Pecihitam.org<\/strong> – Jika kita berbicara tentang Aswaja, tentu kita tidak hanya berbicara tentang pandangan keagamaan saja, namun harus dipahami pula bahwa Aswaja adalah “manhajul fikrah wal harakah<\/em>” dalam menyikapi berbagai persoalan, baik persoalan agama, sosial, ekonomi, kebudayaan dan bahkan dalam bidang politik.<\/p>\n\n\n\n Maka konsep Politik Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) prinsip utamanya adalah menjadikan kemaslahatan dan kesejahteraan umat di berbagai Bidang. Kemaslahatan tersebut tentunya harus diwujudkan dengan cara-cara yang maslahat. Di antaranya dengan melalui musyawarah dan mufakat. <\/p>\n\n\n\n Imam Muhammad bin Abdul Karim As-Syihristani (w. 548 H.), mengutip sebuah pernyataan penting yang mencerminkan pandangan politik Aswaja. Beliau menulis dalam kitab al-Milal wan Nihal yang artinya sebagai berikut; <\/p>\n\n\n\n “Imamah (kepemimpinan politik) adalah konsepsi kemaslahatan yang diserahkan kepada pilihan masyarakat banyak, dan seorang pemimpin diangkat karena pilihan mereka.\u201d (kitab al-Milal wan Nihal)<\/p>\n\n\n\n Prinsip kemaslahatan ini membuat Aswaja dapat menerima model kepemimpinan politik apapun selama sesuai dengan tuntunan syariat. Dalam artian bahwa Aswaja tidak mempersoalkan sistem demokrasi ataupun monarki<\/a>. <\/p>\n\n\n\n Karena bagi Ahlussunnah wal Jamaah, Islam cuma memerintahkan agar seorang pemimpin untuk bisa berlaku adil dan berakhlakul karimah, senantiasa bermusyawarah, serta berkomitmen untuk mensejahterakan rakyatnya, sebagaimana kaidah fiqh \u201ctashorruful imam \u00e1la ro\u00edyah manuthun bil mashlahah<\/em>\u201d, yaitu kebijakan seorang pemimpin itu berdasarkan kesejahteraan rakyatnya. <\/p>\n\n\n\n Nah, berdasarkan hal itu maka kalau ada bentuk praktik politik yang dianggap tidak sesuai dengan syariat, maka harus digunakan cara-cara yang penuh kemaslahatan untuk mengubahnya.<\/p>\n\n\n\n Karenanya, dalam konteks kehidupan berbangsan dan bernegara dalam bingkai ke-Indonesiaan, Aswaja berpandangan bahwa:<\/p>\n\n\n\n Mengapa Aswaja menolak kelompok yang Bughot?<\/strong><\/p>\n\n\n\n Sekali lagi bahwa Prinsip Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) dalam bidang politik adalah kemaslahatan. Karenanya, tidak dibenarkan melakukan pemberontakan ketika pemerintah yang sah menyimpang dari kebenaran. Kewajiban umat Islam adalah memberikan nasihat dengan cara sebaik-baiknya dan bersabar atas kezaliman penguasa. <\/p>\n\n\n\n Alquran mengajarkan agar umat Islam mematuhi para pemimpinnya, dalam QS. An-Nisa: 59:<\/p>\n\n\n\n \u0627 \u0623\u064e\u064a\u0651\u064f\u0647\u064e\u0627 \u0627\u0644\u0651\u064e\u0630\u0650\u064a\u0646\u064e \u0622\u0645\u064e\u0646\u064f\u0648\u0627 \u0623\u064e\u0637\u0650\u064a\u0639\u064f\u0648\u0627 \u0627\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u064e \u0648\u064e\u0623\u064e\u0637\u0650\u064a\u0639\u064f\u0648\u0627 \u0627\u0644\u0631\u0651\u064e\u0633\u064f\u0648\u0644\u064e \u0648\u064e\u0623\u064f\u0648\u0644\u0650\u064a \u0627\u0644\u0652\u0623\u064e\u0645\u0652\u0631\u0650 \u0645\u0650\u0646\u0652\u0643\u064f\u0645\u0652<\/strong><\/p>\n\n\n\n \u201cWahai orang-orang yang beriman, patuhilah Allah, dan patuhi utusan Allah dan ulil amri kalian.\u201d <\/p>\n\n\n\n Memahami ayat tersebut mari kita simak pandangan dari Ulama yang Otoritatif.. <\/p>\n\n\n\n