Ustadz Dadakan dan Pentingnya Profesionalisme Keilmuan dalam Islam

Ustadz Dadakan dan Pentingnya Profesionalisme Keilmuan dalam Islam

PeciHitam.org – Gembar-gembor profesionalisme dalam kehidupan modern ternyata hanya jargon belaka, yang tidak sepenuhnya menjadi landasan utama dalam berindak. Beberapa aspek kehidupan belum terlaksana dengan baik, dengan indikasi terjadi saling silang dalam mengambil dasar.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Maksudnya adalah profesional dalam bidang beragama. Fenomena yang ramai terjadi adalah orang bukan bidang dalam keagamaan berfatwa dengan penuh kepercayaan diri.

Kita mafhum bahwa jika kita berniat membuat bangunan maka perlu membutuhkan seorang arsitek, desaigner interior dan ahli konstruksi. Tujuannya jelas, untuk memastikan rumah, gedung atau bangunan yang dibangun sesuai dengan standar keamanan dan memenuhi unsur artistik.

Hal lainnya adalah menjadi seorang pengacara, harus bisa menguasai bidang hukum, lulusan fakultas hukum dan disumpah sesuai profesi oleh lembaga yang terkait.

Begitu juga dalam bidang Kedokteran, tidak akan mungkin seseorang yang baru membaca sekian buku Kesehatan akan mendapatkan ijin praktik kesehatan dari Dinas Kesehatan tanpa memiliki latar belakang lulusan dan kompetensi dalam bidang kesehatan.

Singkatnya tidak akan mungkin kita membangun rumah dikonsultasikan pada seorang dengan keahlian Tata Boga, mempunyai masalah Hukum dikonsultasikan dengan Psikolog dan kita sakit merujuk resep pada seorang desaigner pakaian.

Baca Juga:  Empat Alasan Imam Al-Syafi’i Masyhur Sebagai Ahli Fiqih

Pola pikir profesional pada era modern memang seperti menjadi napas dalam kehidupan. Akan tetapi fenomena yang terjadi dalam salah satu aspek kehidupan beragama di Indonesia bisa membuat kita mengernyitkan dahi.

Ya, fenomena tersebut adalah banyaknya kejadian Ustadz yang berlatar belakang bukan pendidikan pesantren, lembaga pendidikan keislaman atau lainnya mengeluarkan fatwa dengan serampangan. Logika dasarnya laksana kita meminta resep penyakit pada seorang ahli tata busana. Ambyar dan sesat dan menyesatkan.

Bukan maksud mengecilkan tingkat pengetahuan mereka dalam memahami sumber hukum Islam, akan tetapi pola ini sangat bertentangan dengan ilmu profesionalisme.

Seharusnya, dalam memilih sumber dalam beragama juga harus memperhatikan latar belakang orang tersebut. Al-Quran memberi aba-aba terkait hal ini dalam ayat;

قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ – ١٣٥

Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan (Qs. Al-Anam: 135)

Penguat lainnya juga Allah Firmankan dalam surah berikut;

Baca Juga:  Teks Saja Tidak Cukup, Tuntutan Memahami Islam Melalui Jalur Penafsiran

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ – ٤٣

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (Qs. An-Nahl: 43)

kata (مَكَانَتِكُمْ) menunjukan bahwa kita tidak boleh melampaui kompetensi dan keahlian kita, apalagi latah dengan menganggap diri mampu padahal tidak memiliki kapasitas dalam bidang tersebut.

Dan jika kita membutuhkan sebuah kebenaran dalam bidang tertentu, misala dalam Agama, maka kita diperinthakan untuk (فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ)-bertanyalah kepada Ahlinya, guna menjamin apa yang kita lakukan sesuai dengan kebenaran atau minimal mendekati pada kebenaran.

Seyogyanya dalam era modern yang ditandai dengan pikiran-pikiran rasional juga membawa dampak pada pikiran rasional dalam beragama. Memang kewajiban dalam Islam, kita harus saling mengingatkan antar sesama. Karena islam sendiri adalah agama dakwah atau misionaris.

Baca Juga:  Banyak Ustadz Dadakan, Salah Siapa?

Akan tetapi jangan melampui batas kapasitas dan keahlian masing-masing. Jawaban “saya tidak TAHU” lebih terhormat dan lebih benar dari pada “Saya tahu dan saya mampu” padahal tidak memiliki kapasitas dalam menerangkan sebuah hukum.

Itulah sedikit ulalan tentang pentingnya profesionalisme dalam keilmuan menurut Islam. Hal ini juga sebagai bentuk kehati-hatian buat kita agar tidak berkomentar tentang hal yang tidak kita ketahui.

Mohammad Mufid Muwaffaq