Tata Cara Orang Tua Mencarikan Jodoh untuk Anaknya

Cara Orang Tua Mencarikan Jodoh untuk Anaknya

Pecihitam.org – Orang tua zaman sekarang ada yang bilang: Urusan nikah tergantung yang muda. Kalau sama-sama suka, saya setuju saja. Sekilas pernyataan di atas sangat bijak dan demokratis. Memang urusan nikah orang tua tidak boleh terlalu memaksakan. Anak-anak dengan pengalaman dan pergaulannya spertinya sudah cukup untuk menemukan pasangan yang ideal.

Tapi di zaman sekarang, orang tua juga perlu ekstra hati-hati dalam banyak hal. Termasuk bagaimana cara orang tua mencarikan jodoh untuk anaknya, terlebih untuk anak gadisnya. Karena kepadanya kelak ia akan mengamanatkan anaknya. Orang tua tidak boleh acuh tak acuh.

Syaikh Muhammad Khatib as-Syarbainy dalam Mughnil Muhtaj menyarankan bagi orang tua untuk mencarikan lelaki yang shalih untuk anak perempuannya. Bila sudah menemukan, dianjurkan untuk menawarkan kepadanya untuk dinikahi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

يسن للولي عرض موليته على ذوي الصلاح كما فعل شعيب بموسى عليهما الصلاة والسلام وعمر بعثمان ثم بأبي بكر رضي الله تعالى عنهم

Disunnahkan bagi seorang wali untuk menawarkan wanita yang dalam tanggungjawabnya kepada lelaki yang memiliki kepribadian shalih, sebagaimana ini pernah dilakukan oleh Nabi Syuaib kepada Nabi Musa alaihimassalam dan pernah pula dilakukan oleh Umar bin Khattahab (ketika menawarkan Hafshah) kepada Utsman bin Affan dan kepada Abu Bakar (ketika Ustman memutuskan belum saatnya menikah) – semoga Allah meridhai mereka.

Inilah kebiasaan orang shaleh yang tak banyak dilakukan oleh orang tua zaman sekarang: mencari lelaki shalih dan menawarkan kepadanya untuk menikah dengan anaknya. Padahal ini teladan dari Nabi Syuaib dan diikuti oleh kalangan sahabat Nabi Muhammad.

Al-Quran merekam bagaimana Nabi Syuaib menawarkan anaknya untuk dinikahi oleh Nabi Musa.

Baca Juga:  Orang Yang Kidal Wajib Tahu Hukum Kemakruhan

قَالَ اِنِّيْٓ اُرِيْدُ اَنْ اُنْكِحَكَ اِحْدَى ابْنَتَيَّ هٰتَيْنِ عَلٰٓى اَنْ تَأْجُرَنِيْ ثَمٰنِيَ حِجَجٍۚ فَاِنْ اَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَۚ وَمَآ اُرِيْدُ اَنْ اَشُقَّ عَلَيْكَۗ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

Dia berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik.” (QS. Al-Qashas: 27)

Musa seorang yang asing di kota Madyan, tapi karena ciri kesalehan terbaca oleh Nabi Syuaib, ia pun tak menunggu lama untuk menawarkan anaknya untuk dinikahi. Ini mesti dicontoh, tidak perlu malu sebagai orang tua. Jangan malu takut ditolak.

Seandainya pun ditolak, harus ditawarkan kepada orang shaleh lainnya. Inilah pelajaran lain tentang cara orang tua mencarikan jodoh untuk anaknya yang bisa didapat dari Umar bin Khattab, maka ia tawarkan ke Abu Bakar. Begitu tidak malu. Karena orang shaleh itu tidak mudah didapat. Sekali ketemu, jangan tunda. Akhirnya bagaimana? Ternyata Hafshah pun mendapatkan seorang yang shaleh, ia adalah Nabi Muhammad.

Cerita perjuangan Umar mencarikan jodoh untuk anaknya, Hafshah bisa kita temui dalam hadis yang bersumber dari Abdullah bin Umar yang kemudian ditakhrij oleh Imam Bukhari dalam Kitab Nikah pada Bab Ardh al-Insan Bintahu aw Ukhtaha ‘ala Ahl al-Khair (Seseorang menawarkan anak atau saudara perempuannya kepada orang baik)

Baca Juga:  Mendidik Anak Ala Gus Baha, Jangan Berani Sama Anak Nanti Kualat!

أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ ، حِينَ تَأَيَّمَتْ حَفْصَةُ بِنْتُ عُمَرَ مِنْ خُنَيْسِ بْنِ حُذَافَةَ السَّهْمِيِّ ، وَكَانَ مِنْ أَصْحَاب رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَتُوُفِّيَ بِالْمَدِينَةِ ، فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ : أَتَيْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ ، فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ حَفْصَةَ ، فَقَالَ : سَأَنْظُرُ فِي أَمْرِي ، فَلَبِثْتُ لَيَالِيَ ثُمَّ لَقِيَنِي ، فَقَالَ : قَدْ بَدَا لِي أَنْ لاَ أَتَزَوَّجَ يَوْمِي هَذَا ، قَالَ عُمَرُ : فَلَقِيتُ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ ، فَقُلْتُ : إِنْ شِئْتَ زَوَّجْتُكَ حَفْصَةَ بِنْتَ عُمَرَ ، فَصَمَتَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ يَرْجِعْ إِلَيَّ شَيْئًا ، وَكُنْتُ أَوْجَدَ عَلَيْهِ مِنِّي عَلَى عُثْمَانَ ، فَلَبِثْتُ لَيَالِيَ ثُمَّ خَطَبَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَنْكَحْتُهَا إِيَّاهُ ، فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ ، فَقَالَ : لَعَلَّكَ وَجَدْتَ عَلَيَّ حِينَ عَرَضْتَ عَلَيَّ حَفْصَةَ فَلَمْ أَرْجِعْ إِلَيْكَ شَيْئًا ؟ قَالَ عُمَرُ : قُلْتُ : نَعَمْ ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ : فَإِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أَرْجِعَ إِلَيْكَ فِيمَا عَرَضْتَ عَلَيَّ ، إِلَّا أَنِّي كُنْتُ عَلِمْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ ذَكَرَهَا ، فَلَمْ أَكُنْ لِأُفْشِيَ سِرَّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَلَوْ تَرَكَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبِلْتُهَا

Sesungguhnya Umar bin Khattab, ketika Hafshah menjadi janda ditinggal mati oleh Khusus bin Khudzafah as-Sahmi. Khudzafah adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang meninggal di Madinah. Umar berkata: Aku mendatangi Utsman bin Affan. Aku menawarkan Hafshah padanya. Ustman berkata: Aku pikirkan dulu. Aku menunggu beberapa malam, Utsman pun datang dan berkata: Telah jelas bagiku untuk tidak menikah sekarang. Kemudian aku datang pada Abu Bakar dan berkata: Kalau kamu mau, aku akan menikahkanmu dengan Hafshah binti Umar. Abu Bakar diam dan tidak menjawab apa pun kepadaku. Aku menemukan Abu Bakar (mau) daripada Utsman. Aku menunggu beberapa hari, kemudian Rasulullah datang melamar Hafshah dan aku nikahkan dengannya. Abu Bakar lalu datang dan berkata; Apakah kamu menemukan sesuatu padaku ketika engkau menawarkan Hafshah kepada, tapi aku tidak menjawab apa-apa?. Umar berkata: Iya. Abu Bakar berkata: Tidak ada yang menghalangi untuk menerima apa yang kau tawarkan padaku kecuali aku sudah tahu bahwa Rasulullah SAW. telah menyebut-nyebut Hafshah. Aku pun tidak menyebarkan rahasia Rasulullah SAW. Jika saja Rasulullah mengabaikan Hafshah, maka aku akan menerima tawaranmu. (HR. Bukhari)

Baca Juga:  Meneladani Zuhud Tingkat Langit Abu Bakar As Siddiq

Demikianlah sekilas riwayat yang bisa kita jadikan contoh tentang bagaimana orang tua mencarikan jodoh untuk anaknya. Semoga bermanfaat

Faisol Abdurrahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *