah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang benar, yaitu keselamatan, disebabkan kesiapan dan kecondongannya kepada kebaikan.

Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Yunus Ayat 24-25 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Quraish Shihab dan Tafsir Ibnu Katsir. Semoga khazanah ilmu Al-Qur’an kita semakin bertambah.

M Resky S