Ulama al-Azhar Mesir: Cinta Tanah Air Termasuk Sunnah Nabi SAW

cinta tanah air adalah sunnah nabi

Pecihitam.org – Mengutip Imam Fakhruddin al-Razi, DR. Usamah (Ulama al-Azhar Kairo Mesir) menyatakan bahwa cinta tanah air adalah dorongan fitrah yang sangat kuat di dalam jiwa manusia. Al-Razi dalam kitabnya al-Tafsir al-Kabir, ketika menafsirkan QS. An-Nisa ayat 60 menuliskan:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

“Allah menjadikan meninggalkan tanah air (mufaraqatal awthan) setingkat dengan bunuh diri.” Seakan Allah Ta’ala berfirman: “Seandainya Aku perintahkan kepada mereka salah satu dari dua kesulitan terbesar di alam semesta maka mereka pasti tidak akan melaksanakannya. Dua kesulitan tersebut itu adalah bunuh diri (qatlun nafsi) dan meninggalkan tanah air (firaqul wathan).”

Meninggalkan tanah air bagi orang-orang yang berakal adalah perkara yang sangat sulit sekali, sama seperti sakitnya bunuh diri. Hal ini, menurut DR. Usamah, menunjukkan bahwa mencintai tanah air merupakan perkara yang sangat dalam maknanya pada diri manusia.

Senada dengan sikap warga Nahdliyin, bahwa mencintai tanah air adalah hal yang prisipil, bahkan sebagai wujud keimanan seorang muslim: “Hubbul wathan minal iman.”

Mesir dengan al-Azharnya memang sohor sebagai corong dan benteng Islam Sunni Ahlussunnah Wal Jama’ah di Timur Tengah. Mereka, sama seperti NU, mendakwahkan islam yang toleran, damai, moderat, dan penuh kesantunan serta kasih sayang.

Baca Juga:  Islam Nusantara: Berislam dan Melestarikan Budaya

Pandangan Islam dan kebangsaan al-Azhar sama belaka dengan NU, bahwa Islam dan Negara-Bangsa (nation state) sama sekali tidak bertentangan, bahkan saling menopang. Maka mencintai tanah air adalah satu keniscayaan.

DR. Usamah, mengutip hadis riwayat Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi dari hadis Anas r.a, mengungkapkan:

أنَّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، كانَ إذَا قَدِمَ مِن سَفَرٍ، فَنَظَرَ إلى جُدُرَاتِ المَدِينَةِ، أوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وإنْ كانَ علَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِن حُبِّهَا

“Nabi SAW ketika kembali dari bepergian dan melihat dinding-dinding kota madinah, beliau mempercepat laju untanya. Dan jika beliau menunggangi unta maka beliau menggerakannya – untuk mempercepat – karena kecintaan beliau kepada Madinah.”

Hadis yang mulia ini menceritakan perilaku Nabi SAW, sosok yang ma’shum dan mendapatkan wahyu, yang dibarengi getaran hati beliau. Di balik perbuatan itu, kata DR. Usamah, ada ilham dan wahyu akan kecintaan dan kerinduan hati kepada kampung halaman.

Sehingga, Nabi SAW menggerakkan untanya ke Madinah Munawwarah sekembali dari bepergian untuk melihat dinding-dinding bangunannya, karena kecintaan beliau kepada Madinah–min hubbiha.

Baca Juga:  Salib, Ka'bah, dan Simbol-simbol Agama

Oleh karena itu, lanjut DR. Usamah, al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari berkata: “Hadis ini menunjukkan akan keutamaan Madinah serta disyariatkannya cinta tanah air – wa ‘ala masyru’iyyati hubbil wathan. Hal senada juga diungkapkan oleh Imam al-Badr al-Alini dalam ‘Umdah al-Qaari.

Hadis tersebut menurut DR. Usamah menunjukkan akan sebuah sunah Nabi SAW. Sunah yang sama dengan sunah-sunah lainnya yang berkaitan dengan ibadah, etika dan akhlak, pekerjaan dan keahlian, dan yang berkaitan dengan hubungan antar bangsa, serta sunah-sunah beliau lainnya yang membentuk kepribadian seorang muslim yang sempurna.

Mengutip al-Hafidz al-Dzahabi dalam kitab Siyar A’lam al-Nubala’, Ulama al-Azhar itu menuliskan:

وَكَانَ يحِبُّ عَائِشَة، وَيحبُّ أَباهَا، وَيحبُّ أُسَامَة، وَيحبُّ سِبْطَيْه، وَيحبّ الحَلْوَاء وَالعَسَل، وَيحبّ جَبَل أُحُد، وَيحبُّ وَطَنه، وَيحبُّ الأَنْصَار، إِلَى أَشيَاء لاَ تحصَى مِمَّا لاَ يغنِي المُؤْمِن عَنْهَا قَطُّ.

“Nabi Muhammad SAW mencintai Aisyah dan ayahnya (Abu Bakar), mencintai Usamah dan kedua cucu beliau (Hasan dan Husein), mencintai manisan dan madu, mencintai gunung Uhud dan tanah air beliau, mencintai kaum Anshar, dan hal-hal lainnya yang jumlahnya tidak terhitung, yang dibutuhkan oleh seorang mukmin.”

Baca Juga:  Mengapa Jilbab Bu Nyai Tidak Syari? Apa Mereka Tidak Tahu?

Pungkasnya, tutur DR. Usamah, cinta tanah air (hubbul wathan) merupakan salah satu dari lingkarang loyalitas yang diungkapkan oleh fitrah manusia dan dijaga oleh syariat Islam.

Menilik dalil-dalil yang diungkapkan beliau, bisa ditarik satu simpulan bahwa hubbul wathan sungguh benar merupakan minal iman.

Merujuk hadis yang dikutip DR. Usamah dari riwayat Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi dari hadis Anas r.a tentang kerinduan Nabi SAW kepada Madinah Munawwarah merupakan bukti bahwa cinta tanah air bagian dari sunnah Nabi SAW – wayuhibbu wathanahu.

Wallahul Muwaffiq.

*Rujukan: al-Haqqu al-Mubin fi al-Raddi ‘ala Man Tala’aba bi al-Din karya DR. Usamah al-Sayyid Mahmud al-Azhar (hlm. 173-176, 2015)

Mutho AW

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *