Tunggu Apa Lagi? Sambutlah Kehadiran Nabi dengan Berdiri Saat Mahallul Qiyam

Sambutlah Kehadiran Nabi dengan Berdiri Saat Mahallul Qiyam

Pecihitam.org – Dalam etiket hidup bermasyarakat, ketika ada tamu yang ditunggu telah tiba, maka kita akan menyambutnya dengan Berdiri. Dalam suatu acara, kita akan bangkit dari duduk menyambut bupati, gubernur atau pun presiden yang baru saja tiba di tempat acara. Maka ketika membaca shalawat pun kita harus lebih mantap untuk berdiri saat Mahallul Qiyam dilantunkan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bangkit berdiri ketika membaca shalawat yang diawali dengan ‘aba-aba’ Mahallul Qiyam yang bermakna keadaan berdiri merupakan praktek amaliah Ahlussunnah wal Jamaah terutama dari kalangan nahdliyyin.

Walau kebiasaan ini sering dicemooh dan dituding bid’ah oleh mereka yang memang anti peringatan Maulid Nabi, tapi sungguh berdiri ketika Mahallul Qiyam dilantunkan mempunyai dasar argumentasi yang kokoh.

Berdiri dalam hal ini, hakikatnya adalah dalam rangka menghormati Nabi, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Qarafi dari kalangan Malikiyah dalam Kitab Al-Furuq

قلت ومن هذا القيام عند ذكر مولده صلى الله عليه وسلم في تلاوة القصة فقد قال المولى أبوالسعود انه قد إشتهر اليوم في تعظميه صلى الله عليه وسلم واعتيد في ذلك فعدم فعله يوجب عدم الإكترث بالنبي صلي الله عليه وسلم وامتهانه فيكون كفرا مخالفا لوجود تعظيمه صلى الله عليه وسلم اه اي إن لا حظ من لم يفعله تحقيره صلي الله عليه وسلم وإلا فهي معصية

Saya katakan: berdiri ketika Pembacaan Maulid Nabi SAW dalam pembacaan kisahnya, maka Guan Abu Su’ud berkata sesungguhnya berdiri dalam pembacaan maulid itu sudah masyhur adanya dan sudah menjadi kebiasaan.

Adapun orang yang tidak berdiri ketika dibacakan Maulid Nabi bisa seolah-olah tidak menaruh perhatian dan meremehkan Nabi SAW, maka yang demikian ini bisa menyebabkan dirinya kufur dan karena prilakunya tidak sejalan dengan menghormati Nabi.

Apabila seseorang tidak berdiri ketika dibacakan maulid dan tidak adanya unsur meremehkan, maka orang tersebut berdosa saja, tidak sampai kufur. (Anwarul Buruq fi Anwa’il Furuq Juz IV hal 278).

Baca Juga:  Nongkrong Tidak Dilarang dalam Islam, Tapi Inilah Pesan Nabi Saw

Berikut kami nukilkan kisah tentang seseorang yang selalu berdiri dengan khusyuk saat pembacaan Maulid Nabi. Ternyata dulunya beliau adalah orang yang menilai Maulid Nabi sebagai bid’ah.

Semenjak suatu kejadian dalam mimpi yang selalu berkesan dalam hidupnya, pria tua ini pun Istiqamah mengikuti Maulid Nabi dan menyambutnya dengan berdiri walaupun kondisi fisiknya sudah mulai udzur.

Kisah ini dimuat dalam Al-Hadyu at-Tamm fii Mawaaridil Maulid an-Nabawiyyi wa Ma U’tida Fihi Minal Qiyaam, halaman 50-51, karya Sayyid Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki Al-Makki.

