Surat Al-Kahfi: Penjelasan Tentang ‘Walyatalaththof’, kisah Ashabul Kahfi, dan Keutamaannya

Surat Al-Kahfi: Penjelasan Tentang وَلْيَتَلَطَّفْ, kisah Ashabul Kahfi, dan Keutamaannya

PeciHitam.org – Al Quran adalah salah satu kita Allah dan  Percaya kepada Al-Quran adalah salah satu rukun iman dalam islam. Membaca Al Quran juga merupakan bentuk amal dan tawakkal kepada Allah SWT. Salah satu keajaiban Al-Quran terdapat dalam surat Al-Kahfi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Surat al-Kahfi (الكهف) atau biasa disebut juga Ashhabul Kahfi (اصحاب الكهف) adalah tipe surat Makkiyah (turun dalam periode dakwah Makkah) dengan nomor surat urutan ke-15 dalam Al-Quran Standar Ustman (rasm Usmani).

Surat ini terdiri dari 110 ayat. Makna (الكهف) yakni Gua dan (اصحاب الكهف) bermakna penghuni Gua. Awal mula penamaan surat ini dengan Al-Kahfi atau Ashabul Kahfi merujuk pada ayat ke-9 sampai ayat ke-26.

Daftar Pembahasan:

Ayat Tentang (وَلْيَتَلَطَّفْ)

Surat ini juga menjadi titik tengah Al-Quran, karena terdapat kalimat (وَلْيَتَلَطَّفْ) terletak dijuz 15-16, biasanya dicetak dengan tinta merah. Kalimat (وَلْيَتَلَطَّفْ) bermakna Hendaknya bersikap Lemah Lembutlah.

وَكَذَلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا (١٩

Artinya: Dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)”. mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari”. berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun (Qs. Al-Kahfi: 19)

Surat ini oleh beberapa Ulama dianggap menjadi bagian tengah dari Al-Quran. Diksi dari (وَلْيَتَلَطَّفْ) memberi pesan kepada kita supaya untuk bersikap lemah lembut dalam kebaikan. Cerita dibalik pewarnaan merah dalam Al-Kahfi ayat 19 juga harus kita ambil pelajaranny.

Pewarnaan merah tersebut dari kisah Khalifah Usman bin Affan RA ketika beliau membaca Al-Quran tatkala beliau terbunuh. Saat beliau terbunuh, (sejarah masih memperdebatkan siapa pembunuh Usman), percikap darah dari Usman mencecer dan membasahi Mushaf Al-Quran pada kata (وَلْيَتَلَطَّفْ). Oleh karenanya untuk mengenang hal tersebut, mushaf sekarang ditandai dengan cetakan warna merah.

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 70-71; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Cetakan warna merah ini juga mengandung pesan agar kita dalam kondisi apapun harus bersikap lemah lembut dengan siapapun. Bahkan Usman bin Affan tetap bersikap demikian walaupun akhirnya Beliau Syahid dengan tanpa jelas siapa pelakunya.

Cerita dalam Al-Kahfi

Allah SWT menceritakan tiga kisah masa lalu, yakni kisah Ashabul Kahfi, kisah pertemuan Nabi Musa AS dan Nabi Khaidir AS serta kisah Dzulqarnain. Kisah Ashabul Kahfi mendapat perhatian lebih dengan digunakan sebagai nama surat dimana terdapat tiga kisah tersebut.

Hal ini tentu bukan kebetulan semata, tapi karena kisah Ashabul Kahfi, seperti juga kisah dalam al-Quran lainnya, bukan merupakan kisah semata, tapi juga terdapat banyak pelajaran (ibrah) didalamnya.

Kisah ashabul Kahfi menggambarkan kepada kita betapa besarnya kekuasaan Allah SWT, pada orang-orang beriman. Kisah ashabul kahfi berangkat dari 6 orang Penasehat Raja dan 1 penggambala Kambing yang lari dari kekejaman dan kezaliman Raja Diqyanus pada masa Kerajaan Romawi.

Keenam Penasehat Raja tersebut adalah anak dari para Cendekiawan yang sangat cerdasa. Tugas mereka adalah menasehati Raja dan berdiskusi tentang kebijakan Kerajaan Romawi. Letak kerajaan ini disebutkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib berada di kota Tharsus, atau Aphesus (sekarang kota Tarse, Turki).

Keeman penasehat tersebut bernama Tamlikha, Miksalmina, Mikhaslimina Martelius, Casitius dan Sidemius. Mereka selalu berada disamping kanan-kiri Raja Diqyanus dalam setiap rapat, kegiatan atau pengambilan kebijakan Kerajaan.

