Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":1223,"date":"2017-11-29T03:02:58","date_gmt":"2017-11-29T03:02:58","guid":{"rendered":"http:\/\/pecihitam.org\/?p=1223"},"modified":"2019-09-07T10:14:28","modified_gmt":"2019-09-07T03:14:28","slug":"curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/","title":{"rendered":"Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I’anatuth Thalibin Secara Serampangan"},"content":{"rendered":"

Pecihitam.org<\/strong> – Mengusik amalan seseorang Muslim dengan menukil pernyataan Ulama dari kitab Muktabar, Kitab I’anatuth Thalibin secara serampangan (mengguting-gunting kalimat) merupakan perbuatan keji dan sangat tidak berakhlak.<\/p>\n

Selain termasuk telah menyembunyikan kebenaran, juga termasuk telah memfitnah Ulama yang perkataannya telah mereka nukil, merendahkan kitab Ulama dan juga telah menipu kaum Muslimin.<\/p>\n

Dakwah mereka benar-benar penuh kepalsuan dan kebohongan. Mengatas namakan Madzhab Syafi\u2019I untuk menjatuhkan amalan Tahlil, sungguh mereka keji juga dengki.<\/p>\n

Kitab I\u2019anatuth Thalibin (\u0625\u0639\u0627\u0646\u0629 \u0627\u0644\u0637\u0627\u0644\u0628\u064a\u0646) adalah kitab Fiqh karangan Al-\u2018Allamah Asy-Syekh Al-Imam Abi Bakr Ibnu As-Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyatiy Asy-Syafi\u2019i, yang merupakan syarah dari kitab Fathul Mu\u2019in, Kitab ini sangat masyhur dikalangan masyarakat Indonesia dan juga salah satu kitab yang menjadi rujukan pengikut madzhab Syafi\u2019iyyah dalam ilmu Fiqh diseluruh dunia.<\/p>\n

Namun, sayang, ada sebagain kecil kalangan yang tidak bermadzhab Syafi\u2019i (anti Madzhab), mengaku pengikut salaf, mencomot-comot isi kitab ini untuk mengharamkan Tahlilan yang merupakan amalan sudah masyhur dikalangan pengikut madzhab Syafi\u2019i. Bukannya berdakwah secara benar namun yang mereka lakukan, malah menunjukkan kedengkian hati mereka dan ketidak jujuran mereka dalam menukil perkataan ulama.<\/p>\n

Ini hanya salah satu kitab yang kami coba luruskan dari nukilan tidak jujur yang telah mereka lakukan, masih banyak lagi kitab Ulama yang dicomot serampangan oleh mereka, seperti kitab Al-Umm (Imam Syafi\u2019i<\/strong><\/a>), Al-Majmu\u2019 Syarah Muhadzab Imam An-Nawawi, Mughni al-Muhtaaj ilaa Ma\u2019rifati Ma\u2019aaniy Alfaadz Al Minhaj, dan kitab-kitab ulama lainnya.<\/p>\n

Setidak-tidaknya ada 5 pernyataan yang kami temukan, yang mereka comot dari kitab I\u2019anah at-Thalibin secara tidak jujur dan memelintir (mensalah-pahami) maksud dari pernyataan tersebut untuk mengharamkan Tahlilan. Ini banyak dicantumkan disitus-situs mereka dan dikutip oleh sesama mereka secara serampangan pula.<\/p>\n

Berikut ini yang mereka nukil secara tidak jujur, yang punya kitab i\u2019anah at-tholibin silahkan di teliti langsung.<\/p>\n

1. Teks arabnya ;<\/p>\n

(\u0646\u0639\u0645\u060c \u0645\u0627 \u064a\u0641\u0639\u0644\u0647 \u0627\u0644\u0646\u0627\u0633 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0627\u062c\u062a\u0645\u0627\u0639 \u0639\u0646\u062f \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a \u0648\u0635\u0646\u0639 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645\u060c \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0628\u062f\u0639 \u0627\u0644\u0645\u0646\u0643\u0631\u0629 \u0627\u0644\u062a\u064a \u064a\u062b\u0627\u0628 \u0639\u0644\u0649 \u0645\u0646\u0639\u0647\u0627 \u0648\u0627\u0644\u064a \u0627\u0644\u0627\u0645\u0631<\/strong>)<\/p>\n

\u201cYa, apa yang dilakukan manusia, yakni berkumpul di rumah keluarga si mayit, dan dihidangkan makanan, merupakan bid\u2019ah munkarah, yang akan diberi pahala bagi orang yang mencegahnya, dengannya Allah akan kukuhlah kaidah-kaidah agama, dan dengannya dapat mendukung Islam dan muslimin\u201d (I\u2019anatuth Thalibin, 2\/165)<\/p>\n

2. Teks arabnya ;<\/p>\n

\u0648\u0645\u0627 \u0627\u0639\u062a\u064a\u062f \u0645\u0646 \u062c\u0639\u0644 \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a \u0637\u0639\u0627\u0645\u0627 \u0644\u064a\u062f\u0639\u0648\u0627 \u0627\u0644\u0646\u0627\u0633 \u0625\u0644\u064a\u0647\u060c \u0628\u062f\u0639\u0629 \u0645\u0643\u0631\u0648\u0647\u0629 \u2013 \u0643\u0625\u062c\u0627\u0628\u062a\u0647\u0645 \u0644\u0630\u0644\u0643\u060c \u0644\u0645\u0627 \u0635\u062d \u0639\u0646 \u062c\u0631\u064a\u0631 \u0631\u0636\u064a \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0646\u0647. \u0643\u0646\u0627 \u0646\u0639\u062f \u0627\u0644\u0627\u062c\u062a\u0645\u0627\u0639 \u0625\u0644\u0649 \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a \u0648\u0635\u0646\u0639\u0647\u0645 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645 \u0628\u0639\u062f \u062f\u0641\u0646\u0647 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0646\u064a\u0627\u062d\u0629<\/strong><\/p>\n

\u201cDan apa yang dibiasakan manusia tentang hidangan dari keluarga si mayit yang disediakan untuk para undangan, adalah bid\u2019ah yang tidak disukai agama, sebagaimana datangnya para undangan ke acara itu, karena ada hadits shahih yang diriwayatkan dari Jarir Radhiallahu \u2018Anhu: Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga si mayit, mereka menghidangkan makanan setelah penguburannya, adalah termasuk nihayah (meratap) \u2013yakni terlarang.<\/p>\n

3. Teks arabnya ; \u0648\u0641\u064a \u0627\u0644\u0628\u0632\u0627\u0632: \u0648\u064a\u0643\u0631\u0647 \u0627\u062a\u062e\u0627\u0630 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645 \u0641\u064a \u0627\u0644\u064a\u0648\u0645 \u0627\u0644\u0627\u0648\u0644 \u0648\u0627\u0644\u062b\u0627\u0644\u062b \u0648\u0628\u0639\u062f \u0627\u0644\u0627\u0633\u0628\u0648\u0639\u060c \u0648\u0646\u0642\u0644 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645 \u0625\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0642\u0628\u0631 \u0641\u064a \u0627\u0644\u0645\u0648\u0627\u0633\u0645 \u201cDalam Kitab Al Bazaz : Dibenci menyediakan makanan pada hari pertama, tiga, dan setelah tujuh hari, dan juga mengirim makanan ke kuburan secara musiman.<\/p>\n

4. \u201cDan diantara bid\u2019ah yang munkarat yang tidak disukai ialah apa yang biasa dikerjakan orang tentang cara penyampaian rasa duka cita, berkumpul dan acara hari keempat puluh, bahkan semua itu adalah haram. (I\u2019anatut Thalibin, Sarah Fathul Mu\u2019in, Juz 2 hal. 145-146).<\/p>\n

5. \u201cDan tidak ada keraguan sedikitpun, bahwa mencegah umat dari bid\u2019ah munkarat ini adalah menghidupkan Sunnah Nabi SAW , mematikan BID\u2019AH, membuka seluas-luasnya pintu kebaikan dan menutup serapat-rapatnya pintu-pintu keburukan, karena orang-orang memaksa-maksa diri mereka berbuat hal-hal yang akan membawa kepada hal yang diharamkan. (I\u2019anatut Thalibin, Sarah Fathul Mu\u2019in, Juz 2 hal. 145-146).<\/p>\n

Point kelima itulah yang mereka comot secara serampangan dan menterjemahkannya dengan memelintir maknanya. Kami akan mulai membahas point-point diatas, sebagai berikut:<\/p>\n

POINT PERTAMA (1)<\/strong> : Nukilan diatas merupakan bentuk ketidakjujuran, dimana orang yang membacanya akan mengira bahwa berkumpul di tempat ahlu (keluarga) mayyit dan memakan makanan yang disediakan adalah termasuk bid\u2019ah Munkarah, padahal bukan seperti itu yang dimaksud oleh kalimat tersebut. Mereka telah menggunting (menukil secara tidak jujur) kalimat tersebut sehingga makna (maksud) yang dkehendaki dari kalimat tersebut menjadi kabur.<\/p>\n

Padahal, yang benar, bahwa kalimat tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan sebelumnya. Itu sebabnya, kalimat yang mereka nukil dimulai dengan kata \u201cna\u2019am (iya)\u201d.<\/p>\n

