Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":11997,"date":"2019-09-30T20:39:14","date_gmt":"2019-09-30T13:39:14","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=11997"},"modified":"2019-09-30T20:46:49","modified_gmt":"2019-09-30T13:46:49","slug":"uang-suami-milik-istri-uang-istri-milik-istri-menurut-syariat-benarkah-demikian","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/uang-suami-milik-istri-uang-istri-milik-istri-menurut-syariat-benarkah-demikian\/","title":{"rendered":"Uang Suami Milik Istri, Uang Istri Milik Istri, Menurut Syariat Benarkah Demikian?"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Tidak hanya laki-laki, perempuan bekerja atau meniti karir sudah menjadi hal yang lumrah dizaman sekarang. Hal itu dikarenakan semakin berkembangnya zaman dan banyak sektor-sektor pekerjaan yang memang membutuhkan penanganan oleh perempuan seperti bidan, dokter kandungan, dll. Kemudian berkembang di masyarakat umum sebuah istilah yaitu \u201cuang suami milik istri dan uang istri milik istri.\u201d Untuk itu kali ini akan sedikit dibahas tentang hal tersebut, yaitu tentang bagaimana Islam mengatur hak-hak kepemilikan suami dan istri. Hal Ini cukup penting untuk mendudukkan persoalan secara jelas.<\/p>\n\n\n\n

Pada saat sebelum Islam datang, peradaban manusia terkait kedudukan perempuan terbilang masih rendah. Kala itu perempuan berada dalam perbudakan. Selagi kecil, ia berada di bawah belenggu ayahnya. Setelah menikah, belenggu perempuan berpindah tangan kepada suaminya.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai entitas di bawah kuasa orang lain, perempuan saat itu tidak memiliki hak atas harta, bahkan atas hidupnya sendiri. Tidak heran jika Surat At-Takwir ayat 8 dan ayat 9 menyinggung anak perempuan yang dikubur hidup-hidup. Al-Qur\u2019an mempertanyakan dosa apa yang dilakukan anak perempuan sehingga layak dibunuh hidup-hidup.<\/p>\n\n\n\n

Adapun Surat At-Takwir ayat 8 dan ayat 9 berbunyi sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u064e\u0625\u0650\u0630\u064e\u0627 \u0627\u0644\u0652\u0645\u064e\u0648\u0652\u0621\u064f\u0648\u062f\u064e\u0629\u064f \u0633\u064f\u0626\u0650\u0644\u064e\u062a \u0628\u0650\u0623\u064e\u064a\u0650\u0651 \u0630\u064e\u0646\u0652\u0628\u064d \u0642\u064f\u062a\u0650\u0644\u064e\u062a<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya, \u201cApabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Itu sebabnya, Islam kemudian datang untuk membebaskan kaum perempuan dari belenggu perbudakan yang menjadi sistem sosial kala itu. Islam mengembalikan atau memulihkan kepribadian dan hak perempuan yang disia-siakan. Islam memberikan hak kepada perempuan secara sempurna dalam relasinya dengan masyarakat dan keluarga. Hal ini disebutkan oleh Imam M Abu Zahrah dalam Ushulul Fiqih-nya ketika membahas sisi kemukjizatan Al-Qur\u2019an.<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u0623\u0639\u0637\u0649 \u0627\u0644\u0625\u0633\u0644\u0627\u0645 \u0627\u0644\u0645\u0631\u0623\u0629 \u062d\u0642\u0648\u0642\u0647\u0627 \u0643\u0627\u0645\u0644\u0629 \u0648\u062c\u0639\u0644 \u0645\u0627\u0644\u064a\u062a\u0647\u0627 \u0641\u064a \u0627\u0644\u0623\u0633\u0631\u0629 \u0645\u0641\u0635\u0648\u0644\u0629 \u0639\u0646 \u0645\u0627\u0644\u064a\u0629 \u0627\u0644\u0632\u0648\u062c<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya, \u201cIslam memberikan hak-hak perempuan secara sempurna. Islam menjadikan harta perempuan otonom secara kepemilikan dari harta suami dalam struktur keluarga,\u201d (Imam M Abu Zahrah, Ushulul Fiqh, (Beirut, Darul Fikr Arabi: 2012 M\/1433 H), halaman 85).<\/em><\/p>\n\n\n\n

Dari semangat Al-Qur\u2019an dalam pemulihan hak-hak perempuan<\/a><\/strong> ini, ulama fiqih kemudian memberikan garis yang jelas terkait hak kepemilikan materi bagi perempuan dalam hal ini sebagai istri. Ulama mengatakan bahwa seorang perempuan berhak atas mahar dan nafkah; dan berhak atas nonmateri yaitu diperlakukan secara manusiawi.<\/p>\n\n\n\n

\u0644\u0644\u0632\u0648\u062c\u0629 \u062d\u0642\u0648\u0642 \u0645\u0627\u0644\u064a\u0629 \u0648\u0647\u064a \u0627\u0644\u0645\u0647\u0631 \u0648\u0627\u0644\u0646\u0641\u0642\u0629\u060c \u0648\u062d\u0642\u0648\u0642 \u063a\u064a\u0631 \u0645\u0627\u0644\u064a\u0629: \u0648\u0647\u064a \u0625\u062d\u0633\u0627\u0646 \u0627\u0644\u0639\u0634\u0631\u0629 \u0648\u0627\u0644\u0645\u0639\u0627\u0645\u0644\u0629 \u0627\u0644\u0637\u064a\u0628\u0629\u060c \u0648\u0627\u0644\u0639\u062f\u0644<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya, \u201cIstri memiliki hak atas materi berupa mahar dan nafkah; dan hak nonmateri berupa perlakuan yang baik, interaksi yang menyenangkan, dan keadilan.\u201d (Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, (Beirut, Darul Fikr: 1985 M\/1405 H), cetakan kedua, juz VII, halaman 327).<\/em><\/p>\n\n\n\n

Dengan demikian, perempuan memiliki kedaulatan atas kepemilikan harta. Kedaulatan perempuan atas kepemilikan harta ini tertuang jelas dalam perintah Al-Qur’an pada Surat An-Nisa\u2019 ayat 4 perihal kewajiban pemberian mahar oleh seorang suami kepada istrinya. <\/p>\n\n\n\n

\u0648\u064e\u0622\u062a\u064f\u0648\u0627 \u0627\u0644\u0646\u0650\u0651\u0633\u064e\u0627\u0621\u064e \u0635\u064e\u062f\u064f\u0642\u064e\u0627\u062a\u0650\u0647\u0650\u0646\u064e\u0651 \u0646\u0650\u062d\u0652\u0644\u064e\u0629\u064b \u06da \u0641\u064e\u0625\u0650\u0646\u0652 \u0637\u0650\u0628\u0652\u0646\u064e \u0644\u064e\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0639\u064e\u0646\u0652 \u0634\u064e\u064a\u0652\u0621\u064d \u0645\u0650\u0646\u0652\u0647\u064f \u0646\u064e\u0641\u0652\u0633\u064b\u0627 \u0641\u064e\u0643\u064f\u0644\u064f\u0648\u0647\u064f \u0647\u064e\u0646\u0650\u064a\u0626\u064b\u0627 \u0645\u064e\u0631\u0650\u064a\u0626\u064b\u0627<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Artinya, \u201cBerikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang nikmat lagi baik akibatnya.\u201d (Surat An-Nisa\u2019 ayat 4).<\/p>\n\n\n\n

Dari sini kemudian dapat di tarik benang merah bahwa Islam memberikan garis yang jelas terkait hak laki-laki dan hak perempuan. Perempuan dalam hal ini istri memiliki hak atas harta, yaitu mahar dan nafkah. Sedangkan laki-laki dalam hal ini suami juga memiliki hak atas harta.<\/p>\n\n\n\n

Lalu bagaimana mengenai istilah \u201cuang suami milik istri dan uang istri milik istri?\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n

Istilah tersebut tidak seluruhnya benar dan tidak seluruhnya salah. Istilah tersebut mengandung dua pernyataan yang perlu diuraikan satu per satu.<\/p>\n\n\n\n