PeciHitam.org – <\/strong>Sering bagi yang belum menikah atau yang masih melakukan pencarian pasangan membayangkan masa depannya. Seperti bagaimana suami\/istri serta anaknya kelak Atau yang lebih dini, bagaimana proses yang akan dilewati sebelum memulai lembaran baru yaitu membangun rumah tangga.<\/p>\n Proses atau pola urutan manakah yang lebih sesuai dengan tuntunan Islam dalam membangun rumah tangga? Apakah seperti yang lazim di masyarakat di zaman sekarang, yakni cinta – perkawinan \u2013 seks, ataukah seperti yang sering terjadi di zaman dulu, yakni perkawinan – seks – cinta?<\/p>\n Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur\u2019an, Surah Ar-Rum, Ayat 21:<\/p>\n \u0648\u064e\u0645\u0650\u0646\u0652 \u0622\u064a\u064e\u0627\u062a\u0650\u0647\u0650 \u0623\u064e\u0646\u0652 \u062e\u064e\u0644\u064e\u0642\u064e \u0644\u064e\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0645\u0650\u0646\u0652 \u0623\u064e\u0646\u0652\u0641\u064f\u0633\u0650\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0623\u064e\u0632\u0652\u0648\u064e\u0627\u062c\u064b\u0627 \u0644\u0650\u062a\u064e\u0633\u0652\u0643\u064f\u0646\u064f\u0648\u0627 \u0625\u0650\u0644\u064e\u064a\u0652\u0647\u064e\u0627 \u0648\u064e\u062c\u064e\u0639\u064e\u0644\u064e \u0628\u064e\u064a\u0652\u0646\u064e\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0645\u064e\u0648\u064e\u062f\u0651\u064e\u0629\u064b \u0648\u064e\u0631\u064e\u062d\u0652\u0645\u064e\u0629\u064b \u06da\u00a0 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e \u0641\u0650\u064a \u0630\u064e\u0670\u0644\u0650\u0643\u064e \u0644\u064e\u0622\u064a\u064e\u0627\u062a\u064d \u0644\u0650\u0642\u064e\u0648\u0652\u0645\u064d \u064a\u064e\u062a\u064e\u0641\u064e\u0643\u0651\u064e\u0631\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n Artinya: \u201cDan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian semua istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.\u201d<\/p>\n Marilah kita kembali pada ayat yang di awal telah disebutkan. Ayat tersebut akan diuraikan sesuai dengan kandungan maknanya. Secara sederhana dapat dipahami bahwa ayat di atas memiliki setidaknya 3 (tiga) makna penting, yaitu:<\/p>\n Artinya: \u201cDan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah menciptakan istri-istri untuk kamu semua dari jenismu sendiri.\u201d<\/p>\n Salah satu makna penting dalam penggalan ayat ini ialah, bahwasannya sebuah rumah tangga diawali dengan sebuah perkawinan. Tidak boleh sebuah rumah tangga diawali dengan seks tanpa perkawinan atau kumpul kebo. Kumpul kebo itu sendiri seringkali barawal dari cinta.<\/p>\n Oleh karena itu kita patut berhati-hati dengan cinta yang datangnya sebelum perkawinan karena bisa menjerumuskan jika tidak dikontrol dengan baik.<\/p>\n Melalui sebuah perkawinan, seorang laki-laki dan seorang perempuan melakukan akad nikah dengan syarat dan rukun tertentu. Hubungan ini penting karena memberikan legitimasi terbentuknya sebuah rumah tangga sebagai tempat bersandar untuk mencapai ketentraman hidup atau yang disebut dengan kehidupan yang\u00a0sakinah.<\/p>\n Artinya: \u201cAllah menciptakan istri-istri untuk kamu semua dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.\u201d<\/p>\n Penggalan ayat kedua ini mengandung makna bahwasannya tempat bersandar berupa rumah tangga dimaksudkan oleh Allah agar manusia dapat menemukan ketenteraman hidup atau kehidupan yang\u00a0sakinah.<\/p>\n Kita semua memahami bahwa manusia dianugerahi Allah SWT dengan syahwat atau hawa nafsu sebagaimana dinyatakan dalam penggalan dalam Surah Ali Imran ayat 14 berikut ini:<\/p>\n \u0632\u064f\u064a\u0651\u0650\u0646\u064e \u0644\u0650\u0644\u0646\u0651\u064e\u0627\u0633\u0650 \u062d\u064f\u0628\u0651\u064f \u0627\u0644\u0634\u0651\u064e\u0647\u064e\u0648\u064e\u0627\u062a\u0650 \u0645\u0650\u0646\u064e \u0627\u0644\u0646\u0651\u0650\u0633\u064e\u0627\u0621 \u0648\u064e\u0627\u0644\u0652\u0628\u064e\u0646\u0650\u064a\u0646\u064e ….<\/strong><\/p>\n Artinya: \u201cDijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak…\u201d<\/p>\n Penggalan ayat di atas menegaskan bahwa dalam hidup ini manusia dibekali nafsu tertentu, contohnya laki-laki memiliki kecenderungan untuk menyukai perempuan dan sebaliknya perempuan berkecenderungan menyukai laki-laki.<\/p>\n Mereka juga cenderung menyukai anak-anak sebagai darah dagingnya. Untuk itulah manusia dibekali dengan nafsu seks untuk mendapatkan keturunan. Nafsu seks seperti itu harus mendapatkan tempat penyaluran yang benar, yakni dengan memiliki pasangan hidup yang disebut istri atau suami.<\/p>\n Artinya: \u201cDan dijadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.\u201d<\/p>\n Dengan adanya tempat bersandar yang jelas melalui perkawinan yang sah, maka di situlah nafsu seks yang kemudian berkembang menjadi rasa kasih atau cinta menemukan salurannya secara benar. Cinta birahi (mawaddah) adalah rasa kasih yang pengungkapannya melalui hubungan badan atau seks.<\/p>\n Sebagaimana diuraikan di atas, seks itu sendiri hanya boleh disalurkan setelah perkawinan. perkawinan tanpa seks sulit untuk mencapai cinta, dan seks tanpa perkawinan adalah perzinahan dan tidak akan menghasilkan cinta sejati yang dalam bagian ayat itu disebut (kasih) sayang (rahmah). Sayang atau cinta sejati atau\u00a0rahmah\u00a0menjadi puncak dari sebuah perkawinan dan seks.<\/p>\n Dengan demikian berdasarkan Surah Ar-Rum, ayat 21, penulis menyimpulkan proses atau pola urutan membangun rumah tangga yang sesuai dengan tuntunan Islam ialah perkawinan \u2013 seks \u2013 cinta.<\/p>\n Pertanyaannya yang muncul lagi, bisakah perkawinan atau pembentukan rumah tangga tanpa ada cinta sebelumnya?<\/p>\n Jawabnya adalah seseorang bisa membangun rumah tangga meskipun tanpa ada dasaran cinta. Niat beribadah kepada Allah sesungguhnya merupakan pondasi yang lebih mendasar dan kokoh bagi sebuah perkawinan dari pada sekedar cinta yang sewaktu-waktu bisa menghilang di tengah jalan, atau hanya menggebu-gebu di awal, atau bahkan berubah menjadi kebencian yang mendalam.<\/p>\n Sebetulnya tidak menjadi masalah ada cinta sebelum perkawinan selama cinta itu dapat dikelola dengan baik, tetapi janganlah cinta itu menjadi hal satu-satunya yang mendasari perkawinan karena sekali lagi ada hal yang lebih luhur dan mulia dari pada sekedar cinta, yakni niat beribadah kepada Allah SWT.<\/p>\n\n
\n
\n