Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":10092,"date":"2019-09-19T18:36:10","date_gmt":"2019-09-19T11:36:10","guid":{"rendered":"https:\/\/www.pecihitam.org\/?p=10092"},"modified":"2019-09-19T18:36:11","modified_gmt":"2019-09-19T11:36:11","slug":"alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/","title":{"rendered":"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Tahun ini kita kembali berhadapan dengan kabut asap. Sekalipun hanya melanda sebagian wilayah Indonesia, peristiwa ini mengganggu berbagai aktivitas keseharian kita, mulai dari aktivitas mikro seperti kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah, kegiatan ekonomi di pasar-pasar, hingga aktivitas makro seperti hubungan komunikasi dan transportasi di negara kepulauan kita yang sangat luas ini.<\/p>\n\n\n\n

Belum lagi soal dampaknya bagi kesehatan dan hubungan antar bangsa. Dari tahun ke tahun, tak sedikit orang yang menderita penyakit bahkan sampai meninggal dunia akibat menghirup CO2 dan negara-negara tetangga juga tak henti-hentinya mengeluhkan kedatangan kabut asap<\/a><\/strong> ke wilayah mereka.<\/p>\n\n\n\n

Sebagian orang mengatakan ini adalah musibah. Tapi kebakaran\nhutan, serta kerusakan-kerusakan lingkungan lainnya, yang selalu terjadi\nberulang-ulang dan kita seakan menyerah dengan serangan-serangan balasan dari\nalam itu membuat kita bertanya-tanya: apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang sudah\nkita lakukan terhadap alam semesta sampai ia terus-terusan marah? Bagaimana\nkita memandang alam sehingga pandangan kita itu mempengaruhi segala perilaku\ndan perbuatan kita dalam hubungan antara manusia dan alam?<\/p>\n\n\n\n

Dalam sebuah diskusi kecil seorang teman mengatakan bahwa\nnorma-norma, baik teologi maupun filsafat, tidak mampu memberikan sumbangsih\napa-apa terhadap upaya mengatasi permasalahan ekologi ini. Yang terpenting\nbaginya adalah aksi nyata berupa perlawanan terhadap korporasi-korporasi elit\nyang rakus akan modal-modal produksi sehingga kelakuan mereka menyebabkan\nkerusakan alam.<\/p>\n\n\n\n

Namun bagi saya, prinsip-prinsip normatif tetap diperlukan\nkarena prinsip-prinsip tersebut meneguhkan makna etis bagi tindakan-tindakan\nmanusia, khususnya terhadap alam semesta. Bukankah perlawanan-perlawanan\nrevolusioner yang dicita-citakan itu berangkat dari suatu norma juga?\nPerlawanan memang tidak dapat ditinggalkan, tapi penguatan normatif tetap harus\ndilancarkan.<\/p>\n\n\n\n

Tradisi teologi dan filsafat memiliki khazanah yang kaya dalam\nhal ini. Seyyed Hossein Nasr dalam The Encounter Man and Nature<\/em>\n(diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Antara Tuhan, Manusia dan\nAlam<\/em>) mengatakan bahwa segala kekacauan yang melanda manusia modern, tidak\nhanya soal lingkungan hidup, terjadi akibat arogannya ilmu pengetahuan (sains) dan\npudarnya pengaruh metafisika dalam kesadaran.<\/p>\n\n\n\n

Secara lebih khusus, sains Barat \u2013 yang saat ini mendasari\nperkembangan teknologi yang kita gunakan \u2013 sejak awal telah gagal mengingat\nadanya hirarkhi keberadaan (eksistensi) dan pengetahuan (Nasr, 2003: 34).\nMeminjam istilah-istilah yang populer dalam poskolonialisme,\neksistensi-eksistensi ditempatkan dalam oposisi biner, antara \u201caku\u201d, \u201cego\u201d, \u201cthe\none<\/em>\u201d dengan \u201cyang lain\u201d, \u201cliyan\u201d, \u201cthe other<\/em>\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Sebaliknya, metafisika menyusun tingkatan-tingkatan\neksistensi secara bertingkat-tingkat dan, karena itu, patut diterima bahwa\ndalam konsep emanasi al-Farabi, misalnya, manusia berada pada tingkatan yang\nrendah dalam wujud yang setara dengan binatang dan tumbuhan, meski manusia\nmasih lebih tinggi daripada keduanya dalam hal kualitas intelek (\u2018aql<\/em>)\n(Mulyadi Kartanegara, 2003: 36).<\/p>\n\n\n\n

Posisi manusia, binatang dan tumbuhan, serta benda-benda\nbumi yang setara dan lebih rendah dari benda-benda lain, sebagaimana diurai di\natas, melahirkan konsekuensi etis dalam hubungan manusia dengan alam. Karena\nberada pada posisi yang setara, maka mengeksploitasi dan merusak alam adalah\npelanggaran moral yang serius bagi manusia.<\/p>\n\n\n\n

Konsep hirarki wujud juga terkandung dalam metafisika Ibnu Arabi, namun kali ini jauh berbeda dengan emanasi al-Farabi. Bagi Ibnu Arabi, dalam dalam proses penciptaan manusia dan alam semesta mendapatkan tiupan ruh dari Ruh Ilahi, daya yang membuat tubuh alam hidup. <\/p>\n\n\n\n

Di sini ruh-ruh seluruh makhluk bersumber dari Ruh Ilahi, sehingga ruh-ruh itu berada dalam kesatuan wujud dengan Sang Wujud (Noer, 2011: 202). Prinsip ini merupakan muara bagi seluruh metafisika Ibnu Arabi yang dinamai oleh murid-muridnya dengan istilah \u201cwahdat al-wujud<\/em>\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Sesungguhnya wahdat al-wujud<\/em> berbeda dengan\npantheisme, karena meskipun Ibnu Arabi menyatakan dalam al-Futuhat\nal-Makiyyah<\/em> \u201cjiwa-jiwa diciptakan dari asal yang satu (ma\u2019din wahidah<\/em>)\u201d\n(vol. 3, 2006: 410) dan \u201cruh-ruh itu adalah roh yang satu (ruh wahhidah<\/em>)\u201d\n(vol. 5, 2006: 278), tapi pada hakikatnya semua yang ada hanyalah manifestasi (tajalli<\/em>)\nTuhan.<\/p>\n\n\n\n

Karena eksistensi makhluk hanyalah manifestasi Tuhan, senada\ndengan iluminasi Syuhrawardi, wujud dalam pandangan Ibnu Arabi analog dengan\ncahaya. Dengan analogi tersebut realitas memiliki warna-warnanya sendiri-sendiri\nyang khas, meski kemudian warna-warna tersebut akhirnya rusak oleh fakta bahwa\nsemua warna menjadikan Cahaya Tunggal menjadi tampak (Chittik dalam Nasr, 2003:\n630). Jadi, makhluk berasal dari Tuhan tapi bukan Tuhan itu sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Dengan demikian, prinsip wahdat al-wujud<\/em> Ibnu Arabi juga mengandung konsekuensi logis kemudian etis. Manifestasi Tuhan ke dalam jiwa makhluk mengindikasikan hirarki wujud terdiri dari dua tingkatan, yakni Martabat Ahadiyah<\/em> atau zat Allah yang mutlak dan Martabat Wahidiyah<\/em> atau manifestasi Tuhan dalam diri makhluk. <\/p>\n\n\n\n

Akhirnya, eksistensi manusia dan alam sama-sama berada di bawah eksistensi Tuhan, sehingga jika manusia merusak alam berarti manusia merusak sesamanya.<\/p>\n\n\n\n

Perbendaharaan kita akan lebih kaya jika kita lebih jauh mengulas metafisika Mulla Shadra yang pemikirannya memang berfokus pada filsafat wujud. Tapi dengan memahami Ibnu Arabi kita akan mudah memahami pula Mulla Shadra dengan ungkapannya \u201cal-wahdah fi \u2018ain al-katsrah<\/em>\u201d (kesatuan dalam keragaman) (Yazdi, 2003: 209). <\/p>\n\n\n\n

Kita juga tidak bisa melewatkan Ikhwan al-Shafa, khususnya risalah tentang debat antara manusia dengan delegasi dari kerajaan hewan. Risalah itu mengandung ajaran normatif dan tentunya juga pesan etis tentang hubungan antara manusia dan alam.<\/p>\n\n\n\n

Sekarang kita beralih ke metafisika Timur. Taoisme\nmengajarkan bahwa bumi tidaklah bersifat profan yang berhadapan dengan Yang\nSakral. Ia merupakan sebuah bayangan prototipe ilahi yang berkontemplasi\ntentangnya akan mengantar kepada realitas yang disebut dengan \u201clangit\u201d. Tugas\nmanusia spiritual, karena itu, adalah merenungkan alam dan bersatu dengannya.\nUntuk berbahagia dengan alam, orang harus secara benar menerima norma dan ritme\nalam, bukan mendominasi dan menguasainya (Nasr, 2003: 103-105).<\/p>\n\n\n\n

Doktrin Vedanta dalam Hinduisme tentang Atman<\/em> dan maya<\/em> menyatakan bahwa dunia bukanlah realitas absolut, terpisah dari Penciptanya, tetapi sebagai selubung yang menyembunyikan Jiwa Tertinggi. Karena itu, tugas manusia adalah \u201cmenemukan\u201d Jiwa Tertinggi (Atman<\/em>) itu dengan membebaskan dirinya dari kungkungan dunia (kosmos) yang merupakan maya<\/em>, sehingga akhirnya dunia jadi tidak begitu penting. <\/p>\n\n\n\n

Caranya adalah dengan menimba pengetahuan (dharma<\/em>), baik tentang realitas eksternal (Tuhan) maupun alam fisik, sehingga pengetahuan tentang alam terkait erat dengan hukum moral, spiritual dan kesucian. Satu-satunya jalan selamat, bagi Hinduisme, adalah dengan menembus misteri alam (Nasr, 2003: 107-109).<\/p>\n\n\n\n

Metafisika Kristen juga tak dapat diabaikan dalam menelaah\nnorma tentang lingkungan hidup. Dalam Perjanjian Lama terdapat ajaran tentang\npartisipasi alam dalam pandangan hidup agama, seperti, salah satunya, visi\nHosea dimana Tuhan mengadakan perjanjian dengan binatang dan tumbuhan agar\ndapat menjamin perdamaian. Sedangkan dalam Perjanjian baru, kebangkitan Kristus\ndiikuti dengan kehancuran dan pembaruan alam (Nasr, 2003: 119).<\/p>\n\n\n\n

Akhirnya, khazanah metafisika dalam berbagai tradisi agama memiliki norma-norma yang serupa tentang hubungan antara manusia dan alam serta pentingnya menjaga hubungan tersebut tetap harmonis. Dengan demikian, menjaga kehidupan alam semesta dan berupaya tidak merusak lingkungan hidup merupakan bahasa yang universal.<\/p>\n\n\n\n


\n\n\n\n

Sumber:<\/p>\n\n\n\n

  • Ibnu Arabi, 2006, al-Futuhat al-Makiyyah<\/em>, ed. Ahmad Syams al-Din, Beirut: Dar al-Kutub al-\u2018Ilmiyyah.<\/li>
  • Kartanegara, Mulyadi, 2003, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam<\/em>, Bandung: Mizan<\/li>
  • Nasr, Seyyed Hossein, 2003, Antara Tuhan, Manusia dan Alam<\/em> (terjemahan dari The Encounter Man and Nature<\/em>), Yogyakarta: IRCiSoD<\/li>
  • Nasr, Seyyed Hossein, 2003, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam (Buku Pertama)<\/em> (terjemahan dari History of Islamic Philosophy<\/em>), Bandung: Mizan<\/li>
  • Noer, Kautsar Azhari, 2011, Pemerintahan Ilahi atas Kerajaan Manusia: Psikologi Ibn \u2018Arabi tentang Ruh<\/em>, Jurnal Kanz Philosophia, vol. I, No. 2.<\/li>
  • Yazdi, Muhammad Taqi Misbah, 2003, Buku Daras Filsafat Islam<\/em>, Bandung: Mizan <\/li><\/ul>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

    Pecihitam.org – Tahun ini kita kembali berhadapan dengan kabut asap. Sekalipun hanya melanda sebagian wilayah Indonesia, peristiwa ini mengganggu berbagai aktivitas keseharian kita, mulai dari aktivitas mikro seperti kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah, kegiatan ekonomi di pasar-pasar, hingga aktivitas makro seperti hubungan komunikasi dan transportasi di negara kepulauan kita yang sangat luas ini. Belum lagi […]<\/p>\n","protected":false},"author":37,"featured_media":10121,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[4268,2221,4270,4271],"yoast_head":"\nAlam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Metafisika Islam mengajarkan Eksistensi manusia dan alam sama-sama berada di bawah eksistensi Tuhan, jika manusia merusak alam berarti ia merusak sesamanya\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Metafisika Islam mengajarkan Eksistensi manusia dan alam sama-sama berada di bawah eksistensi Tuhan, jika manusia merusak alam berarti ia merusak sesamanya\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-09-19T11:36:10+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-09-19T11:36:11+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Alam-dalam-Pandangan-Metafisika-Islam-dan-Timur.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Yunizar Ramadhani\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Yunizar Ramadhani\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"5 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/\"},\"author\":{\"name\":\"Yunizar Ramadhani\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77\"},\"headline\":\"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur\",\"datePublished\":\"2019-09-19T11:36:10+00:00\",\"dateModified\":\"2019-09-19T11:36:11+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/\"},\"wordCount\":1102,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Alam-dalam-Pandangan-Metafisika-Islam-dan-Timur.jpg\",\"keywords\":[\"Alam\",\"filsafat islam\",\"Lingkungan Hidup\",\"Metafisika\"],\"articleSection\":[\"Khazanah\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/\",\"name\":\"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Alam-dalam-Pandangan-Metafisika-Islam-dan-Timur.jpg\",\"datePublished\":\"2019-09-19T11:36:10+00:00\",\"dateModified\":\"2019-09-19T11:36:11+00:00\",\"description\":\"Metafisika Islam mengajarkan Eksistensi manusia dan alam sama-sama berada di bawah eksistensi Tuhan, jika manusia merusak alam berarti ia merusak sesamanya\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Alam-dalam-Pandangan-Metafisika-Islam-dan-Timur.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Alam-dalam-Pandangan-Metafisika-Islam-dan-Timur.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77\",\"name\":\"Yunizar Ramadhani\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g\",\"caption\":\"Yunizar Ramadhani\"},\"description\":\"Guru Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri Martapura Kalimantan Selatan | Alumni Jurusan Aqidah-Filsafat dan Program Pasca Sarjana IAIN Antasari Banjarmasin\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/yunirama\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur - Pecihitam.org","description":"Metafisika Islam mengajarkan Eksistensi manusia dan alam sama-sama berada di bawah eksistensi Tuhan, jika manusia merusak alam berarti ia merusak sesamanya","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur - Pecihitam.org","og_description":"Metafisika Islam mengajarkan Eksistensi manusia dan alam sama-sama berada di bawah eksistensi Tuhan, jika manusia merusak alam berarti ia merusak sesamanya","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-09-19T11:36:10+00:00","article_modified_time":"2019-09-19T11:36:11+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Alam-dalam-Pandangan-Metafisika-Islam-dan-Timur.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Yunizar Ramadhani","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Yunizar Ramadhani","Est. reading time":"5 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/"},"author":{"name":"Yunizar Ramadhani","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77"},"headline":"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur","datePublished":"2019-09-19T11:36:10+00:00","dateModified":"2019-09-19T11:36:11+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/"},"wordCount":1102,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Alam-dalam-Pandangan-Metafisika-Islam-dan-Timur.jpg","keywords":["Alam","filsafat islam","Lingkungan Hidup","Metafisika"],"articleSection":["Khazanah"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/","name":"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Alam-dalam-Pandangan-Metafisika-Islam-dan-Timur.jpg","datePublished":"2019-09-19T11:36:10+00:00","dateModified":"2019-09-19T11:36:11+00:00","description":"Metafisika Islam mengajarkan Eksistensi manusia dan alam sama-sama berada di bawah eksistensi Tuhan, jika manusia merusak alam berarti ia merusak sesamanya","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Alam-dalam-Pandangan-Metafisika-Islam-dan-Timur.jpg","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Alam-dalam-Pandangan-Metafisika-Islam-dan-Timur.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/alam-dalam-pandangan-metafisika-islam-dan-timur\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Alam dalam Pandangan Metafisika Islam dan Timur"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77","name":"Yunizar Ramadhani","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g","caption":"Yunizar Ramadhani"},"description":"Guru Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri Martapura Kalimantan Selatan | Alumni Jurusan Aqidah-Filsafat dan Program Pasca Sarjana IAIN Antasari Banjarmasin","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/yunirama\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/10092"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/37"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=10092"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/10092\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/10121"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=10092"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=10092"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=10092"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}