~Berikut teks lengkapnya;<\/p>\n

\u0648\u0642\u062f \u0627\u0637\u0644\u0639\u062a \u0639\u0644\u0649 \u0633\u0624\u0627\u0644 \u0631\u0641\u0639 \u0644\u0645\u0641\u0627\u062a\u064a \u0645\u0643\u0629 \u0627\u0644\u0645\u0634\u0631\u0641\u0629 \u0641\u064a\u0645\u0627 \u064a\u0641\u0639\u0644\u0647 \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645. \u0648\u062c\u0648\u0627\u0628 \u0645\u0646\u0647\u0645 \u0644\u0630\u0644\u0643. (\u0648\u0635\u0648\u0631\u062a\u0647\u0645\u0627). \u0645\u0627 \u0642\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0645\u0641\u0627\u062a\u064a \u0627\u0644\u0643\u0631\u0627\u0645 \u0628\u0627\u0644\u0628\u0644\u062f \u0627\u0644\u062d\u0631\u0627\u0645 \u062f\u0627\u0645 \u0646\u0641\u0639\u0647\u0645 \u0644\u0644\u0627\u0646\u0627\u0645 \u0645\u062f\u0649 \u0627\u0644\u0627\u064a\u0627\u0645\u060c \u0641\u064a \u0627\u0644\u0639\u0631\u0641 \u0627\u0644\u062e\u0627\u0635 \u0641\u064a \u0628\u0644\u062f\u0629 \u0644\u0645\u0646 \u0628\u0647\u0627 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0627\u0634\u062e\u0627\u0635 \u0623\u0646 \u0627\u0644\u0634\u062e\u0635 \u0625\u0630\u0627 \u0627\u0646\u062a\u0642\u0644 \u0625\u0644\u0649 \u062f\u0627\u0631 \u0627\u0644\u062c\u0632\u0627\u0621\u060c \u0648\u062d\u0636\u0631 \u0645\u0639\u0627\u0631\u0641\u0647 \u0648\u062c\u064a\u0631\u0627\u0646\u0647 \u0627\u0644\u0639\u0632\u0627\u0621\u060c \u062c\u0631\u0649 \u0627\u0644\u0639\u0631\u0641 \u0628\u0623\u0646\u0647\u0645 \u064a\u0646\u062a\u0638\u0631\u0648\u0646 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645\u060c \u0648\u0645\u0646 \u063a\u0644\u0628\u0629 \u0627\u0644\u062d\u064a\u0627\u0621 \u0639\u0644\u0649 \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a \u064a\u062a\u0643\u0644\u0641\u0648\u0646 \u0627\u0644\u062a\u0643\u0644\u0641 \u0627\u0644\u062a\u0627\u0645\u060c \u0648\u064a\u0647\u064a\u0626\u0648\u0646 \u0644\u0647\u0645 \u0623\u0637\u0639\u0645\u0629 \u0639\u062f\u064a\u062f\u0629\u060c \u0648\u064a\u062d\u0636\u0631\u0648\u0646\u0647\u0627 \u0644\u0647\u0645 \u0628\u0627\u0644\u0645\u0634\u0642\u0629 \u0627\u0644\u0634\u062f\u064a\u062f\u0629. \u0641\u0647\u0644 \u0644\u0648 \u0623\u0631\u0627\u062f \u0631\u0626\u064a\u0633 \u0627\u0644\u062d\u0643\u0627\u0645 \u2013 \u0628\u0645\u0627 \u0644\u0647 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0631\u0641\u0642 \u0628\u0627\u0644\u0631\u0639\u064a\u0629\u060c \u0648\u0627\u0644\u0634\u0641\u0642\u0629 \u0639\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0627\u0647\u0627\u0644\u064a \u2013 \u0628\u0645\u0646\u0639 \u0647\u0630\u0647 \u0627\u0644\u0642\u0636\u064a\u0629 \u0628\u0627\u0644\u0643\u0644\u064a\u0629 \u0644\u064a\u0639\u0648\u062f\u0648\u0627 \u0625\u0644\u0649 \u0627\u0644\u062a\u0645\u0633\u0643 \u0628\u0627\u0644\u0633\u0646\u0629 \u0627\u0644\u0633\u0646\u064a\u0629\u060c \u0627\u0644\u0645\u0623\u062b\u0648\u0631\u0629 \u0639\u0646 \u062e\u064a\u0631 \u0627\u0644\u0628\u0631\u064a\u0629 \u0648\u0625\u0644\u0649 \u0639\u0644\u064a\u0647 \u0631\u0628\u0647 \u0635\u0644\u0627\u0629 \u0648\u0633\u0644\u0627\u0645\u0627\u060c \u062d\u064a\u062b \u0642\u0627\u0644: \u0627\u0635\u0646\u0639\u0648\u0627 \u0644\u0622\u0644 \u062c\u0639\u0641\u0631 \u0637\u0639\u0627\u0645\u0627 \u064a\u062b\u0627\u0628 \u0639\u0644\u0649 \u0647\u0630\u0627 \u0627\u0644\u0645\u0646\u0639 \u0627\u0644\u0645\u0630\u0643\u0648\u0631 \u061f<\/strong><\/p>\n

\u201cDan sungguh telah aku perhatikan mengeni pertanyaan yang ditanyakan (diangkat) kepada para Mufti Mekkah (\u0645\u0641\u0627\u062a\u064a \u0645\u0643\u0629 \u0627\u0644\u0645\u0634\u0631\u0641\u0629) tentang apa yang dilakukan oleh Ahlu (keluarga) mayyit perihal makanan (membuat makanan) dan (juga aku perhatikan) jawaban mereka atas perkara tersebut. Gambaran (penjelasan mengenai keduanya ; pertanyaan dan jawaban tersebut) yaitu mengenai (bagaimana) pendapat para Mufti yang mulya (\u0627\u0644\u0645\u0641\u0627\u062a\u064a \u0627\u0644\u0643\u0631\u0627\u0645) di negeri \u201cal-Haram\u201d, (semoga (Allah) mengabadikan manfaat mareka untuk seluruh manusia sepanjang masa), tentang kebiasaan (urf) yang khusus di suatu negeri bahwa jika ada yang meninggal, kemudian para pentakziyah hadir dari yang mereka kenal dan tetangganya, lalu terjadi kebiasaan bahwa mereka (pentakziyah) itu menunggu (disajikan) makanan dan karena rasa sangat malu telah meliputi ahlu (keluarga mayyit) maka mereka membebani diri dengan beban yang sempurna (\u0627\u0644\u062a\u0643\u0644\u0641 \u0627\u0644\u062a\u0627\u0645), dan (kemudian keluarga mayyit) menyediakan makanan yang banyak (untuk pentakziyah) dan menghadirkannya kepada mereka dengan rasa kasihan. Maka apakah bila seorang ketua penegak hukum yang dengan kelembutannya terhadap rakyat dan rasa kasihannya kepada ahlu mayyit dengan melarang (mencegah) permasalahan tersebut secara keseluruhan agar (manusia) kembali berpegang kepada As-Sunnah yang lurus, yang berasal dari manusia yang Baik (\u062e\u064a\u0631 \u0627\u0644\u0628\u0631\u064a\u0629) dan (kembali) kepada jalan Beliau (semoga shalawat dan salam atas Beliau), saat ia bersabda, \u201csediakanlah makanan untuk keluarga Jakfar\u201d, apakah pemimpin itu diberi pahala atas yang disebutkan (pelarangan itu)?<\/p>\n

\u0623\u0641\u064a\u062f\u0648\u0627 \u0628\u0627\u0644\u062c\u0648\u0627\u0628 \u0628\u0645\u0627 \u0647\u0648 \u0645\u0646\u0642\u0648\u0644 \u0648\u0645\u0633\u0637\u0648\u0631. (\u0627\u0644\u062d\u0645\u062f \u0644\u0644\u0647 \u0648\u062d\u062f\u0647) \u0648\u0635\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0648\u0633\u0644\u0645 \u0639\u0644\u0649 \u0633\u064a\u062f\u0646\u0627 \u0645\u062d\u0645\u062f \u0648\u0639\u0644\u0649 \u0622\u0644\u0647 \u0648\u0635\u062d\u0628\u0647 \u0648\u0627\u0644\u0633\u0627\u0644\u0643\u064a\u0646 \u0646\u0647\u062c\u0647\u0645 \u0628\u0639\u062f\u0647. \u0627\u0644\u0644\u0647\u0645 \u0623\u0633\u0623\u0644\u0643 \u0627\u0644\u0647\u062f\u0627\u064a\u0629 \u0644\u0644\u0635\u0648\u0627\u0628. \u0646\u0639\u0645\u060c \u0645\u0627 \u064a\u0641\u0639\u0644\u0647 \u0627\u0644\u0646\u0627\u0633 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0627\u062c\u062a\u0645\u0627\u0639 \u0639\u0646\u062f \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a \u0648\u0635\u0646\u0639 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645\u060c \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0628\u062f\u0639 \u0627\u0644\u0645\u0646\u0643\u0631\u0629 \u0627\u0644\u062a\u064a \u064a\u062b\u0627\u0628 \u0639\u0644\u0649 \u0645\u0646\u0639\u0647\u0627 \u0648\u0627\u0644\u064a \u0627\u0644\u0627\u0645\u0631\u060c \u062b\u0628\u062a \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0628\u0647 \u0642\u0648\u0627\u0639\u062f \u0627\u0644\u062f\u064a\u0646 \u0648\u0623\u064a\u062f \u0628\u0647 \u0627\u0644\u0627\u0633\u0644\u0627\u0645 \u0648\u0627\u0644\u0645\u0633\u0644\u0645\u064a\u0646.<\/strong><\/p>\n

\u201cPenjelasan sebagai jawaban terhadap apa yang telah di tanyakan, (\u0627\u0644\u062d\u0645\u062f \u0644\u0644\u0647 \u0648\u062d\u062f\u0647) \u0648\u0635\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0648\u0633\u0644\u0645 \u0639\u0644\u0649 \u0633\u064a\u062f\u0646\u0627 \u0645\u062d\u0645\u062f \u0648\u0639\u0644\u0649 \u0622\u0644\u0647 \u0648\u0635\u062d\u0628\u0647 \u0648\u0627\u0644\u0633\u0627\u0644\u0643\u064a\u0646 \u0646\u0647\u062c\u0647\u0645 \u0628\u0639\u062f\u0647, Ya .. Allah aku memohon kepada-Mu supaya memberikan petunjuk kebenaran\u201d.Iya.., apa yang dilakukan oleh manusia dari berkumpul ditempat ahlu (keluarga) mayyit dan menghidangkan makanan, itu bagian dari bid\u2019ah munkarah, yang diberi pahala bagi yang mencegahnya dan menyuruhnya. Allah akan mengukuhkan dengannya kaidah-kaidah agama dan mendorong Islam serta umat Islam\u201d<\/p>\n

Betapa apa yang dikehendaki dari pernyataan diatas telah keluar konteks saat pertanyaannya dipotong sebagaimana nukilan mereka dan ini yang mereka gunakan untuk melarang Tahlilan. Ketidak jujuran ini yang mereka dakwahkan untuk menipu umat Islam atas nama Kitab I\u2019anatuth Thalibin dan Al-\u2018Allamah Asy-Syekh Al-Imam Abi Bakr Ibnu As-Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathiy Asy-Syafi\u2019i.<\/p>\n

Dalam pertanyaan dan jawaban diatas, yang sebenarnya termasuk bagian dari bid\u2019ah Munkarah adalah kebiasaan pentakziyah menunggu makanan (\u0628\u0623\u0646\u0647\u0645 \u064a\u0646\u062a\u0638\u0631\u0648\u0646 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645) di tempat ahlu (keluarga) yang terkena mushibah kematian, akal sehat pun akan menganggap bahwa kebiasaan itu tidak wajar dan memang patut untuk di hentikan. Maka, sangat wajar juga bahwa Mufti diatas menyatakan kebiasaan tersebut sebagai bid\u2019ah Munkarah, dan penguasa yang menghentikan kebiasaan tersebut akan mendapat pahala. Namun, karena keluasan ilmu dari Mufti tersebut tidak berani untuk menetapkan hukum \u201cHaram\u201d kecuali jika memang ada dalil yang jelas dan sebab-sebabnya pun luas.<\/p>\n

Tentu saja, Mufti tersebut kemungkinan akan berkata lain jika membahasnya pada sisi yang lebih umum (bukan tentang kasus yang ditanyakan), dimana pentakziyah datang untuk menghibur, menyabarkan ahlu (keluarga) mayyit bahkan membawa (memberi) bantuan berupa materi untuk pengurusan mayyit dan untuk menghormati pentakziyah yang datang.<\/p>\n

Pada kegiatan Tahlilan orang tidak akan datang ke rumah ahlul mushibah dengan kehendaknya sendiri, melainkan atas kehendak tuan rumah. Jika tuan rumah merasa berat tentu saja tidak perlu mengadakan tahlilan dan tidak perlu mengundang. Namun, siapa yang lebih mengerti dan paham tentang \u201cmemberatkan\u201d atau \u201cbeban\u201d terhadap keluarga mayyit sehingga menjadi alasan untuk melarang kegiatan tersebut, apakah orang lain atau ahlu (keluarga) mayyit itu sendiri ? tentu saja yang lebih tahu adalah ahlu (keluarga) mayyit.<\/p>\n

Keinginan ahlu (keluarga) mayyit untuk mengadakan tahlilan dan mengundang tetangga atau orang lain untuk datang ke kediamannya merupakan pertanda ahlu (keluarga) mayyit memang menginginkannya dan tidak merasa keberatan, sementara para tetangga (hadirin) yang diundang sama sekali tidak memaksa ahlu (keluarga) mayyit untuk mengadakan tahlilan. Ahlu (keluarga) mayyit mengetahui akan dirinya sendiri bahwa mereka mampu dan dengan senang hati beramal untuk kepentingan saudaranya yang meninggal dunia, sedangkan hadirin hanya tahu bahwa mereka di undang dan memenuhi undangan ahlu (keluarga) mayyit.<\/p>\n

Sungguh betapa sangat menyakitkan hati ahlu (keluarga) mayyit jika undangannya tidak dipenuhi dan bahkan makanan yang dihidangkan tidak dimakan atau tidak disentuh. Manakah yang lebih utama, melakukan amalan yang \u201cdianggap makruh\u201d dengan menghibur ahlu (keluarga) mayyit, membuat hati ahlu (keluarga) mayyit senang atau menghindari \u201cyang dianggap makruh\u201d dengan menyakiti hati ahlu (keluarga) mayyit ? Tentu saja akan yang sehat pun akan menilai bahwa menyenangkan hati orang dengan hal-hal yang tidak diharamkan adalah sebuah kebaikan yang berpahala, dan menyakiti perasaannya adalah sebuah kejelekan yang dapat berakibat dosa.<\/p>\n

Disisi yang lain antara ahlu (keluarga) mayyit dan yang diundang, sama-sama mendapatkan kebaikan. Dimana ahlu (keluarga) mayyit telah melakukan amal shaleh dengan mengajak orang banyak mendo\u2019akan anggota keluarga yang meninggal dunia, bersedekah atas nama mayyit, dan menghormati tamu dengan cara memberikan makanan dan minuman. Pada sisi yang di undang pun sama-sama melakukan amal shaleh dengan memenuhi undangan, mendo\u2019akan mayyit, berdzikir bersama, menemani dan menghibur ahlu (keluarga) mayyit. Manakah dari hal-hal baik tersebut yang diharamkan?<\/p>\n

Sungguh ulama yang mumpuni benar-benar bijaksana dalam menetapkan hukum \u201cmakruh\u201d karena melihat dengan seksama adanya potensi \u201cmenambah kesedihan atau beban merepotkan\u201d, meskipun jika seandainya hal itu tidak benar-benar ada.<\/p>\n

Adanya sebagian kegiatan Tahlilan yang dilakukan oleh orang awam, yang sangat membebani dan menyusahkan, karena ketidak mengertiannya pada dalam masalah agama, secara umum tidak bisa dijadikan alasan untuk menetapkan hukum haram atau terlarang. Bagi mereka lebih pantas diberi tahu atau diajari bukan di hukumi.<\/p>\n

Point Kedua (2):<\/strong> Juga bentuk ketidak jujuran dan mensalah pahami maksud dari kalimat tersebut. Kata yang seharusnya merupakan status hukum namun diterjemahkan sehingga maksud yang terkandung dari pernyataan tersebut menjadi berbeda.<\/p>\n

Ungkapan-ungkapan ulama seperti akrahu\u201d (saya membenci), \u201cmakruh\u201d (dibenci), \u201cyukrahu\u201d (dibenci), \u201cbid\u2019ah munkarah\u201d (bid\u2019ah munkar), \u201cbid\u2019ah ghairu mustahabbah\u201d (bid\u2019ah yang tidak dianjurkan), dan \u201cbid\u2019ah mustaqbahah\u201d (bid\u2019ah yang dianggap jelek), semua itu mereka pahami sebagai larangan yang berindikasi hukum haram mutlak. Padahal didalam kitab tersebut, berkali-kali dinyatakan hukum \u201cmakruh\u201d untuk kegiatan berkumpul di rumah ahlu (keluarga) mayyit dan dihidangkan makanan,terlepas dari hokum-hukum perkara lain seperti takziyah, hokum mendo\u2019akan, bersedekah untuk mayyit, dimana semua itu dihukumi sunnah.<\/p>\n

~Terjemahan \u201cmereka\u201d :\u201cDan apa yang dibiasakan manusia tentang hidangan dari keluarga si mayit yang disediakan untuk para undangan, adalah bid\u2019ah yang tidak disukai agama, sebagaimana datangnya para undangan ke acara itu, karena ada hadits shahih yang diriwayatkan dari Jarir Radhiallahu \u2018Anhu: Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga si mayit, mereka menghidangkan makanan setelah penguburannya, adalah termasuk nihayah (meratap) \u2013yakni terlarang.<\/p>\n

~Berikut teksnya (yang benar)<\/p>\n

\u0648\u0645\u0627 \u0627\u0639\u062a\u064a\u062f \u0645\u0646 \u062c\u0639\u0644 \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a \u0637\u0639\u0627\u0645\u0627 \u0644\u064a\u062f\u0639\u0648\u0627 \u0627\u0644\u0646\u0627\u0633 \u0625\u0644\u064a\u0647\u060c \u0628\u062f\u0639\u0629 \u0645\u0643\u0631\u0648\u0647\u0629 \u2013 \u0643\u0625\u062c\u0627\u0628\u062a\u0647\u0645 \u0644\u0630\u0644\u0643\u060c \u0644\u0645\u0627 \u0635\u062d \u0639\u0646 \u062c\u0631\u064a\u0631 \u0631\u0636\u064a \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0646\u0647. \u0643\u0646\u0627 \u0646\u0639\u062f \u0627\u0644\u0627\u062c\u062a\u0645\u0627\u0639 \u0625\u0644\u0649 \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a \u0648\u0635\u0646\u0639\u0647\u0645 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645 \u0628\u0639\u062f \u062f\u0641\u0646\u0647 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0646\u064a\u0627\u062d\u0629<\/strong><\/p>\n

\u201cDan kebiasaaan dari ahlu (keluarga) mayyit membuat makanan untuk mengundang (mengajak) menusia kepadanya, ini bid\u2019ah makruhah (bid\u2019ah yang makruh), sebagaimana mereka memenuhi ajakan itu, sesuai dengan hadits shahih dari Jarir ra, \u201cKami (sahabat) menganggap bahwa berkumpul ke ahlu (keluarga) mayyit dan menyediakan makanan (untuk mereka) setelah dikuburnya (mayyit) <adalah bagian dari meratap><\/p>\n

Mereka secara tidak jujur menterjemahkan status hukum \u201cMakruh\u201d pada kalimat diatas dan hal itu sudah menjadi tuntutan untuk tidak jujur bagi mereka sebab mereka telah menolak pembagian bid\u2019ah. Karena penolakan tersebut, maka mau tidak mau mereka harus berusaha memelintir maksud bid\u2019ah makruhah (bid\u2019ah yang makruh) tersebut.<\/p>\n

Padahal bid\u2019ah juga dibagi menjadi lima (5) status hukum namun mereka tolak, sebagaimana yang tercantum dalam kitab al-Imam an-Nawawi yaitu Syarah Shahih Muslim;<\/p>\n

\u0623\u0646 \u0627\u0644\u0628\u062f\u0639 \u062e\u0645\u0633\u0629 \u0623\u0642\u0633\u0627\u0645 \u0648\u0627\u062c\u0628\u0629 \u0648\u0645\u0646\u062f\u0648\u0628\u0629 \u0648\u0645\u062d\u0631\u0645\u0629 \u0648\u0645\u0643\u0631\u0648\u0647\u0629 \u0648\u0645\u0628\u0627\u062d\u0629<\/strong><\/p>\n

\u201cSesungguhnya bid\u2019ah terbagi menjadi 5 macam ; bid\u2019ah yang wajib, mandzubah (sunnah), muharramah (bid\u2019ah yang haram), makruhah (bid\u2019ah yang makruh), dan mubahah (mubah)\u201d [Syarh An-Nawawi \u2018alaa Shahih Muslim, Juz 7, hal 105]<\/p>\n

Bila ingin memahami perkataan Ulama madzhab Syafi\u2019I, maka pahami juga istilah-istilah yang ada dan digunakan didalam madzhab Syafi\u2019i. Penolakan mereka terhadap pembagian bid\u2019ah ini, mengandung konsekuensi yang besar bagi mereka sendiri saat dihadapkan dengan kitab-kitab ulama Madzhab Syafi\u2019iyyah, dan untuk menghidarinya, satu-satunya jalan adalah dengan jalan tidak jujur atau mengaburkan maksud yang terkandung dari sebuah kalimat. Siapapun yang mengikuti pemahaman mereka maka sudah bisa dipastikan keliru.<\/p>\n

Status hukum yang disebutkan pada kalimat diatas adalah \u201cMakruh\u201d. Makruh adalah makruh dan tetap makruh, bukan haram. Dimana pengertian makruh adalah \u201cYutsab ala tarkihi wala yu\u2019aqabu ala fi\u2019lihi, yaitu mendapat pahala apabila ditinggalkan dan tidak mendapat dosa bila di lakukan\u201d. Makruh yang disebutkan diatas, juga terlepas dari hokum takziyah itu sendiri.<\/p>\n

Kemudian persoalan \u201can-Niyahah (meratap)\u201d yang pada hadits Shahih diatas, dimana hadits tersebut juga dikeluarkan oleh Ibnu Majah ;<\/p>\n

\u0639\u064e\u0646\u0652 \u062c\u064e\u0631\u0650\u064a\u0652\u0631\u0650 \u0628\u0652\u0646\u0650 \u0639\u064e\u0628\u0652\u062f\u0650 \u0627\u0644\u0644\u0647\u0650 \u0627\u0644\u0652\u0628\u064e\u062c\u064e\u0644\u0650\u064a\u0650\u0651 \u0642\u064e\u0627\u0644\u064e: \u0643\u064f\u0646\u064e\u0651\u0627 \u0646\u064e\u0631\u064e\u0649 \u0627\u0652\u0644\u0627\u0650\u062c\u0652\u062a\u0650\u0645\u064e\u0627\u0639\u064e \u0625\u0650\u0644\u064e\u0649 \u0623\u064e\u0647\u0652\u0644\u0650 \u0627\u0644\u0652\u0645\u064e\u064a\u0650\u0651\u062a\u0650 \u0648\u064e\u0635\u064e\u0646\u0652\u0639\u064e\u0629\u064e \u0627\u0644\u0637\u064e\u0651\u0639\u064e\u0627\u0645\u0650 \u0645\u0650\u0646\u064e \u0627\u0644\u0646\u0650\u0651\u064a\u064e\u0627\u062d\u064e\u0629\u0650<\/strong><\/p>\n

\u201cKami (para sahabat) memandang berkumpul di ahlu (keluarga) mayyit dan membuat makanan termasuk bagian dari meratap\u201d\u201cAn-Niyahah\u201d memang perbuatan yang dilarang dalam agama. Namun, bukan berarti sama sekali tidak boleh bersedih atau menangis saat ada anggota keluarga yang meninggal dunia, sedangkan Rasulullah saja menangis mengeluarkan air mata saat cucu Beliau (Fatimah) wafat. Disaat Beliau mencucurkan air mata, (sahabat) Sa\u2019ad berkata kepada Rasulullah ;<\/p>\n

\u0641\u064e\u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0633\u064e\u0639\u0652\u062f\u064c \u064a\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0633\u064f\u0648\u0644\u064e \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u0650 \u0645\u064e\u0627 \u0647\u064e\u0630\u064e\u0627 \u0641\u064e\u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0647\u064e\u0630\u0650\u0647\u0650 \u0631\u064e\u062d\u0652\u0645\u064e\u0629\u064c \u062c\u064e\u0639\u064e\u0644\u064e\u0647\u064e\u0627 \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f \u0641\u0650\u064a \u0642\u064f\u0644\u064f\u0648\u0628\u0650 \u0639\u0650\u0628\u064e\u0627\u062f\u0650\u0647\u0650 \u0648\u064e\u0625\u0650\u0646\u064e\u0651\u0645\u064e\u0627 \u064a\u064e\u0631\u0652\u062d\u064e\u0645\u064f \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f \u0645\u0650\u0646\u0652 \u0639\u0650\u0628\u064e\u0627\u062f\u0650\u0647\u0650 \u0627\u0644\u0631\u064f\u0651\u062d\u064e\u0645\u064e\u0627\u0621\u064e<\/strong><\/p>\n

