Pecihitam.org<\/strong> – Asap berwarna kuning pekat belakangan ini menutupi langit-langit pulau Sumatera dan Kalimantan. Bahkan, kabarnya kabut asap tersebut sudah sampai ke negeri tetangga, Singapura dan Malaysia. Dikabarkan pula bahwa kabut asap tersebut juga telah menelan korban jiwa, ada seorang balita meninggal dunia. Dengan demikian, peristiwa tersebut adalah peristiwa kemanusiaan.<\/p>\n\n\n\n Dalam ajaran Islam pernah dikabarkan bahwa kerusakan lingkungan di dunia itu daripada disebabkan oleh bencana alam alamiah (seperti gempa bumi) lebih sering terjadi disebabkan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri. <\/p>\n\n\n\n Manusia terlampau rakus dan mengeksploitasi lingkungan alam di bumi secara berlebihan, menjadikan keseimbangannya terganggu. Dan dampaknya adalah bencana alam yang akhirnya menelan korban jiwa.<\/p>\n\n\n\n Kerusakan lingkungan ini jika ditelisik dari sisi kesejarahan adalah bermula sejak ditemukannya teknologi di Eropa pada abad ke-17\/18 masehi. Saat itu mulai ditemukannya mesin uap, kemudian setelah ditemukannya teknologi tersebut, manusia mulai membuat pabrik modern dalam skala besar. <\/p>\n\n\n\n Rupa-rupanya penemuan tersebut tak hanya membawa dampak positif, dampak negatifnya malah terlamau lebih banyak diakibatkannya.<\/p>\n\n\n\n Penemuan teknologi modern tersebut memang penuh ambivalensi dan anomali. Di satu sisi ia membawa peradaban manusia lebih berkembang, dalam segala lini manusia melakukan modernisasi. <\/p>\n\n\n\n Akan tetapi, di sisi yang lain, penemuan tersebut membawa petaka bagi umat manusia. Semakin banyak hutan dan lahan yang dijadikan industri dan secara bersamaan kerusakan alam yang diakibatkannya juga semakin menjadi-jadi.<\/p>\n\n\n\n Sejak saat itulah kerusakan lingkungan di bumi ini terus berlangsung. Hutan semakin gundul, satwa semakin punah, es di kutub semakin mencair, oksigen semakin menipis, polusi udara terjadi di mana-mana, dan bumi semakin panas. <\/p>\n\n\n\n Dalam kondisi demikian itu, kita sebagai umat Islam perlu merespon kondisi-kondisi lingkungan kekinian yang sedang mengalami pengrusakan yang tak henti-hentinya itu.<\/p>\n\n\n\n