Raja Diqyanus adalah raja dengan kekuasaan luar biasa dan menganggap dirinya sangat kuat bahkan menasbihkan dirinya sebagai Tuhan yang wajib disembah. Seorang yang tidak patuh akan dihukum dengan pembunuhan, dan barangsiapa patuh akan diganjar dengan Harta.

Pengakuan raja yang menasbihkan dirinya tuhan membuat Tamlikha dan kelima sahabatnya merasa ada ketidak beresan dalam kerajaan. Keenama penasehat Raja dipaksa untuk menyembah Raja, akan tetapai mereka Ingkar dan menolak. Akhirnya Tamlikha dan kelima sahabatnya pergi meninggalkan Kerajaan dari semua kemewahan dan fasilitas sebagai penasehat Raja.

Beliau pergi dengan menjual Kurma dan mendapatkan 3 Dirham sebagai bekal perjalanan mereka. Kisah ini dijelaskan dengan rinci oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Quran Al-Adzim dalam menafsirkan surah al-Kahfi ayat 10;

إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (١٠

(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini).” (Qs. Al-Kahfi: 10)

Ibnu Katsir menjelaskan keenam orang yang dipimpin oleh Tamlikha, berjalan menjauh dari kerajaan menuju Gunung Naglus, menuju Gua Washid atau ada yang menyebutnya Kheram. Keenam orang ditambah dengan satu penggembala Kambing yang membawa anjing penjaga bernama Qithmir.

Sahabat Ali juga menambahkan secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu.

Baca Juga:  Surah Al-Ahzab Ayat 56; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sebagai penjaga yaitu qithmir, anjing yang dibawa oleh Penggembala kambing, menjaga para ashabul kahfi didepan mulut gua.

Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa ashabul kahfi. Allah SWT memerintahkan 2 malaikat untuk masing-masing penghuninya. Tugas malaikat itu adalah membolak-balikan tubuh para ashabul kahfi.

Allah SWT juga memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri. Para ashabul kahfi ditidurkan oleh Allah SWT selama 309 tahun.

Pada satu sisi, Raja Diqyanius mencari para ashabul kahfi karena berkhianat kepada Kerajaan. Raja bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri.

Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.

Penghukuman Raja kepada para ashabul kahfi karena telah berkhianat, adalah menutup mulut gua dengan batu-batu besar. Mereka membiarkan para ashabul kahfi supaya mati kelaparan, akan tetapi Allah SWT sudah menidurkan para Ashabul Kahfi.

Setelah tertidur selama 309 tahun, mereka dibangunkan oleh Allah SWT dalam keadaan sehat. Mereka bangun karena merasa semalam belum beribadah.

Dan setelah keluar Gua mereka mendapati bahwa dunia sudah berubah. bahkan mereka baru mengetahui bahwa Raja Diqyatus sudah meninggal 300an tahun sebelumnya. Sekarang kerjaan sudah dipimpin oleh Raja Abdullah yang merupakan keturunan dari Tamlikha.

Keutamaan Surat Al-Kahfi

Surat Al-Kahfi adalah salah satu surat dalam Al-Quran yang memiliki banyak manfaat dan keutamaan jika umat islam mau mengamalkan maupun membaca bahkan jika mau menghafalnya.

Rasullulah menganjurkan umatnya untuk membacanya di hari Jumat. Sangat disayangkan jika dewasa ini umat islam banyak yang meninggalkan Al-Quran dan enggan membacanya.

Baca Juga:  Surah Az-Zukhruf Ayat 57-65; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Muhammad Bakar Ismail dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menjelaskan bhawa membaca surat al kahfi merupakan salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jumat adalah membaca surat Al-Kahfi. Beberapa keutamaan dari surat ini adalah;

Pembaca akan Terhindar dari Fitnah Dajjal

Riwayat dari Ibnu Umar RA bahwa Rasulullah SAW menjelaskan;

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.

Pembaca Al-Kahfi akan mendapatkan Ridho dari Allah SWT

Orang Islam pasti mengharapkan berkah dan rahmat Allah SWT dalam hidupnya. Dengan mendapatkan berkat, ridho dan rahmat Allah maka hidup manusia akan semakin tentram dan damai.

Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist bahwa Rasullullah SAW bersabda :Siapa yang membaca surat Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya dari kepala hingga kakinya, dan siapa yang membaca keseluruhannya maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi. (HR Ahmad).

Diampuni Dosanya oleh Allah SWT

Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jumat

Pembaca Al-Kahfi akan disinari Cahaya Kebaikan

Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri Juga menyebutkan bahwa dari Rasullulah SAW bersabda:

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jumat, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul atiq. (HR. Sunan Ad-Darimi)

Mochamad Ari Irawan