Ibu Zakariyya meminta kepada Syaikh Shalih untuk membawa Zakariyya ke kota besar Kairo. Syaikh Shalih berkata, \u201cJika Ibu setuju, akan saya bawa Zakariyya ke Al-Azhar untuk membantu pekerjaan dan sekaligus belajar di sana. Saya akan menanggung kehidupannya.\u201d<\/em> Demi masa depan putranya, sang ibu pun menyetujuinya, <\/p>\n\n\n\n

Semasa tinggal di Desa Sunaikah, Zakariyya kecil sudah mahir membaca Al-Qur\u2019an dan mempelajari kitab \u2018Umdah al-Ahkam dan Mukhtashar at-Tabrizi. Kesukaannya terhadap bidang hafal\u00adan berlanjut saat ia belajar di Al-Azhar. Dalam rentang waktu yang terbilang singkat, Zakariyya muda telah hafal Al-Qur\u2019an dan beberapa kitab, seperti Al-Minhaj, Alfiyah Ibn Malik, Asy-Syathi biyyah, Alfiyyah al-Hadits, dan beberapa kitab lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Inilah rihlah pertamanya belajar ke Al-Azhar. Tak lama setelah itu, ia kembali ke kampung halamannya, untuk bekerja. Beberapa waktu kemudian Zakariyya muda kembali ke Kairo untuk kembali belajar di Al-Azhar. Pada rihlah keduanya ini, ia belajar kitab Syarh al-Bahjah, Al-\u2018Adhud, Syarh al-\u2018Ibari, Syarh Tashrif al-\u2018Izzi, dan banyak lagi.<\/p>\n\n\n\n

Ia mempelajari hampir semua kitab dalam berbagai macam cabang keilmuan, termasuk matematika, seni menulis indah, dan ilmu retorika. Semangat yang begitu besar untuk belajar telah menempatkannya pada hasil yang memuaskan. Jangan heran bilamana para gurunya pun memberi pujian dan ijazah yang sempurna.<\/p>\n\n\n\n

Tak kurang dari 150 ijazah diberikan kepadanya, termasuk ijazah dari Al-Hafizh Al-Asqalani, yang menuliskan kata-kata dalam ijazahnya.; \u201cAku izinkan bagi Zakariyya untuk membaca Al-Qur\u2019an dengan jalur periwayatan yang ditempuh\u00adnya, dan mengajarkan fiqih yang telah dituliskan dan diserahkan Al-Imam Asy-Syafii. Kepada Allah, kami, aku dan Zakariyya, memohon pertolongan untuk kelak dapat bersua dengan-Nya.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Para ulama selain Al-Asqalani juga memberikan pujian dan izin yang sama, sehingga, sebagaimana dikatakan Al-\u2018Aydarusi, sudah menjadi hal yang lumrah bilamana Zakariyya muda telah dibolehkan mengajar di samping para gurunya. Inilah yang menjadi cikal bakal keulamaannya pada waktu berikutnya.<\/p>\n\n\n\n

Tentang akhlaqnya, Al-\u2018Ala-i berkata; \u201cAl-Qadhi Zakariyya telah menyatukan ilmu pengetahuan, wawasan, dan karya tulisnya, dengan akhlaqnya yang mulia dan kebaikan langkahnya di hadapan para ulama besar yang diambil ilmunya, yang belum pernah ada pada ulama sebayanya.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Zakariya juga mengutarakan rasa terima kasihnya yang mendalam kepada Syaikh Rabi\u2019 bin Abdullah As-Sulami beserta keluarga, yang telah merawat dan mendidiknya dengan penuh perhatian. \u201cBagi\u00adku, Syaikh Rabi\u2019 adalah orang yang utama. Maka mudah-mudahan Allah mencukupi segala kebutuhannya, mengangkat kemuliaan untuknya dan keluarganya, khususnya istrinya, yang telah membesarkan dan merawatku,\u201d <\/em>ujar Zakariyya.<\/p>\n\n\n\n

Namun tidak sepenuhnya Zakariyya muda mengandalkan penghidupan yang diberikan dengan penuh kasih sayang dari keluarga Syaikh Rabi\u2019 itu. Pernah suatu waktu ia memilih untuk meninggalkan kediaman keluarga yang amat baik kepadanya itu, dengan menetap di emperan masjid Al-Azhar. Bila malam terasa dingin dan membuat perutnya lapar, ia menahannya, atau terpaksa memakan sisa makanan, seperti kulit semangka, yang sudah dibuang orang.<\/p>\n\n\n\n

Guru-gurunya<\/h4>\n\n\n\n

Guru Syaikh Zakariyya sangat banyak. Menurut para penulis biografi ulama, guru Zakariyya mencapai lebih dari 150 orang. Di antara guru-gurunya yang terkemuka adalah:<\/p>\n\n\n\n

1. Syaikh Zainuddin Abu Dzar Abdurrahman bin Muhammad Az-Zarkasyi Al-Hanbali.<\/li>
2. Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Ali Al-Qayati.<\/li>
3. Ibn Al-Majdi Syaikh Abu Al-\u2018Abbas Ahmad bin Rajab bin Thubaigha Asy-Syafi\u2019i.<\/li>
4. Ibn Al-Furat Al-Qadhi \u2018Izzuddin Abdurrahim Al-Mishri Al-Hanafi.<\/li>
5. Syaikh al-Hafizh Abu Al-Fadhl Ahmad Al-\u2018Asqalani.<\/li>
6. Syaikh Abu Al-Yaman Muhammad bin Muhammad Al-Hasyimi Al-\u2018Uqaili Al-Makki.<\/li>
7. Syaikh Abu Al-Fath Muhammad bin Abubakar Al-Qurasyi Al-\u2018Utsmani<\/li>
8. Ibn Zhuhairah Muhammad Al-Qurasyi Al-Makhzumi Al-Makki.<\/li>
9. Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli, Muhyiddin Al-Kafiyaji. <\/li><\/ol>\n\n\n\n

   Murid-muridnya<\/strong><\/h4>\n\n\n\n

   1. Sedangkan di antara murid-muridnya yang terkenal adalah:<\/li>
   2. Hamzah bin Abdul\u00adlah An-Nasyiri Al-Yamani.<\/li>
   3. Jamaluddin Abu Abdillah Abdul Qadir bin Hasan Ash-Shani Al-Qahiri.<\/li>
   4. Tajuddin Abdul Wahhab Ad-Danjihi Al-Mishri.<\/li>
   5. ali bin Muhammad Al-Maqdisi.<\/li>
   6. Al-Imam Al-\u2018Allamah Fakh\u00adruddin Utsman As-Sinbathi.<\/li>
   7. Al-Qadhi Muhammad bin Ahmad Al-Farfur Ad-Dimasyqi.<\/li>
   8. Syaikh Taqiyyuddin Abubakar bin Muhammad Al-Qari Ad-Dimasyqi, dan lain-lain.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

      Karya-karya Syaikh Zakariyya al-Anshari<\/strong><\/h4>\n\n\n\n

      Di samping berbagai kesibukannya itu, Syaikh Zakariyya al Anshari juga menyempatkan waktunya untuk menulis buku. Ia dikenal sebagai penulis syarah dan hasyiyah yang ulung. Ini menunjukkan keluasan dan kedalaman pengetahuannya, sebagaimana tampak dalam karya-karyanya.<\/p>\n\n\n\n

      Karya-karya Syaikh Zakariyya berkisar pada bidang aqidah, fiqih, ushul fiqh, faraidh, manthiq, tasawuf, hadits, nahwu, dan sebagainya. Tak kurang dari 50 karya dalam berbagai bidang tersebut yang ditulis semasa hidupnya yang panjang. Karyanya antara lain sebagai beriukut:<\/p>\n\n\n\n

      1. Fathur Rahman dalam bidang tafsir.<\/li>
      2. Ad-Daqa`iq al-Muhkamah dalam bidang qira’at.<\/li>
      3. Tuhfatu al-Bari ‘ala Shahih al-Bukhari dalam bidang hadis.<\/li>
      4. Tanqih Tahrir al-Lubab dalam bidang fiqih.<\/li>
      5. Fathul Baqi Syarh Alfiyah al-‘Iraqi dalam bidang mushthalah hadis.<\/li>
      6. Asna al-Mathalib fi Syarh Raudhatu ath-Thalib dalam bidang fiqih.<\/li>
      7. Al-Ghurar al-Bahiyyah fi Syarh al-Bahjah al-Wardiyyah dalam bidang fiqih.<\/li>
      8. Labb al-Ushul dalam bidang ushul fiqh.<\/li>
      9. Syarh Syudzur adz-Dzahab dalam bidang nahwu.<\/li>
      10. Syarh Risalah al-Qusyairi dalam bidang tasawuf.<\/li>
      11. Syarh Isaghuji dalam bidang manthiq (ilmu logika).<\/li>
      12. Al-Lulu<\/code> an-Nazhim fi Rumi at-Ta’allumi wa at-Ta’lim dalam bidang tarbiyah (ilmu pendidikan).<\/li>
      13. Berikut ini karya tulis Zakaria al-Anshari yang masih berbentuk manuskrip:<\/li>
      14. Fathul Jalil ta’liq (komentar) terhadap Tafsir al-Baidhawi<\/li>
      15. Tuhfatu Nujaba` al-‘Ashr dalam bidang tajwid.<\/li>
      16. Fathu al-‘Allam bi Syarhi al-I’lam bi Ahadits al-Ahkam dalam bidang fiqih.<\/li>
      17. Az-Zubdah ar-Ra`iqah syarh Qashidah Burdah fi madhi Rasulillah. dll<\/li><\/ol>\n\n\n\n

          Karomah dan Akhir Hayatnya<\/strong><\/h4>\n\n\n\n

          Syaikh Zakariyya al Anshari berpulang ke rahmatullah pada tanggal 4 Dzulhijjah 926 H\/27 November 1520 M dalam usia 100 tahun lebih. Selama itu hidupnya diisi penuh dengan ilmu, pendidikan, dakwah, dan mengajar, hingga ia diuji dengan kebutaan mata.<\/p>\n\n\n\n

          Syaikh Asy-Sya\u2019rani berkisah tentang kenangan sebelum wafatnya, wujud karamah yang Allah berikan kepada Syaikh Zakariyya al-Anshari. \u201cSuatu hari aku mengaji Syarah Al-Bukhari kepada Syaikh Zakariyya. Saat aku tengah membaca, ia berkata, \u2018Cukup, ceritakan kepadaku mimpimu semalam.\u2019<\/em><\/p>\n\n\n\n

          Memang aku bermimpi. Aku bersama Syaikh Zakariyya al-Anshari berada dalam suatu kapal yang layarnya dari sutra, permadaninya dari sutra hijau tipis, dan ada banyak balai-balai dan bantal dari sutra. Di situ aku melihat Imam Asy-Syafii tengah duduk dan Syaikh Zakariyya berada di sampingnya. Kapal ini terus berjalan menyusuri taman-taman dan pemandangan lain yang sangat indah dan mengesankan.<\/em><\/p>\n\n\n\n

          Selesai aku bercerita tentang mimpi itu, Syaikh Zakariyya al-Anshari berkata, \u2018Kalau mimpimu ini benar, kelak aku akan dimakamkan di samping Imam Syafii ra.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

          Ketika Syaikh Zakariyya meninggal, para muridnya telah menyiapkan makam untuknya di Bab An-Nashr, jauh dari pemakaman Imam Asy-Syafii. Ketika Asy-Sya\u2019rani mengisahkan ihwal mimpi dan dialognya dengan sang guru, seorang kawannya menuduhnya dusta.<\/p>\n\n\n\n

          Pada saat ta\u2019ziyah itu, utusan dari Pangeran Khair Beik, wakil Sultan Qaitbay, berkata, \u201cRaja sedang sakit saat ini sehingga tidak mampu datang berta\u2019ziah. Raja memerintahkan kalian untuk membawa jenazah Syaikh Zakariyya al-Anshari ke lapangan Qal\u2019ah untuk dishalati di sana.\u201d<\/p>\n\n\n\n

          Usai shalat Jenazah, yang dihadiri ribuan manusia, Pangeran Khair Beik berkata, \u201cMakamkan Syaikh Zakariyya al-Anshari di pekuburan Syaikh Najmuddin Al-Kha\u00adyusyani di depan makam Imam Asy-Syafii.\u201d<\/em> Ucapannya saat masih hidup pun terbukti di saat wafatnya itu. Subhanallah!<\/p>\n\n\n\n

          Syaikh Zakariyya meninggalkan beberapa orang putra yang meneruskan jalan kealimannya, di antaranya Jamalud\u00addin Yusuf bin Zakariyya, yang disebut sebagai \u2018alim al-\u2018allamah (seorang yang pintar dan berpengetahuan amat luas). Menurut Haji Khalifah, seorang ulama lainnya, putra Syaikh Zakariyya ini menulis syarah beberapa kitab mukhtashar (ringkasan) Madzhab Syafiiyyah, seperti kitab At-Tahrir fi Ushul al-Fiqh li Ibn Hammam.<\/p>\n\n\n\n

          Putranya yang lain yang memiliki nama yang sama dengannya, Zakariyya, juga dikenal kealimannya. Cucunya pun demikian, yang juga bernama Zakariyya, dikenal sebagai ulama terpandang. Dalam hal ini, Al-Ghozzi, seorang penulis biografi ulama, menyebutkan, \u201cZakariyya putra Zakariyya, seorang guru besar yang alim, cucu guru besar umat Islam Al-Qadhi Zakariyya Al-Anshari, adalah seorang cucu yang disayangi oleh kakeknya dengan penuh kasih sayang.\u201d Wallahua\u2019lam Bisshawab<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

          Pecihitam.org – Syaikh Zakariyya Al Anshari, nama lengkapnya adalah Zainuddin Abu Yahya Zakariyya bin Muhammad bin Ahmad bin Zakariyya Al-Anshari Al-Khazraji As-Sunaiki Al-Qahiri Al-Azhari Asy-Syafii. Tak ada kepastian tahun ke\u00adlahirannya, namun Imam As-Suyuthi, ulama yang hidup semasanya dan juga kawannya, memprediksi, tahun kelahiran Al-Anshari adalah 824 H, di Sunaikah, desa kecil yang terletak antara kota […]<\/p>\n","protected":false},"author":14,"featured_media":11494,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[12,16],"tags":[4172,4568,4567],"yoast_head":"\n