Syaikh Datuk Kahfi, Ulama Asal Malaka yang Menyebarkan Islam di Cirebon

Syaikh Datuk Kahfi, Ulama Asal Malaka yang Menyebarkan Islam di Cirebon

Pecihitam.org – Syaikh Datuk Kahfi memiliki peran besar dalam proses berkembangnya Islam di Cirebon, Jawa Barat. Ia dimakamkan di puncak Gunung Jati, Cirebon. Makamnya beseberangan jalan dengan makam Syarif Hidayatullah atau yang lebih banyak dikenal sebagai Sunan Gunung Djati.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terkait tahun persisnya kapan Syaikh Datuk Kahfi menyebarkan Islam di Cirebon tidak ada data yang jelas. Namun, yang jelas adalah bahwa waktu dakwahnya tak jauh-jauh dari Syaikh Hasanuddin Quro, di Karawang. Lebih tepatnya bahwa beliau lebih belakangan sedikit dari Syaikh Hasanuddin Quro.

Walaupun Syaikh Datuk Kahfi menyebarkan Islamnya di Cirebon, namun sebenarnya ia berasal dari Malaka (Aceh). Gelar Syaikh Datuknya diperoleh dari gelar kakeknya bernama Syaikh Datuk Isa Tuwu al-Malaka.

Ayahnya bernama Syaikh Datuk Ahmad. Menurut cerita bahwa ayah Syaikh Datuk Kahfi merupakan saudara kandung dari ayahnya Syekh Siti Jenar.

Menurut Agus Sunyoto (2017) dengan mengutip Nagarakartabhumi, Carita Purwaka Caruban Nagari, dan Babad Cerbon menjelaskan bahwa beliau masih merupakan keturunan Nabi Muhammad Saw. Dengan kata lain bahwa Syaikh Datuk Kahfi merupakan habaib.

Baca Juga:  Karomah Syaikh Nawawi Al Bantani; Tidur di Lidah Ular Hingga Jasad yang Tetap Utuh

Dalam naskah Nagarakertabhumi Sarga IV  dijelaskan bahwa pada masa kecil, Syaikh Kahfi meninggalkan Malaka untuk pergi menuntut ilmu di Baghdad. Di Baghdad, ia selain belajar untuk memperdalam agama Islam, ia menikah dengan bibi Sultan Sulaiman, bernama Syarifah Halimah.

Setelah merampungkan belajar, ia meninggalkan Baghdad untuk menuju ke Jawa. Ia bertekat untuk menyebarkan ajaran Islam di negeri yang penduduknya belum beragama Islam tersebut. Ia memilih lokasi dakwahnya di Gunung Ampanan Jati, dekat Pelabuhan Muara Jati Cirebon.

Di Ampanan Jati, ia menyebarkan Islam kepada penduduk di sekitar. Selain itu, Syaikh Datuk Kahfi juga menerima murid dari berbagai kalangan. Dan yang paling populer adalah muridnya bernama Pangeran Walang Sungsang dan Nyai Lara Santang.

Keduanya merupakan anak dari Prabu Siliwangi, Raja Padjajaran atas hasil pernikahannya dengan putri murid Syaikh Hasanuddin Quro Karawang. Sang putri tersebut bernama Nyai Subanglarang.

Pangeran Walang Sungsang dan Nyai Lara Santang disekolahkan ke Syaikh Datuk Kahfi dengan tujuan untuk memperdalam ajaran Islam. Mengingat,bapaknya, yakni Prabu Siliwangi sebelumnya sudah masuk Islam karena mendengar merdunya suara istrinya saat membaca al-Qur’an.

Baca Juga:  Kisah Singkat Perjalanan Sunan Gunung Jati Selama 120 Tahun

Kemudian, setelah Pangeran Walang Sungsang selesai menuntut ilmu di Ampanan Jati kepada Syaikh Datuk Kahfi. Kemudian, ia ditugaskan oleh sang guru untuk memimpin santri-santri lainnya di tempat dakwah yang bernama daerah Caruban Larang. Di sana, Pangeran Walang Sungsang dibangunkan masjid dan pesantren.

Pangeran Walang Sungsang di Caruban Larang diperintahkan sang guru untuk menyebarkan agama Islam di sana. Ternyata aktivitas dakwah dari Pangeran Walang Sungsang sangat berhasil dan banyak masyarakat yang kemudian memeluk ajaran Islam.

Kemudian, suatu waktu Pangeran Walang Sungsang diminta oleh gurunya, Syaikh Datuk Kahfi untuk melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Kemudian, setelah kembali dari ibadah haji, ia diberikan gelar Ki Samadullah oleh gurunya.

Setelah itu kemudian Ki Samadullah tersebut menikah dengan seorang putri dari penguasa Cuban Larang. Putri dari penguasa Cubang Larang tersebut bernama Nyi Indang Geulis. Tak lama kemudian, sang mertua meninggal dan kekuasaan Cuban Larang diberikan kepada Ki Samadullah atau Pangeran Walang Sungsang.

Baca Juga:  Runutan Sanad Keilmuan Imam Al-Ghazali dan Kisah Perjuangannya dalam Menuntut Ilmu

Setelah Ki Samadullah menjadi penguasa di Cuban Larang dan diketahui oleh ayahnya, yakni Prabu Siliwangi. Setelah itu, Ki Samadullah diberikan gelar Keprabuan oleh sang ayah. Dengan demikian ia resmi dijadikan sebagai penguasa di Cuban Larang.

Keberhasilan dakwah Syaikh Datuk Kahfi tidak hanya melalui muridnya yang jadi penyebar Islam di Cuban Larang. Murid lainnya antara lain Sunan Drajat, Raden Sahid atau Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar.

Demikianlah kisah Syaikh Datuk Kahfi, ulama asal Malaka yang menyebarkan Islam di Cirebon. Ia memiliki banyak murid yang sukses menyebarkan Islam, diantaranya Pangeran Walang Sungsang, Syekh Siti Jenar, Sunan Drajat dan Sunan Kalijaga. Wallahua’lam.