حَكَى السَّيِّدُ عَلَوِي اَلْمَالِكِيُّ أَنَّ وَالِدَهُ اَلْمَرْحُوْمَ السَّيِّدَ عَبَّاسْ اَلْمَالِكِيَّ رَحِمَهُ اللهُ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ حَضَرَ فِيْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ اِحْتِفَالًا نَبَوِيًّا لَيْلَةَ عِيْدِ الْمِيْلَادِ النَّبَوِيِّ تُلِيَ فِيْهِ مَوْلِدُ الْبَرْزَنْجِيِّ فَإِذَا رَجٌلٌ أَشْيَبُ قَامَ بِغَايَةِ الْأَدَبِ مِنْ أَوَّلِ الْمَوْلِدِ إِلَى نِهَايَتِهِ وَأَفَادَهُ لَمَّا سَأَلَهُ عَنْ سَبَبِ وُقُوْفِهِ مَعَ كِبَرِ سِنِّهِ بِأَنَّه كَانَ لَا يَقُوْمُ عِنْدَ ذِكْرِ الْمِيْلَادِ النَّبَوِيِّ وَيَعْتَقِدُ أَنَّهُ بِدْعَةٌ سَيِّئَةٌ فَرَأَى فِيْ نَوْمِهِ أَنَّهُ مَعَ جَمَاعَةٍ مُتَهَيِّئِيْنَ لِاسْتِقْبَالِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا طَلَعَ لَهُمْ بَدْرُ مُحَيَّاهُ وَنَهَضَ الْجَمِيْعُ لِاسْتِقْبَالِهِ لَمْ يَسْتَطِعْ هُوَ الْقِيَامَ لِذَلِكَ وَقَالَ لَهُ الرَّسُوْلُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتَ لَا تَسْتَطِيْعُ الْقِيَامَ فَمَا اسْتَيْقَظَ إِلَّا وَهُوَ مُقْعَدٌ وَبَقِيَ عَلَى هَذَا الْحَالِ عَامًا فَنَذَرَ إِنْ شَفَاهُ اللهُ مِنْ مَرَضِهِ هَذَا يَقُوْمُ مِنْ أَوَّلِ قِرَاءَةِ الْمَوْلِدِ إِلَى غَايَتِهِ (نِهَايَتِهِ) فَعَافَاهُ اللهُ مِنْ ذَلِكَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا بِوَفَاءِ نَذْرِهِ تَعْظِيْمًا لَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Baca Juga:  Perbedaan Pendapat Ulama Terkait Membaca Shalawat

Sayyid Alawi Al-Maliki menceritakan bahwasanya ayah beliau, Sayyid Abbas Al-Maliki memberi khabar kepada beliau sesungguhnya auah beliau (Sayyid Abbas Al-Maliki) berada di Baitul Maqdis untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi pada malam ‘ied Milad An-Nabawi, di mana saat itu dibacakan Maulid Al-Barzanji.

Saat itulah beliau melihat seorang pria tua beruban yang berdiri dengan khidmat penuh adab mulai dari awal sampai acara selesai. Kemudian beliau bertanya kepadanya akan sikapnya itu, yaitu berdiri sementara usianya sudah tua.

Lelaki tua itu bercerita bahwa dulu ia tidak mau berdiri pada acara peringatan Maulid Nabi dan ia memiliki keyakinan bahwa perbuatan itu adalah bid’ah sayyi’ah (bid’ah yang jelek)

Suatu malam ia bermimpi dalam tidurnya. Dia bersama sekelompok orang yg bersiap-siap menunggu kedatangan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka saat cahaya wajah beliau yang bagaikan bulan purnama muncul, sekelompok orang itu bangkit dengan berdiri menyambut kehadiran Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam

Namun hanya ia saja seorang diri yang tidak mampu bangkit untuk berdiri. Lalu Rasullullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Kamu tidak akan bisa berdiri” Saat ia bangun dari tidurnya, ternyata ia dalam keadaan duduk dan tidak mampu berdiri. Hal ini ia alami selama satu tahun.

Baca Juga:  Solusi Hamil Diluar Nikah Menurut Islam, Berikut Penjelasannya

Kemudian ia pun bernadzar jika Allah menyembuhkan sakitnya ini, ia akan berdiri mulai awal pembacaan Maulid Nabi sampai akhir bacaan, kemudian Allah menyembuhkannya.

Ia pun selalu berdiri mulai awal pembacaan Maulid Nabi sampai akhir bacaan untuk memenuhi nadzarnya karena ta’zhim (mengagungkan) beliau Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Subhanallah! Tidak cukupkah kisah ini sebagai bantahan bagi mereka yang sering membid’ahkan berdiri saat Mahallul Qiyam secara khusus dan Peringatan Maulid Nabi secara umum? Juga cukuplah cerita ini semakin menambah motivasi dan kecintaan agar lebih antusias mengadakan Peringatan Maulid Nabi dan bershalawat kepada Rasul rahmatan lil alamin ini.

Faisol Abdurrahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *