Mengenal Warisan Budaya Literasi Syekh Mahfudz At-Tarmasi

syekh mahfudz at tarmasi

Pecihitam.org – Syekh Mahfudz At-Tarmasi adalah satu dari sekian banyak ulama yang mempunyai pengaruh besar di Nusantara. Ia dikenal dengan ulama yang mempunyai banyak karya dan mempunyai sanad keilmuan yang sampai pada Nabi Muhammad saw. Selain itu, ia adalah ulama yang lahir di Jawa. Tepatnya di daerah Termas, Pacitan, Jawa Timur pada hari Senin 6 Safar, 1280 H.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Syekh Mahfudz At-Tarmasi dilahirkan ketika ayahnya sedang di Mekkah. Kemudian ia diasuh oleh ibu dan juga sodara-sodaranya hingga ia hafal Al-Qur’an dan pendidikan agama dasar bersama ulama-ulama Jawa.

Kemudian pada tahun 1291 H orang tuanya Syekh Abdullah At-Tarmasi mengajaknya untuk pergi ke Mekkah dan belajar bersama ulama-ulama Mekkah termasuk ayahnya sendiri. Setelah ia lumayan lama ke Mekkah, kemudian ia kembali lagi ke Jawa.

Selama di Jawa, ia berjalan untuk menari guru lagi demi mendalami ilmu agamanya. Akhirnya Syekh Mahfudz berjalan menuju arah Semarang. Sesampainya di sana, ia mencari ulama yang mashur di zamannya. Ia juga seorang mufasir dan sekaligus ulama yang berpengaruh di Jawa yang bernama Syekh Sholeh bin Umar Darat.

Baca Juga:  Biografi Syaikh Kholil al Bangkalani al Maduri

Setelah bertemu dan menimba ilmu dengannya, akhirnya Syekh Mahfudz kembali lagi ke Mekkah dan belajar bersama para ulama-ulama terkenal.  Seperti  dalam bidang hadis ia belajar bersama Sayyid Bakar Syatha.

Meskipun Syekh Mahfudz lama tinggal di Mekkah untuk menimba ilmu agama. Namun ia selalu mengingat dan sangat menyayangi tanah kelahiranya yaitu Termas. Dengan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan sifat nasionalismenya yang selalu mengikat dalam hatinya. Akhirnya mulailah berdatangan orang-orang yang ingin belajar bersama Syekh Mafudz.

Banyaknya ilmu pengetahuan dan kedalaman dalam memahami agama Islam. Syekh Mafudz menjadi salah satu rujukan penting oleh para pengembara Ilmu agama. Banyak murid-muridnya hingga ada beberapa muridnya yang menjadi seorang ulama dalam pembaruan Islam.

Seperti Syekh Hasim Asy’ari pendiri pondok pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Selain mendirikan sebuah pesantren, Kiai Hasyim juga seorang pendiri dari organisasi Islam terbesar di dunia yaitu Nahdlatul Ulama ( NU).

Baca Juga:  Membangun Karakter Islam Khas Indonesia dengan Tradisi Intelektual Ulama Nusantara

Syekh Mahfudz selain menjadi seorang ulama yang sangat dihormati oleh murid-muridnya. Ia juga seorang ulama yang sangat produktif untuk menulis sebuah kitab. Hal tersebutlah yang membuatnya menjadi salah satu ulama nusantara yang mempunyai banyak sekali karya tulisnya.

Diantara karya-karyanya seperti bidang fiqih dan ushul fiqih, yaitu:

  1. al-Siqayah al-Mardiyah fi Asma al-Kutb al-Fiqhiyyah al-Syafi’iyyah
  2. Nail alMa’mul bi Hasyiyah Ghayah al-Wusul fi Ilm al-Usul
  3. al-Is’af alMatholi bi Syarh Badr al-Lami’ Nadham Jam’ al-Jawami
  4. Hasyiah Takmilah al-Manhaj al-Qawim ila Faraid
  5. Mauhibbah Zi al-Fadl ‘Ala Syarh Muqaddimah bi al-Fadl
  6. Tahyi’at al-Fikr bi Syarh Alfiyah al-Syair.

Adapun karya di bidang Tafsir, yaitu Fath al-Khabir bi Syarh Miftah al-Tafsir. Selain itu Syekh Mahfudz juga sangat produktif dalam menulis kitab hadis, seperti:

  1. Manhaj Dzawi al-Nadhar Syarh Mandhumah al-Asar
  2. alKhil’ah al-Fikriyyah bi Syarh al-Minhah al-Khairiyyah
  3. al-Minhah al-Khairiyyah fi Arba’in Hadisan Min Ahadis Khair al-Bariyyah
  4. Shulashiat al-Bukhari
  5. Inâyah al-Muftaqir fimâ Yata’allaq bi Sayyidinâ al-Khidr
  6. Bughyah al-Adzkiyâ’ fi al-Bahs ‘an Karâmâh al-Auliyâ’.

Banyaknya karya yang ditulis oleh Syekh Mahfudz at-Tarmasi ini menunjukan betapa disiplinnya ia dalam mengembangkan dunia literasi. Selain semangat dalam memahami ilmu agama, ia juga sangat semangat untuk menuliskan setiap apa yang ia dapatkan dari gurunya.

Baca Juga:  Bolehkah Memakan Daging Hewan yang Disembelih Tanpa Membaca Basmalah?

Ini artinya, ulama-ulama dulu sudah mengajari kepada kita semua untuk membaca, belajar dan menuliskan setiap yang didapatkan dari guru-guru kita. Baik guru di lingkungan akademisi, kampus, ataupun di dalam pesantren.

M. Dani Habibi, M. Ag