Urgensi Teologi Lingkungan di Masa Pandemi Corona

Urgensi Teologi Lingkungan di Masa Pandemi Corona

Pecihitam.org – Pandemi Corona yang sedang kita hadapi saat ini merupakan letupan dari akumulasi masalah-masalah kerusakan lingkungan yang sedang dialami bumi. Persoalan ini berakar dari eksploitasi habis-habisan atas alam sejak masa industrialisasi dari abad ke 18 masehi hingga saat ini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Persoalan kerusakan lingkungan ini memang tak bisa disebut sebagai penyebab langsung dari munculnya virus Covid-19. Namun, seperti yang disinggung di atas, ia merupakan sebuah letupan dari akumulasi berbagai proses eksplotiasi industri atas lingkungan hidup.

Seperti dalam berbagai laporan tentang asal-usul virus ini, ia merupakan bentuk evolusi dari virus Corona jenis lain yang sebelumnya pernah ada. Karena berbagai pengkondisian lingkungan yang terus berubah, si virus jenis lama itu kemudian menyesuaikan dengan perubahan lingkungan hingga lahir menjadi jenis baru yang membahayakan.

Jika saja prinsip hukum alam adalah “semua makhluk hidup selalu mengalami evolusi (termasuk Covid-19)”, maka di masa depan akan ada virus-virus lain yang juga bakal mengalami proses evolusi secara terus-menerus. Dan pada saat yang bersamaan, pandemi yang mengancam kesehatan dan membunuh ratusan ribu manusia seperti saat ini akan terus berulang.

Baca Juga:  Munculnya Muballigh Pop dan Ustadz Provokator, Bukti Hilangnya Keilmuan

Adapun syarat dari terus-menerusnya virus mengalami evolusi adalah karena perubahan lingkungan hidup yang semakin ekstrem. Banyaknya hutan lindung yang ditebang dijadikan lahan industri, eksploitasi sumber daya alam yang ugal-ugalan, sampah plastik yang semakin menggunung, dan penggunaan pestisida yang terus mencemari lingkungan.

Dengan demikian, pra-kondisi yang menyebabkan terjadinya proses evolusi yang terlalu cepat adalah kerusakan lingkungan hidup. Dari sini, akar sesungguhnya dari persoalan pandemi saat ini adalah kerusakan lingkungan yang kian hari semakin parah.

Dalam situasi yang mengkhawatirkan seperti ini, kita perlu merumuskan kembali sebuah teologi, cara pandang keislaman yang mencegah berbagai bentuk pengrusakan alam dan sekaligus dapat mendorong agenda pelestarian alam supaya pandemi seperti ini tidak terus berulang.

Teologi ini berangkat dari konsep manusia sebagai khalifah di bumi (khalifah fil ard). Tugas ketuhanan kepada manusia sebagai pemimpin di bumi itu salah satu manifestasinya adalah menjaga kemaslahatan lingkungan hidup yang ada di bumi.

Baca Juga:  Hubungan Intim Dihalalkan dengan Dasar Suka Sama Suka, Apa yang Akan Terjadi?

Mirisnya, Kesadaran teologis untuk menjadi khalifah penjaga lingkungan hidup di bumi ini kurang populer di kalangan umat Islam sendiri. Penafsiran dan pemaknaan tentang konsep khalifah di bumi, selama ini dimonopoli oleh kalangan Islam konsevatif dan puritan yang menafsirkan tugas kekhalifahan semata menguasai bumi secara politis.

Misalnya, di tangan kalangan Hizbut Tahrir (yang saat ini sudah dibubarkan), pemaknaan yang sempit tentang konsep khalifah di bumi ini menjadi sebuah teologi untuk mendirikan sebuah kekuasaan politik secara global.  Ambisi politik seperti ini sayangnya minus refleksi atas kondisi rill kerusakan lingkungan hidup di bumi.

Pemaknaan atas konsep khalifah di bumi yang selama ini dimonopoli kaum muslim konservatif, perlu kita ambil alih dan ditafsirkan ulang dengan melihat kondisi rill yang sedang dialami oleh alam. Upaya seperti ini penting untuk terus melakukan kontekstualisasi ajaran Islam dengan kondisi masa kini yang sedang dihadapi oleh masyarakat agar Islam terus menemui relevansi dengan perkembangan zaman.

Jika saja kita tidak berbenah dan merubah cara pandang keislaman kita untuk menuju pemahaman keislaman yang peduli dengan berbagai kerusakan lingkungan hidup, maka takutnya Islam akan kehilangan sisi rahmatan lil alamin-nya dan hanya mengurusi perkara tampilan fisik seperti dalam fenomena hijrah belakangan ini.

Baca Juga:  Meluruskan Stigma Sosial Bagi Perempuan (Kodrat Macak, Masak, Manak)

Upaya untuk menghadirkan teologi baru yang peka terhadap masalah-masalah lingkungan ini sangatlah penting. Tugas menjaga alam ini merupakan amanah dari Allah Swt kepada manusia sebagaimana yang tertuang dalam konsep khalifah di bumi.

Dan melihat kondisi kerusakan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan saat ini, maka amanah ilahiah ini sesegera mungkin harus kita implementasikan. Wallahua’lam.