Surat Al-Fatihah: Surat yang Memiliki Banyak Nama Lain, Rahasia dan Tafsir

Surat Al-Fatihah: Surat yang Memiliki Banyak Nama Lain, Rahasia dan Tafsir

PeciHitam.org – Surat pembuka dan paling sering dibaca oleh orang Islam adalah Surah Al-Fatihah. Setidaknya orang Islam akan membaca surat ini 17 kali sehari. Kalau kurang bisa diartikan orang tersebut tidak shalat  dalam keadaan sempurna. Belum lagi jika ditambah dengan shalat-shalat sunnah, akan menambah banyak kuantitatif bacaan al-Fatihah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pembacaan dalam shalat dan luar shalat seharusnya menjadikan orang akan bosan membaca Fatihah. Akan tetapi anehnya, tidak pernah ada orang yang bosan dalam membaca surat ini. Belum lagi dalam masyarakat nahdliyin yang membuat sebuah istighasah, acara tahlil dan serupanya untuk berdoa bersama, membaca fatihah bisa masuk hitungan ribuan kali tanpa rasa bosan mengucapkan surat yang sama.

Seaneh sekaligus mengagumkan bacaan Al-Fatihah ini. Apa sebenarnya kandungan dan isi dari surat Al-Fatihah ini sehingga Umat Islam Nyandu dengan satu surat ini?

Daftar Pembahasan:

Nama Al-Fatihah

Sebagai surat yang paling sering dibaca, al-Fatihah memiliki banyak nama. Nama-nama yang mewakili perlakuan Umat Islam kepada Surat Al-Fatihah. Berikut nama-nama surat Al-Fatihah merujuk pada pendapat Syaikh Wahbah Az Zuhaili

  1. As-Shalah (الصلاة)- Doa. Nama ini berdasarkan Hadits Qudsi :

قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين (رواه مسلم

Aku bersumpah Al-Fatihah (ini) antara aku dengan hambaKu dua bagian (HR. Muslim)

  1. Al-Hamdu (الحمد)- Pujian. Penamaan ini berdasar disebabkan karena di dalam surah Al-Fatihah disebutkan demikian.
  2. Fatihatul Kitab (فاتحة الكتاب)- Pembuka kitab. Penamaan ini didasarkan Al-Fatihah adalah bagian awal dan surat untuk mengawali baaan Al-Quran.
  3. Ummul Quran (ام القرآن) atau Ummul Kitab (ام الكتاب) Induknya Kitab, dengan dasar dari Jumhur Ulama, karena segala isi Al-Quran ada dalam Al-Fatihah.
  4. Al-Matsani (المثاني) bacaan yang berulang. Penamaan ini mendasarkan bahwa Al-Fatihah karena diulang-ulang setiap shalat.
  5. Al-Quran Al-Adzim (القرآن العظيم)- AlQuran yang Agung. Penamaan ini didasarkan Al-Fatihah mengandung semua ilmu Al-Quran dan dikuatkan dengan Hadits Rasul SAW Fatihahnya kitab adalah obat untuk setiap racun. (HR. Ad-Darimi)
  6. Ar-Ruqyah (الرقية) untuk Merukyah. Penamaan ini mendasarkan Hadits Nabi SAW.
  7. Al-Asas (الأسس) Pondasi
  8. Al-Wafiyah (الوفية) lengkap. Pembacaan surat ini harus lengkap jika ingin dianggap shalat kita sah.
  9. Al-Kafiyah (الكفية) (Cukup). Jika kita shalat hanya membaca Fatihah, maka Sah.
  10. As-Surah (السورة)

Al-Fatihah dalam Shalat

Semua Ahli Fiqh maupun tafsir sependapat tentang kewajiban surat Al Fatihah dibaca dalam Shalat. Bahkan Imam Madzhab empat memasukan Al-Fatihah menjadi syarat sahnya shoalat, jika suatu Rakaat lupa membaca Fatihah dianggap tidak terhitung rakaatnya.

Baca Juga:  Surah Al-Mu'min Ayat 30-35; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Hal ini mendasarkan pada hadist riwayat Bukhari dan Muslim, diriwayatkan dari Ubadah bin Ash Shamit, Rasulullah Muhammad SAW;

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَاب (رواه متفق عليه

Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al Fatihah) (HR. Muttafaqun Alaih)

Maksud Hadits di atas adalah barang siapa yang menunaikan shalat wajib dalam setiap rakaat membaca Fatihah. Jika tidak maka hitungan rakaatnya tidak dianggap dan tidak sah shalatnya. Bisa dikatakan juga bahwa inti dari shalat adalah Doa, dan doa tersebut harus adalah surat Fatihah.

Rahasia Al-Fatihah

Beberapa riwayat menjelaskan bahwa Fatihah memiliki rahasia. Rahasia surat Al Fatihah sebagai bacaan ruqyah (pengobatan atau mengusir jin). Maka dari itu, penting sekali mengetahui tafsir surat Al Fatihah. Hadist riwayat Bukhari dan Muslim, menjelaskan bahwa ada seorang sahabat berkata pada Nabi Muhammad SAW;

“Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al Fatihah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu Al Fatihah adalah ruqyah (bisa digunakan untuk meruqyah)?” Beliau pun bersabda “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian.”

Tafsir Ayat 1 dan 2

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (١

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Qs. Al-Fatihah: 1)

Tafsir Kementerian Agama RI (Kemenag RI) menjelaskan bahawa maksud ayat di atas adalah

Saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

Lafadz (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) atau biasa juga disebut “Basmallah” merupakan ayat pertama Surat Al-Fatihah. Kandungan arti yang diawali dengan huruf Jaar mengindikasikan keluasan dan keagungan lafadz ini. Lesapan ayat ini bisa diartikan;

Baca Juga:  Surah An-Naziat Ayat 27-33; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Aku mulai membaca, dan aktivitas lainnya sesuai aktivitasnya) dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Sampai seorang mufassir Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa “Basmallah” mengandung keberkahan. Dengan dasar ini kita wajib melafalkannya pada setiap awal aktivitas dan perkataan.

Mengomentari tentang “Basmallah” Ulama Ali As-Shabuni menyebut, Allah sebagai nama untuk dzat suci dan mulia tanpa sekutu dan nama ini adalah nama teragung dan paling sempurna. Karena lafadz (الَهِ)-Ilah ditambah dengan “AL” menjadikan takhsis atau pengkhususan bahwa hanya ada “TUHAN” Allah saja.

Merunut sejarah lafadz “Basmallah” merupakan anugerah luar biasa dari Allah SWT. Ayat ini menyandingkan Allah sebagai penguasa alam raya dengan sifat-Nya yang maha pengasih (ar-rahman) dan maha penyayang (ar-rahim). Dari sekian banyak sifat dan asma-Nya, hanya sifat “ar-rahman” dan “ar-rahim” yang disandingkan dengan nama Allah pada “Basmallah.” Dan ayat ini sering sekali dibaca oleh seorang Muslim setiap saat.

Maksud dari lafadz “Basmallah” juga untuk mengharapkan bantuan dan Petunjuk-Nya. Ini yang membedakan juga dari kaum pagan Makkah yang mengawali aktivitas dengan menyebut nama berhala dan thagut mereka, “Ya latta, Uzza, Syiib, Hubbal,”. Kata-kata terakhir tersebut adalah sesembahan para Kafir Makkah yang berupa berhala.

“Basmallah” juga merupakan awalan dari hampir setiap surat dalam Al-Quran kecuali Surat At-Taubah. Hukum “Basmallah” dalam Al-Fatihah, adalah Wajib, dan surat lainnya Sunnah. Kecuali dalam surat At-Taubah HARAM. Alasan “Basmalah” Tidak di Awal Surat At-Taubah? Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsirnya Al-Wasith mencoba menjelaskan alasan tidak mengawali Surat At-Taubah;

ثم يقرأ الإنسان البسملة بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ (1) وهي آية فاصلة بين السّور القرآنية، ونزلت مع كل سورة كما ورد عن ابن عمر رضي اللّه عنهما، ولم توضع في أول سورة التّوبة (براءة) بأمر الوحي لأن هذه السورة نزلت في الحرب والجهاد والبراءة من المشركين بعد غزوة تبوك

Seseorang kemudian membaca Basmalla merupakan ayat pemisah antar-surat dalam Al-Quran. Bismillah turun bersama setiap surat sebagaimana riwayat dari Ibnu Umar RA kecuali pada Surat At-Taubah (Baraah) berdasarkan perintah wahyu. Pasalnya, Surat At-Taubah turun mengenai peperangan, jihad, dan pelepasan diri dari orang-orang musyrik setelah perang Tabuk,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢

Baca Juga:  Surah Maryam Ayat 56-57; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta alam (Qs. Al-Fatihah: 2)

Tafsir dari ayat kedua ini merujuk bahwa lafadz (الْحَمْدُ) mengandung segala Pujian. Di pesantren salaf sering diartikan bahwa pujian itu ada 4 jenis. Pertama;  Pujian Allah pada dzatNya, kedua; Pujian Allah pada MakhlukNya, ketiga; Pujian Makhluk pada Allah, keempat Pujian Makhluk kepada Makhluk.

Keempat jenis pujian tersebut secara Hakiki adalah Pujian kepada Allah SWT semata. Karena yang berhak pada pujian hanya Allah dan pantas untuk dipuji. Manusia memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah bermaksud menyanjung-Nya karena perbuatannya yang baik.

Lafadz (الْحَمْدُ)  merupakan kata yang paten tidak bisa diganti dengan kata sejenisnya. Karena lafadz ini adalah kemutlakan dan mengandung makna mendalam.

Menurut Gus Baha (KH. Bahaudin Nur Salim) mengatakan bahwa lafadz (الْحَمْدُ) adalah kalam Kahabr bukan kalam Insya. Kalam Khabar adalah penetapan terhadap sesuatu yang sudah pasti. Sebagaimana Pujian hanya milik Allah adalah sebuah kepastian dan bukan opini.

Jadi tidak boleh diganti dengan (حمدت الله) saya memuji Allah. Walaupun secara tata bahasa sah, akan tetapi tidak mewakili keagungan dari kata (الْحَمْدُ). Oleh karenya, lafadz (الْحَمْدُ) adalah lafadz mutlak yang berupa kalam khabar, untuk mengajarkan kepada kita tentang keagungan dan terpujinya Allah SWT

(رَبِّ) bermakna Tuhan yaitu ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah).

Dalam membahas Fatihah dari berbagai segi menjelaskan kepada kita tentang keutamaan surat ini. Penulis yakin dengan banyak membaca ini akan menghilangkan segala kesempitan dan semoga bisa membuat negeri kita aman dari segala marabahaya. Wallahu A’lam.

Mochamad Ari Irawan