Syekh Datuk Kahfi dan Syekh Maulana Akbar; Penyebar Islam di Pesisir Utara Pulau Jawa

Syekh Datuk Kahfi dan Syekh Maulana Akbar; Penyebar Islam di Pesisir Utara Pulau Jawa

PeciHitam.org – Berhasilnya dakwah Walisongo di Indonesia merupakan Oase yang bisa kita contoh dalam penerapan metode dakwah di Era modern. Dari mereka, kita bisa belajar berbagai pendekatan yang bisa digunakan untuk menarik hati warga di sekitar.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sebut saja Sunan Kudus yang berhasil menarik perhatian Umat Agama Hindu dengan merubah hewan kurban dari sapi menjadi kerbau ketika Idul Adha.

Bagaimana Sunan Kalijaga menggunakan wayang kulit dan tembang tembang berbahasa jawa yang bermuatan pujian kepada Allah. Hal itu merupakan sebuah Strategi yang boleh dibilag cukup jenius.

Satu yang kadang menjadi pertanyaan, sebelum datangnya masa Walisongo, siapa yang berdakwah di Indonesia? Lalu bagaimana strategi yang digunakan?

Untuk itu dalam artikel ini saya akan membahas beberapa Ulama yang menyebarkan Islam sebelum Walisongo. Siapa sajakah?

Syekh Datuk Kahfi

Syekh Datuk Kahfi dikenal sebagai perintis penyebaran agama Islam di bagian barat pulau Jawa, tepatnya di wilayah Cirebon dan sekitarnya. Beliau dilahirkan di Semenanjung Malaka sekitar abad ke 14 dan merupakan putra dari Ulama besar Malaka yaitu Syekh Datuk Ahmad.

Dalam riwayat yang tertulis di Naskah Purwaka Caruban Nagari disebutkan bahwa Syekh Datuk Kahfi adalah keturunan Nabi Muhammad dari Jalur Zaenal Abidin.

Baca Juga:  KH Muhammad Sanusi: Pengasuh Pondok Pesantren Babakan, Kiai Kharismatik dari Ujung Cirebon

Syekh Datuk Kahfi memulai perjalanan pencarian ilmunya mulai dari Makkah, Baghdad hingga Irak, hal ini membuat pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh pemikir-pemikir Muslim Persia.

Syekh Datuk Kahfi masuk ke Nusantara melalui perjalanan yang panjang karena diutus oleh Raja Baghdad pada waktu itu untuk menyebarkan Islam ke Wilayah Indonesia.

Rombongan beliau tiba di Pelabuhan Muara Jati, Cirebon pada tahun 1420 Masehi dengan membawa 20 laki-laki dan dua perempuan untuk membantu dakwahnya,

Syekh Datuk Kahfi diterima dengan baik oleh Juru Labuhan Ki Gedeng Jumajanti dan diberi tempat untuk bermukim di Giri Amparan Jati. “Mereka diterima dengan baik, diberikan tempat, dan dimuliakan oleh Ki Gedeng Jumajanjati,” tulis Uka Tjandrasasmita dalam bukunya Arekologi Islam Nusantara,

Disinilah Syekh Datuk Kafhfi lalu giat berdakwah dan mengenalkan tentang Islam kepada masyarakat yang sebagian besar masih memeluk agama Hindu-Budha.

Beberapa murid Syekh Datuk Kahfi diantaranya adalah putra-putri Raja SUnda Prabu Siliwangi yaitu Raden Walasungsang dan Nyai Rara Santang. Keduanya memilih memeluk Islam setelah memperdalam tentang ajaran tersebut di bawah asuhan Syekh Datuk Kahfi.

Baca Juga:  Mengenal Said bin Jubair, Ahli Tafsir dan Hadits dari Golongan Tabi'in

Syekh Maulana Akbar

Ulama lain yang juga menyebarkan Islam sebelum masa Walisongo adalah Syekh Maulana Akbar. Beliau merupakan adik dari Syekh Datuk Kahfi yang melakukan dakwah di wilayah Kuningan, Jawa Barat.

Kedatangan Syekh Maulana Akbar ke Pulau Jawa dilakukan setelah Syekh Datuk Kahfi membangun pusat dakwah di Amparan Jati, Cirebon. Sama seperti kakaknya, beliau juga lahir di Malaka sekitar abad 14.

Dalam sebuah kisah yang dituliskan di Naskah Pangeran Wangsakerta, Syekh Maulana Akbar menimba ilmu di Makkah sejak usia remaja, bahkan lebih dulu tinggal di Makkah daripada Syekh Datuk Kahfi.

Menurut Bambang Irianto dan Siti Fatimah dalam bukunya Syekh Nurjati (Syekh Datul Kahfi): Perintis Dakwah dan Pendidikan, kedatangan Syekh Maulana Akbar di Kuningan bermula dari kunjungan murid Syekh Datuk Kahfi, Walasungsang dan Rara Santang ke Makkah.

Dari interaksi itu, dan berbagai cerita yang disampaikan Walasungsang terkait situasi di Nusantara, Syekh Maulana Akbar mulai memiliki keinginan untuk berdakwah ke Jawa, mengikuti jejak kakaknya.

Syekh Maulana Akbar juga sempat pergi ke Persia sehinga banyak orang yang salah mengira kalau Syekh Maulana Akbar berasal dari Persia.

Baca Juga:  Asal-Usul dan Nasab Sunan Giri; Cucu Raja Blambangan dan Anak dari Maulana Ishak

Sesampainya di Cirebon pada sekitar tahun 1450, beliau tinggal beberapa waktu bersama Syekh Datuk Kahfi hingga akhirnya membangun lingkungan dakwahnya sendiri di Kuningan dengan mendirikan pondok pesantren di Desa Sidapurna, Kuningan.

Syekh Maulana Akbar menikah dengan Nyi Wandasari, cucu Raja Sunda Prabu Dewa Niskala di Kawali. Dari pernikahan itu lahir seorang putra berama Maulana Arifin.

Putranya inilah yang nantinya menggantikan peran Syekh Maulana Akbar dalam menyiarkan Islam di Kuningan setelah dirinya wafat.

Mohammad Mufid Muwaffaq