Asbabun Nuzul Surat al Waqiah Lengkap dengan Kandungan Isinya

Surat Waqiah

Pecihitam.org – Allah Swt menurunkan al-Quran kepda Nabi Muhammad Saw sebagai panduan hidup umat manusia. Setiap ayat yang diturunkan biasanya ada sebab-musababnya atau yang dikenal dengan istilah Asbabun Nuzul. Oleh karenanya setiap surat dalam Al Quran memiliki keistimewaannya masing-masing dan salah satunya adalah Surat Al Waqiah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Masyarakat pada umumnya mengenal surat ini dengan sebutan ayat seribu dinar, karena punya anggapan bagi yang rutin membaca surat ini dapat membuka pintu rezeki. Ternyata anggapan ini benar adanya. Jika kita telusuri lebih jauh, maka terdapat keterangan pada beberapa hadits bahwa salah satu keutamaan surat al Waqiah dapat menjadi pembuka pintu rezeki.

Diriwayatkan Abu Ubaid dari Abdullah bin Mas’ud ra. berkata:

“Saya mendengar Nabi bersabda: ‘Barang siapa membaca surah al waqiah setiap malam, ia tidak akan tertimpa kefakiran selamanya.’ Ibnu Masud berkata, “aku telah memerintahkan anak perempuanku membacanya setiap malam.” (HR. Abu Ubaid dalam Fadhoil Al quran dan Baihaqi)

Asbabun Nuzul Surat al Waqiah

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun surat al Waqiah ayat (11-14) sampai ayat “stulatun minal awwalin waqolilun minal akhirin” (segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian [yang masuk syurga]) mendengar ini sebagian kaum Muslimin merasa tidak gembira.

Maka turunlah ayat berikutnya. “tsullatun minal awwalina wastulaltun minal akhirin” (QS 56 : 39-40) yang menegaskan bahwa pada zaman mulai Islam muncul, sampai hari akhir dari Kaum Muslimin banyak menjadi ahli surga.

Ket. Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnul Mundzir dan Ibnu Abi Hatim dan terdapat sanad yang tidak dikenal yang bersambung dari Abi Hurairah.

Kemudian dalam suatu riwayat dikemukakan ketika turun ayat “idza waqa’atil waqi’ah dan didalamnya diterangkan “Tsullatun minal awwalin, waqalilun, minal akhirin” (QS. 56 : 13-14) Umar bin Khattab berkata : “Ya Rasulullah! Tsullatun minal awwalin wa qalilun minna?.

Saatu tahun kemudian baru turunlah ayat berikut- nya (QS 56 : 39-40) yang menegaskan bahwa segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan golongan besar pula dari golongan orang-orang yang hidup kemudian (yang masuk surga). Ketika itu Rasulullah saw. memanggil Umar: Hai Umar! mari dengarlah apa yang telah diturunkan Allah : “Tsullatun minal awwalin wa tsullatun minal akhirin”

Ket. Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir di dalam Tarikh dimasyq dengan sanad yang diragukan dari 'Urwah bin Ruwaim yang bersumber dari Jabir bin Abdillah.

(27) وَأَصْحٰبُ الْيَمِينِ مَآ أَصْحٰبُ الْيَمِينِ
(28) فِى سِدْرٍ مَّخْضُودٍ
وَطَلْحٍ مَّنضُود (29)

Baca Juga:  Masya Allah!! Akhwat Ini Meninggalkan Salafi Wahabi, Ini Alasannya

• Dan golongan kanan alangkah bahagianya golongan kanan itu. (QS 56 : 27)
• Berada diantara ponon bidara yang tidak berduri (QS 56 : 28)
• Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya) (QS 56 : 29)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah Rasulullah Saw mengizinkan orang-orang Thaif mengusai lembah yang indah dan bersarang madu, mereka mendengar bahwa surga itu serba indah.

Mereka berangan-angan untuk memiliki lembah di surga seperti yang dimiliki waktu itu. Maka turunlah ayat ini (QS 56 : 27 sampai dengan ayat 29), yang melukiskan kehidupan di surga na’im yang disediakan bagi golongan “kanan”.

Ket. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari 'Urwah bin Rawaim (tapi mursal) dan diriwayatkan oleh Sa'id bin Manshur di dalam susunannya dan al-Baihaqi dalm kitab al-Ba'ts yang bersumber dari 'Atha' dan Mjahid.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa orang-orang kagum melihat lembah yang teduh dinaungi pohon-pohon yang rindang dan indah.
Ayat ini (QS 56 : 27 – 29) turun melukiskan kehidupan surga yang serba indah dan lebih.

Ket. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang lain yang bersumber dari Mujahid.

فَلَآ أُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُومِ ٧٥ وَإِنَّهُۥ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ ٧٦ إِنَّهُۥ لَقُرْءَانٌ كَرِيمٌ٧٧
فِى كِتٰبٍ مَّكْنُونٍ ٧٨ لَّا يَمَسُّهُۥٓ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ٧٩ تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ الْعٰلَمِينَ٨۰
أَفَبِهٰذَا الْحَدِيثِ أَنتُم مُّدْهِنُونَ٨١ وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ٨٢

• (QS 56 : 75) Maka aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.
• (QS 56 : 76) Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.
• (QS 56 : 77) Sesungguhnya Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia.
• (QS 56 : 78) (yang terdapat) pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfudh).
• (QS 56 : 79) Tidak menyentuh kecuali orang-orang yang disucikan.
• (QS 56 : 80) Diturunkan dari Tuhan semesta alam.
• (QS 56 : 81) Maka apakah kamu menganggap remeh saja al-Qur’an ini?
• (QS 56 : 82) Kamu (mengganti) rizki (Allah) dengan mendustakan Allah.

Baca Juga:  Hak Muslim Setelah Meninggal, Apa Sajakah Itu? Ini Detailnya

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa bahwa ketika turun hujan pada masa Rasulullah saw., beliau bersabda : “Diantara manusia ada yang bersyukur dan ada yang kafir karena turun hujan”. Diantara yang hadir berkata : “Ini adalah rahmat yang diberikan Allah” Sedang yang lainnya berkata : “Sungguh tepat benar ramalan si Fulan”. Maka turunlah : (QS : 56 ayat 75 s/d 82) untuk mengingatkan bahwa semua kejadian itu adalah ketetapan Allah swt.

Ket. Diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu Abbas.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa (QS 56 ayat 75 – 82) turun berkenaan dengan serombongan Kaum Anshar di waktu perang Tabuk yang beristirahat di Hijr (peninggalan kaum Nabi Shaleh) dan dilarang menggunakan air yang ada di situ.

Kemudian mereka pindah ke tempat lain, tetapi mereka tidak mendapatkan air sama sekali. Mereka mengadu kepada Nabi saw. Lalu Rasulullah sholat dua raka’at dan berdo’a. Atas karunia Allah, berawanlah langit kemudian turun hujan, sehingga mereka dapat minum sepuas-puasnya. Berkata serombongan Anshar kepada yang dituduh munafiq:

“Bagaimana pendapatmu setelah Nabi saw. berdo’a dan turun hujan untuk kepentingan kita?” Orang itu menjawab : “Kita diberi hujan tidak lain karena ramalan seseorang. Berkenaan dengan itu pula ayat (Surat Al-Waqiah ayat 75 – 82 ) turun untuk mengingatkan ummatnya bahwa segala sesuatu ditetapkan oleh Allah swt.

Ket. Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim yang bersumber dari Abi Hazrah.

Kandungan Surah Al Waqiah

Menurut Hasan al-Bashri, Surat al-Waqiah digolongkan sebagai surat yang turun di Mekkah tanpa pengecualian. Pendapat berbeda datang dari Jabir, Ikrimah, Atha dan Ibn Abbas menyatakan bahwa al-Waqiah merupakan bagian dari surat makkiyah kecuali ayat ke-28 (Wa taj’aluna rizqokum annakum tukaddzibun). Sedangkan al-Kilaby berpendapat bahwa empat ayat terakhir dari surat al-Waqi’ah merupakan golongan madaniyyah (turun di Madinah).

Nama Al Waqiah diambil dari perkataan Al Waqi’ah yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat al Waqiah adalah surat ke-56 di juz 27 dalam Al quran yang terdiri dari 96 ayat diturunkan sesudah surat Thaa Haa.

Baca Juga:  Inilah Kitab-Kitab Tafsir Al-Qur'an Karangan Para Ulama Nusantara

Al Waqiah artinya yaitu Hari Kiamat, itu sebabnya surah ini berisi gambaran tentang huru hara yang akan terjadi di hari kiamat nanti, dan pada waktu di hisab manusia terbagi menjadi tiga golongan:

  • Pertama As Shabiqun (golongan yang bersegera menjalankan kebaikan).
  • Kedua ashabul yamiin (golongan kanan)
  • Ketiga ash khabus syimal (golongan kiri yang celaka): serta balasan yang diperoleh masing-masing golongan tersebut.

Surat ini juga berisi tentang bantahan Allah kepada orang-orang yang mengingkari keberadaan Tuhan, hari kiamat, dan adanya hisab. Selain itu diterangkan pula dalam surat ini bahwa Al Quran berasal dari Lauh Mahfudz.

Adapun jika hendak diperinci, maka akan kita dapati beberapa pembahasan di dalam surat ini, antara lain sebagai berikut:

  1. Anjuran bagi manusia untuk mempersiapkan diri mengahdapi hari pembalasan
  2. Kiat-kiat untuk lebih menghayati keimanan
  3. Beberapa proses usaha mendapatkan Ridha Allah dengan amal shaleh
  4. Penjelasan tentang kekuasaan Allah sebagai bukti kepada manusia atas ke Agungan-Nya
  5. Penjelasan tentang tiga golongan manusia yang nanti di hisab di akhirat serta balasan dari tiap golongan tersebut, serta sebab-sebab mengapa mereka mendapatkan balasan tersebut.
  6. Kemudian ada pula gambaran tentang proses dicabutnya nyawa manusia. Proses kematian itu digambarkan dengan tujuan agar manusia mengambil pelajaran bahwa mereka tidak akan kuasa lari dan menjauh dari kematian. Dan hakikatnya, Allah telah lebih dahulu dekat dengan mereka dibanding kematian itu sendiri.

Semoga dengan ini semakin membuat kita mencintai al Quran, semakin bertambah keimanan, semakin bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik