Tujuan Utama Mengamalkan Ajaran Tasawuf dalam Islam

Tujuan Mengamalkan Ajaran Tasawuf

Pecihitam.org – Dalam bahasa Inggris, tasawuf biasanya disebut sebagai Islamic Mysticism (mistik yang tumbuh dalam Islam). Adapun tujuan utama mengamalkan ajaran tasawuf sebagaimana tertuang dalam kitab Al-Tashawwuf Fi al-Sy’ri al-Arabi karya Abdul Hakim Hasan adalah sampai kepada Zat al-Haq atau Mutlak (Tuhan) dan bersatu dengan-Nya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dari konsep ini menjadi jelas bahwa tujuan utama dari tasawuf adalah untuk sampai kepada Allah – agar dapat makrifat secara langsung dengan Zat Allah – atau bahkan ada yang ingin bersatu kembali dengan Tuhan.

Adapun jalan untuk sampai kepada Allah biasanya disebut dengan tarekat (Thariqah). Makrifat dalam pengertian tasawuf bukan melulu hanya berupa pengetahuan semata, tetapi juga berupa sebuah pengalaman, yakni ingin bertemu langsung dengan Allah melalui tanggapan kejiwaannya, bukan melalui pancaindra.

Tanggapan kejiwaan ini dapat dianalogikan seperti mimpi atau mabuk yang jiwanya sampai ke alam lain. Seluruh kegiatan bertasawuf langsung atau tidak langsung berkaitan dengan tujuan makrifat kepada Allah. Oleh karenanya, aktivitas ketasawufan hanya bisa dipahami melalui hal-hal yang berkaitan dengan tujuan tasawuf.

Baca Juga:  Penyelarasan Tasawuf dengan Syariat dalam Pemikiran Imam Al-Ghazali

Sementara itu, menurut Prof. Simuh, pakar tasawuf dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, mendefinisikan tasawuf sebagai ajaran atau kepercayaan bahwa pengetahuan tentang Hakikat Tuhan bisa didapatkan melalui meditasi atau kesadaran spiritual yang bebas dari campur tangan akal dan pancaindra manusia.

Jalan untuk mencapai makrifat kepada Allah dalam tasawuf biasanya disebut tarekat, yang berarti jalan menuju Allah. Orang yang menempuh jalan tarekat untuk sampai kepada Allah diibaratkan sebagai musafir dan disebut salik, yakni berasal dari bahasa Arab salaka al-thariqa yang artinya menempuh jalan tasawuf.

Menurut ajaran tasawuf, jalan menuju Allah itu tak terhingga jumlahnya. Namun pada dasarnya jalan-jalan tersebut bersifat personal, artinya setiap orang harus berusaha mencari jalan yang sesuai dengan bakat serta maqam-maqam (keadaan ruhani) yang dapat dicapai oleh jiwanya.

Jalan yang ditempuh seseorang belum tentu sesuai dan berhasil jika diterapkan pada orang lain. Karena suasana hati (maqam-nya) belum tentu sama antara satu orang dengan yang lainnya. Namun, pada dasarnya thariqah terdiri dari dua bagian utama, yakni pensucian hati dan meditasi atau pemusatan seluruh pikiran dan kesadaran dalam zikir kepada Allah.

Baca Juga:  Al-Hallaj: Biografi dan Pemikirannya Tentang Hulul

Hal ini sebagaimana diuraikan oleh Imam al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Al-Munqidz Min al-Dlalal bahwa tarekat itu awal, syarat-syaratnya adalah pensucian hati secara keseluruhan dari apada saja selain Allah. Dan kunci pembukanya laksana awal salat adalah menenggelamkan hati dalam zikir kepada Allah, dan terakhir fana’ di dalam Allah.

Dari uraian ini dapat diterangkan bahwa bagian pertama tarekat adalah pensucian hati terhadap apa saja selain Allah. Al-Ghazali menyebut langkah ini baru merupakan syarat untuk masuk ke tarekat, seperti halnya mengambil wudu’ ketika seseorang hendak melaksanakan salat.

Bagian selanjutnya adalah pemusatan hati dan kesadaran dalam menjalankan zikir kepada Allah. Bila zikir ini berhasil dan menerima anugerah Allah, maka akan dibukakan tabir penutup alam gaib. Lalu bagian terakhir adalah makrifat kepada Allah, artinya seseorang akan mampu mengenali Allah secara langsung tanpa penutup apa-apa.

Baca Juga:  Tingkatan Ikhlas Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani

Puncak penghayatan makrifat menurut kaum sufi, laksana seorang di depan cermin yang melihat wajah Allah, sama dengan ketika ia melihat dirinya sendiri. Dengan penghayatan antara yang mengatahui dan diketahui, maka keduanya seakan menjadi sama dan bersatu.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama mengamalkan ajaran tasawuf dalam Islam adalah untuk mendekatkan diri secara lebih intens dengan Allah. Dan, agar kedekatan dengan Allah semakin tidak berjarak.

Ini bukan berarti para sufi mengingkari syariat dalam mendekatkan diri kepada Allah, justru syariat menjadi dasar utama agar seorang hamba bisa lebih dekat bermesraan dengan Allah.

Rohmatul Izad

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *