Syekh Ahmad Khatib Bapak Reformis Islam Indonesia

Syekh Ahmad Khatib Bapak Reformis Islam Indonesia

PeciHitam.org – Ahmad Khatib al-Minangkabawi merupakan ulama asal Minangkabau yang dipercaya menjabat sebagai sebagai Syekh (guru besar) sekaligus khatib dan imam besar mazhab Syafi’i di Masjidil Haram. Jabatan ini, bagi orang non-Arab tergolong langka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ia mencapainya berkat kredibilitas dan kapabilitasnya dalam berbagai bidang ilmu agama, seperti Ilmu Falak, Ilmu Hisab, dan Tasawuf. Hal ini juga atas jasa para gurunya, di antaranya Sayyid Zayn al-Dahlan, Syekh Bahr al-Syatta, dan Syekh Yahya al-Qabli.

Kealimannya dalam hal ilmu agama diakui oleh semua golongan, bahkan dalam beberapa catatan seperti Martin Van Bruinessen dan Snouck Hurgronje pun mengakuinya. Ahmad Khatib diakui sangat alim untuk ukuran orang Melayu, katanya.

Ahmad Khatib ini memegang peranan sentral dalam dunia Islam pada masanya sekitar akhir abad 19 dan atau awal abad 20. Ia menjadi salah satu anggota dari jaringan ulama Haramain yang sangat berperan dalam penyebaran gagasan keilmuan dan pembaharuan Islam pada umunya.

Bahkan pemerintah Turki pernah menganugerahi gelar Bey Tunis kepadanya. Gelar ini lazimnya diberikan kepada bangsawan Tunisia yang berjasa besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Baca Juga:  Sekilas Tentang Anas bin Malik; Perawi Hadis dan Sahabat Kesayangan Rasulullah

Transmisi keilmuan dan pembaharuan dilakukan melalui para jamaah haji, baik yang tinggal menetap selama bertahun-tahun maupun yang hanya berguru beberapa saat menjelang pulang ke tanah air.

Bahkan menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa kemungkinan besar seluruh jamaah haji Indonesia pada masa tersebut senantiasa menyempatkan waktu untuk sowan kepada Syekh Ahmad Khatib.

Di kawasan Semenanjung Malaya (Malaysia dan Singapura), pengaruh Ahmad Khatib juga dinilai amat besar. Sebab melalui salah seorang murid sekaligus saudara sepupunya, Syekh Thahir Djalaluddin, yang juga merupakan seorang ulama ahli Falak yang ternama di Malaysia inilah gaung keilmuannya terdengar.

Sebagian besar ulama pembaharu di Indonesia pada awal abad 20 adalah murid Ahmad Khatib. Bahkan Martin Van Bruinessen sampai menyebutnya sebagai “bapak reformis Islam Indonesia”.

Hal ini tentu tidak berlebihan jika melihat besarnya jasa Ahmad Khatib yang mampu mengilhami gerakan agama di Indonesia dan mendidik banyak ulama yang kemudian berperan penting di Indonesia.

Ahmad Khatib memang keras dalam persoalan agama, ia selalu memegang teguh pendiriannya. Namun uniknya, murid-muridnya diajarkan untuk tidak taqlid buta.

Mereka bahkan diberi kebebasan sekaligus menganjurkannya untuk mempelajari karya-karya ulama lain seperti Abduh dan Jamaluddin al-Afghani agar mampu membantah pandangannya.

Baca Juga:  Mengenal Abu Yazid Al Busthami dan Perkataan Wahdatul Wujudnya

Tentu menjadi hal yang wajar jika murid-muridnya memiliki dan mengembangkan corak pembaharuan keagamaan yang beragam. Bahkan banyak muridnya yang menjadi pelopor dan tokoh pembaharu di Nusantara, antara lain KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan.

KH. Hasyim Asy’ari berguru kepadanya antara tahun 1893-1900. KH. Ahmad Dahlan pernah diutus olehnya untuk belajar ketika terjadi polemik tentang arah kiblat pada Masjid Agung Kraton Yogyakarta.

Selain itu beberapa muridnya antara lain, seperti Haji Abdul Halim Majalengka pelopor pembaharu Islam Jawa Barat, Syekh Abdul Hamid ulama masyhur asal Mandailing, Syekh Hasan Maksum dan Syekh Muhammad Zain Mufti Kesultanan Perak, Syeikh Muhammad Nur Mufti Kerajaan Langkat, Syekh Abdullah Saleh Mufti Kesultanan Johor, Syekh Mustafa Purba, Syekh Abdurrahman Shiddiq bin Muhammad Afif Al-Banjari Mufti Kerajaan Indragiri, serta Haji Muhammad Basyuni Imran.

Begitu banyak deretan Mufti Kerajaan di Nusantara dan Melayu yang meminta fatwanya melalui surat menyurat. Ia sukses membekali muridnya dengan dua pelajaran utama, yakni pertama, membuka pintu menjalankan ijtihad, dan kedua, keharusan memurnikan agama dari praktek-praktek keagamaan yang tidak benar.

Baca Juga:  KH Ma'ruf Amin, Profesor Ekonomi Syariah Pendamping Jokowi untuk Indonesia

Dari tanah Minangkabau sendiri, tercatat beberapa murid-muridnya, antara lain Muhammad Thaib Umar, Abdullah Ahmad, Abdul Karim Amrullah (Hamka), Muhammad Djamil Djambek, Daud Rasyidi, Abdul Latif Syakur, Abbas Abdullah, Ibrahim Musa Parabek, Sutan Darap Pariaman Haji Agus Salim, Khatib Ali, Sulaiman Ar-Rasuli, dan Muhammad Jamil Jaho.

Begitulah sedikit ulasan mengenai Syekh Ahmad Khatib yang merupakan Bapak Reformis Islam Indonesia karena berhasil membentuk generasi yang luar biasa.

Mohammad Mufid Muwaffaq