Urwah bin az Zubair Ulama Besar Madinah Cucu Khalifah Abu Bakar

urwah bin az zubair

Pecihitam.org – Urwah bin az Zubair, beliau bernama lengkap Urwah bin Az-Zubair bin Al-Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai Al-Qurasy Al-Asadi. Yakni salah seorang dari tujuh ulama fikih Madinah yang terkenal.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Beliau merupakan anak dari pasangan Zubair bin Awwam dan Asma’ binti Abu Bakar ash-Shiddiq, sehingga dari sini kita bisa menebak bahwa Urwah bin az Zubair merupakan cucu dari Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq.

Terkait kapan beliau lahir, Mush’ab bin Abdullah berkata “Beliau dilahirkan setelah enam tahun sejak kekhalifahan Utsman bin Affan ra.,”  sedangkan Murrah berkata, “Beliau dilahirkan pada tahun 29 Hiiriyah.”

Adapun ciri ciri beliau, Dari Muhammad bin Hilal berkata “Aku melihat Urwah sama sekali tidak pernah memelihara kumisnya dan dia selalu memotongnya dengan baik.”

Dari Ishaq bin Yahya, dia berkata, “Aku melihat Urwah sering memakai selendang yang berwarna kekuning-kuningan.”

Sedangkan jika berbicara kapan beliau menutup usia

Maka Ibnu Al-Madini berkata, “Dia meninggal dunia pada tahun 93 Hijriyah.”

Sedangkan Al-Haitsam dan Al-Waqidi, Abu Ubaidah, Yahya bin Mu’in dan Al-Falas berkata, “Dia meninggal dunia pada tahun 94 Hjriyah.”

Kemudian diperkuat oleh Muawiyah bin Saleh dari Yahya bin Mu’in dalam kitab “Tasmiyat Tabi’iyyi Ahli Al-Madinati wa Muhadditsihim” dia berkata, “Abu Bakar bin Abdirrahman, Urwah bin Az-Zubair, Said dan Ali bin Al-Hasan meninggal dunia pada tahun 94 Hijriyah sehingga tahun ini disebut sebagai Sanah Al-Fuqaha’ (tahun para ahli fikih karena mereka banyak yang meninggal pada tahun tersebut).”

Daftar Pembahasan:

Kegigihannya dalam Mencari Ilmu

Mungkin jika kita kembali membahas terkait kegigihan para ulama terdahulu dalam menimba Ilmu, maka tentu akan kita dapati sejarah tentang betapa bersemangat mereka dan sangat mencintai ilmu pengetahuan itu, persis dengan kecintaan seorang Urwah bin az Zubair terhadap Ilmu pengetahuan.

Sebagaimana yang dikatakan dari Abu Bakar bin Abdirrahman bin Al-Harits bin Hisyam, beliau berkata, “Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu dimiliki oleh salah satu dari tiga orang berikut: Orang yang mempunyai jabatan sehingga ilmu tersebut menghiasinya, atau dimiliki oleh orang yang beragama dimana ilmu tersebut dapat mengganggunya, atau ilmu menjadi budak Penguasa sehingga sang penguasa itu rela memuseumkan ilmunya (tidak perduli dengan ilmu yang dimilikinya). Dan tidak seorang Pun yang lebih tahu tentang tiga cacat ini dari Urwah bin Az-Zubair”

Selain itu, dari Qabishah bin Dzu’aib, dia berkata, “Saat itu kami hidup di masa pemerintahan Khalifah Muawiyah. Di akhir masa pemerintahannya, pada suatu malam kami berkumpul dalam sebuah pengajian di masjid; Aku, Mush’ab bin Az-Zubair, urwah bn Az-Zubair, Abu Bakar bin Abdirrahman bin Auf dan Ubaidillah bin Abdullah bin utbah.

Dan kami berpisah pada siang harinya. Aku pernah berguru kepada Zaid bin Tsabit yang saat itu menjadi kepala pengadilan dan lembaga pemberi fatwa, pengajaran Al-Qur’an dan ilmu Faraidh di Madinah pada masa umar bin Al-Khathab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Kemudian aku dan Abu Bakar bin Abdirrahman berguru kepada Abu Hurairah, Sedangkan Urwah bin Az-Zubair telah lebih dahulu berguru kepada sayyidah Aisyah ra.,

Baca Juga:  Biografi Imam Jalaluddin Al Mahalli Pengarang Tafsir Jalallain

Ibadah Urwah bin az- Zubair

Berbicara masalah ibadah dari ulama satu ini tentu tidak dipertanyakan, dan hal ini banyak diperkuat oleh para ulama terdahulu, seperti dari Dari Ali bin Al-Mubarak Al-Hana’i, beliau berkata,

Hisyam bin Urwah telah memberitahukan kepada kami, dia berkata bahwa sesungguhnya ayahnya sering melakukan puasa sepanjang tahun kecuali pada saat hari raya Idul Fitri dan hari raya kurban (Idul Adha). Hingga ketika dia meninggal pun tetap dalam keadaan berpuasa.”

Sama halnya dari Malik bin Anas dari Hisyam bin Urwah, beliau berkata “Kami pernah berjalan-jalan dengan Urwah brn Az-Zubair. Dia saat itu sedang berpuasa, akan tetapi kami tetap makan. Walaupun begitu dia tidak menyuruh kami untuk melakukan hal yang sama yaitu berpuasa (seperti dia) dan dia pun tidak membatalkan puasanya.”

Sedangkan dari Ibnu Syaudzab, dia berkata, “Urwah bin Az Zubair selalu membaca seperempat Al-Qur’an dengan cara melihat mushaf setiap hari, dan bangun malam untuk melakukan shalat sunnah dengan membaca seperempat Al Qur’an juga. Dia tidak pernah meninggalkan rutinitasnya itu sedikitpun kecuali saat kakinya harus diamputasi karena dia menderita kanker yang menyebar dan menggerogoti tubuhnya”

Guru dan Muridnya

Diantara guru-guru Urwah bin az Zubair adalah:

  1. Ayahnya Zubair bin Awwam
  2. Saudaranya Abdullah bin zubair,
  3. Ibunya Asma’ binti Abu Bakar Ash-shiddiq,
  4. Ali bin Abi rhalib,
  5. Said bin Zaid bin Amr bin Nufail,
  6. Hukaim bin Hizam,
  7. zaid ibn Tsabit,
  8. Abdullah bin Ja’far,
  9. Abdullah bin Abbas,
  10. Abdullah bin Umar Abdullah bin Amr bin Al-Ash,
  11. Usamah bin Zaid,
  12. Abu Ayyub,
  13. Abu Hurairah,
  14. Hajjaj Al-Aslami,
  15. Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi,
  16. Amr bin Al-Asb Muhammad bin Maslamah,
  17. Al-Miswar bin Mukhramah,
  18. Al-Mughirah bin Asy-Syu’bah,
  19. Najiah Al-Aslami,
  20. Abu Humaid As-saidi,
  21. Hisyam bin Hukaim bin Hizam,
  22. Yatsar bin Mukrim,
  23. Zainab binti Abi salamah,
  24.  Umar bin Abi Salamah dan ibunya Ummu salamah isteri Rasulullah,
Baca Juga:  Biografi Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi

Sedangkan murid-muridnya antara lain:

  1. Abdullah,
  2. Utsman,
  3. Hisyam,
  4. Muhammad,
  5. Yahya,
  6. cucunya Umar bin Abdullah bin Urwah,
  7. keponakannya Muhammad bin Ja’far bin Az-Zubair,
  8. Abu Al-Aswad Muhammad bin Abdirrahman bin Naufal,
  9. Hubaib dan Zumail budaknya,
  10. Sulaiman bin Yasar,
  11. Abu Salamah bin Abdirrahman,
  12. Abu Burdah bin Abi Musa,
  13. Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah (mereka termasuk saudaranya),
  14. Tamim bin Salamah As Sulami,
  15. Sa’ad bin Ibrahim bin Abdirrahman bin ‘Auf,
  16. Said bin Khalid bin Amr Ibnu Utsman bin Affan,
  17. Shaleh bin Kaisan,
  18. Abdullah bin Abi Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm,
  19. Umar bin Abdul Aziz
  20. Amr bin Dinar

Kekaguman Para Ulama Terhadapnya

Sebagai seorang ulama Fiqh besar, tentulah ada banyak ulama sezamannya yang menaruh kekaguman terhadap ulama yang sederhana satu ini, diantaranya ialah Muhammad bin Sa’ad berkata, “Urwah adalah seorang yang dapat dipercaya, banyak meriwayatkan hadits, ahli fikih, luas wawasan keilmuannya, meyakinkan dan dapat dipercaya.”

Sedangkan Ahmad bin Abdullah Al-‘Ajali berkata, “Dia adalah orang yang bersosial tinggi dan mudah bergaul, dapat dipercaya, seorang yang saleh dan tidak pernah terjebak dalam fitnah.”

Adapun Dari Umar bin Abdul Aziz, beliau berkata, “Tidak ada seorang pun yang lebih luas wawasannya daripada urwah bn Az-Zubair. Dan apa yang dia ketahui, maka dia tahu pula yang tidak diketahuinya meski hanya sedikit.”

Dari Abdurrahman bin Humaid bin Abdirrahman berkata, “Aku masuk masjid bersama ayah. Kemudian aku melihat banyak orang mengerumuni seseorang, lalu ayah berkata, “Coba lihat, siapa yang dikerumuni banyak orang itu?” Lalu aku mencoba melihatnya dan tenyata dia adalah Urwah bin Az-Zubair.

Baca Juga:  Biografi Singkat Abuya Sayyid Muhammad Alawi al Maliki

Usai itu, aku memberitahukan kepada ayah dan aku sendiri merasa heran, lalu ayah mengatakan, “Wahai puteraku, janganlah kamu heran, kamu telah melihat salah seorang sahabat Rasulullah, mereka itu sedang bertanya atau meminta fatwa kepadanya.”

Pesan Urwah bin az Zubair Kepada Anaknya

Dari Hisyam bin Urwah, dia berkata, “Urwah brn Az-Zubair berkata kepada anaknya, “Wahai puteraku, kalian tidak akan mendapatkan petunjuk dari Tuhan kalian, selama kalian merasa malu untuk meniti jalan kemuliaan-Nya. Sesungguhnya, Allah Dzat yang memuliakan orang-orang yang pantas mendapat kemuliaan dan berhak, Dialah Dzat yang berhak memilihnya.”

Wahai puteraku, belajarlah kalian, karena jika kalian dahulu adalah orang-orang kecil dan terbuang, maka semoga kalian menjadi pembesar mereka kelak di di kemudian hari (karena ilmu pengetahuan). Sukakah kalian menjadi orangtua yang bodoh?!”

Dalam sebuah nasehat tertulis, ayah berkata, “Ucapkanlah perkataan yang baik, perlihatkanlah wajah yang ramah dan tersenyum, sehingga kamu akan menjadi orang yang paling dicintai Allah SWT.”

*Sumber: 60 Biografi Ulama Salaf oleh Syaikh Ahmad Farid

Rosmawati