\u201c..maka Sa\u2019ad berkata ; Ya .. Rasulullah (\u064a\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0633\u064f\u0648\u0644\u064e \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u0650) apakah ini ? \u201cIni (kesedihan ini) adalah rahmat yang Allah jadikan di hati para hamba-Nya, Allah hanya merahmati hamba-hamba-Nya yang mengasisihi (ruhama\u2019)\u201d [HR. Imam Bukhari No. 1284]Rasulullah juga menangis saat menjelang wafatnya putra Beliau yang bernama Ibrahim, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin \u2018Auf,<\/p>\n

\u0641\u064e\u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0644\u064e\u0647\u064f \u0639\u064e\u0628\u0652\u062f\u064f \u0627\u0644\u0631\u064e\u0651\u062d\u0652\u0645\u064e\u0646\u0650 \u0628\u0652\u0646\u064f \u0639\u064e\u0648\u0652\u0641\u064d \u0631\u064e\u0636\u0650\u064a\u064e \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f \u0639\u064e\u0646\u0652\u0647\u064f \u0648\u064e\u0623\u064e\u0646\u0652\u062a\u064e \u064a\u064e\u0627 \u0631\u064e\u0633\u064f\u0648\u0644\u064e \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u0650 \u0641\u064e\u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u064a\u064e\u0627 \u0627\u0628\u0652\u0646\u064e \u0639\u064e\u0648\u0652\u0641\u064d \u0625\u0650\u0646\u064e\u0651\u0647\u064e\u0627 \u0631\u064e\u062d\u0652\u0645\u064e\u0629\u064c \u062b\u064f\u0645\u064e\u0651 \u0623\u064e\u062a\u0652\u0628\u064e\u0639\u064e\u0647\u064e\u0627 \u0628\u0650\u0623\u064f\u062e\u0652\u0631\u064e\u0649 \u0641\u064e\u0642\u064e\u0627\u0644\u064e \u0635\u064e\u0644\u064e\u0651\u0649 \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u0652\u0647\u0650 \u0648\u064e\u0633\u064e\u0644\u064e\u0651\u0645\u064e \u0625\u0650\u0646\u064e\u0651 \u0627\u0644\u0652\u0639\u064e\u064a\u0652\u0646\u064e \u062a\u064e\u062f\u0652\u0645\u064e\u0639\u064f \u0648\u064e\u0627\u0644\u0652\u0642\u064e\u0644\u0652\u0628\u064e \u064a\u064e\u062d\u0652\u0632\u064e\u0646\u064f \u0648\u064e\u0644\u064e\u0627 \u0646\u064e\u0642\u064f\u0648\u0644\u064f \u0625\u0650\u0644\u064e\u0651\u0627 \u0645\u064e\u0627 \u064a\u064e\u0631\u0652\u0636\u064e\u0649 \u0631\u064e\u0628\u064f\u0651\u0646\u064e\u0627 \u0648\u064e\u0625\u0650\u0646\u064e\u0651\u0627 \u0628\u0650\u0641\u0650\u0631\u064e\u0627\u0642\u0650\u0643\u064e \u064a\u064e\u0627 \u0625\u0650\u0628\u0652\u0631\u064e\u0627\u0647\u0650\u064a\u0645\u064f \u0644\u064e\u0645\u064e\u062d\u0652\u0632\u064f\u0648\u0646\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n

\u201c..maka Abdurrahmah bebin \u2018Auf berkata kepada Rasulullah, \u201cdan anda wahai Rasulullah ?, Rasulullah berkata, \u201cwahai Ibnu \u2018Auf sesungguhnya (tangisan) itu rahmat, dalam sabda yang lain beliau kata, \u201csesungguhnya mata itu mencucurkan air mata, dan hati bersedih, dan kami tidak mengatakan kecuali apa yang menjadi keridhaan Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang bersedih karena perpisahanku dengan Ibrahim\u201d. [HR. Imam Bukhari No. 1303]<\/p>\n

Rasulullah juga menangis di makam ibunda beliau sehingga orang yang bersamanya pun ikut menangis sebagaimana diriwayatkan di dalam hadis-hadis shahih [lihat Mughni al-Muhtaaj ilaa Ma\u2019rifati Ma\u2019aaniy Alfaadz Al Minhaj, Al-Allamah Al-Imam Muhammad al-Khathib asy-Syarbini, Dar el-Fikr, juz 1, hal. 356).<\/p>\n

Maka meratap yang sebenarnya dilarang (diharamkan) yang disebut sebagai \u201cAn-Niyahah\u201d adalah menangisi mayyit dengan suara keras hingga menggerung apalagi diiringi dengan ekspresi berlebihan seperti memukul-mukul atau menampar pipi, menarik-narik rambut, dan lain sebagainya.<\/p>\n

Kembali kepada status hokum \u201cMakruh\u201d diatas, sebagaimana juga dijelaskan didalam Kitab al-Mughniy ;<\/p>\n

\u0641\u0623\u0645\u0627 \u0635\u0646\u0639 \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a \u0637\u0639\u0627\u0645\u0627 \u0644\u0644\u0646\u0627\u0633 \u0641\u0645\u0643\u0631\u0648\u0647 \u0644\u0623\u0646 \u0641\u064a\u0647 \u0632\u064a\u0627\u062f\u0629 \u0639\u0644\u0649 \u0645\u0635\u064a\u0628\u062a\u0647\u0645 \u0648\u0634\u063a\u0644\u0627 \u0644\u0647\u0645 \u0625\u0644\u0649 \u0634\u063a\u0644\u0647\u0645 \u0648\u062a\u0634\u0628\u0647\u0627 \u0628\u0635\u0646\u0639 \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u062c\u0627\u0647\u0644\u064a\u0629<\/strong><\/p>\n

\u201cMaka adapun bila ahlu (keluarga) mayyit membuat makanan untuk orang, maka itu Makruh, karena bisa menambah atas mushibah mereka, menambah kesibukan mereka (merepotkan) dan meniru-niru perbuatan Jahiliyah\u201d [Al-Mughniy Juz II\/215]<\/p>\n

Makruh bukan haram, dan status hokum Makruh bisa berubah menjadi Mubah (Jaiz\/boleh) jika keadaannya sebagaimana digambarkan dalam kitab yang sama, berikut ini ;<\/p>\n

\u0648\u0625\u0646 \u062f\u0639\u062a \u0627\u0644\u062d\u0627\u062c\u0629 \u0625\u0644\u0649 \u0630\u0644\u0643 \u062c\u0627\u0632 \u0641\u0625\u0646\u0647 \u0631\u0628\u0645\u0627 \u062c\u0627\u0621\u0647\u0645 \u0645\u0646 \u064a\u062d\u0636\u0631 \u0645\u064a\u062a\u0647\u0645 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0642\u0631\u0649 \u0648\u0627\u0644\u0623\u0645\u0627\u0643\u0646 \u0627\u0644\u0628\u0639\u064a\u062f\u0629 \u0648\u064a\u0628\u064a\u062a \u0639\u0646\u062f\u0647\u0645 \u0648\u0644\u0627 \u064a\u0645\u0643\u0646\u0647\u0645 \u0625\u0644\u0627 \u0623\u0646 \u064a\u0636\u064a\u0641\u0648\u0647<\/strong><\/p>\n

\u201cDan jika melakukannya karena ada (sebab) hajat, maka itu diperbolehkan (Jaiz), karena barangkali diantara yang datang ada yang berasal dari pedesaan, dan tempat-tempat yang jauh, dan menginap dirumah mereka, maka tidak bisa (tidak mungkin) kecuali mereka mesti di jamu (diberi hidangan)\u201d [\u201d [Al-Mughniy Juz II\/215]<\/p>\n

Point Ketiga (3) :<\/strong> Penukilan (pada point 3) ini juga tidak tepat dan keluar dari konteks, sebab pernyataan tersebut masih terikat dengan kalimat sebelumnya. Dan mereka juga mentermahkan status hukum yang ditetapkan dalam kitab Al-Bazaz.<\/p>\n

~Terjemahan Mereka : \u201cDalam Kitab Al Bazaz: Dibenci menyediakan makanan pada hari pertama, tiga, dan setelah tujuh hari, dan juga mengirim makanan ke kuburan secara musiman.\u201d<\/p>\n

~Berikut teks lengkapnya yang benar :<\/p>\n

\u0648\u0642\u0627\u0644 \u0623\u064a\u0636\u0627: \u0648\u064a\u0643\u0631\u0647 \u0627\u0644\u0636\u064a\u0627\u0641\u0629 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645 \u0645\u0646 \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a\u060c \u0644\u0627\u0646\u0647 \u0634\u0631\u0639 \u0641\u064a \u0627\u0644\u0633\u0631\u0648\u0631\u060c \u0648\u0647\u064a \u0628\u062f\u0639\u0629. \u0631\u0648\u0649 \u0627\u0644\u0627\u0645\u0627\u0645 \u0623\u062d\u0645\u062f \u0648\u0627\u0628\u0646 \u0645\u0627\u062c\u0647 \u0628\u0625\u0633\u0646\u0627\u062f \u0635\u062d\u064a\u062d\u060c \u0639\u0646 \u062c\u0631\u064a\u0631 \u0628\u0646 \u0639\u0628\u062f \u0627\u0644\u0644\u0647\u060c \u0642\u0627\u0644: \u0643\u0646\u0627 \u0646\u0639\u062f \u0627\u0644\u0627\u062c\u062a\u0645\u0627\u0639 \u0625\u0644\u0649 \u0623\u0647\u0644 \u0627\u0644\u0645\u064a\u062a \u0648\u0635\u0646\u0639\u0647\u0645 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0646\u064a\u0627\u062d\u0629. \u0627\u0647. \u0648\u0641\u064a \u0627\u0644\u0628\u0632\u0627\u0632: \u0648\u064a\u0643\u0631\u0647 \u0627\u062a\u062e\u0627\u0630 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645 \u0641\u064a \u0627\u0644\u064a\u0648\u0645 \u0627\u0644\u0627\u0648\u0644 \u0648\u0627\u0644\u062b\u0627\u0644\u062b \u0648\u0628\u0639\u062f \u0627\u0644\u0627\u0633\u0628\u0648\u0639\u060c \u0648\u0646\u0642\u0644 \u0627\u0644\u0637\u0639\u0627\u0645 \u0625\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0642\u0628\u0631 \u0641\u064a \u0627\u0644\u0645\u0648\u0627\u0633\u0645 \u0625\u0644\u062e<\/strong><\/p>\n

\u201cDan (juga) berkata; \u201cdan dimakruhkan penyediaan jamuan besar (\u0627\u0644\u0636\u064a\u0627\u0641\u0629) dari Ahlu (keluarga) mayyit, karena untuk mengadakankegembiran (\u0634\u0631\u0639 \u0641\u064a \u0627\u0644\u0633\u0631\u0648\u0631), dan ini adalah bi\u2019dah. Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan Ibnu Majah dengan isnad yang dshahih, dari Jarir bin Abdullah, berkata ; \u201ckami (sahabat) menganggap berkumpulnya ke (tempat) ahlu (keluarga) mayyit dan menyediakan makanan bagian dari merapat\u201d. Dan didalam kitab Al-Bazaz, \u201cdiMakruhkan menyediakan makanan pada hari pertama, ke tiga dan setelah satu minggu dan (juga) dikatakan (termasuk) makanan (yang dibawa) ke kuburan pada musiman\u201d<\/p>\n

Apa yang dijelaskan didalam kitab Al-Bazaz adalah sebagai penguat pernyataan Makruh sebelumnya, jadi masih terkait dengan apa yang disampaikan sebelumnya. Namun sayangnya, mereka menukil separuh-separuh sehingga maksud dari pernyataan tersebut melenceng, parahnya lagi (ketidak jujuran ini) mereka gunakan untuk melarang Tahlilan karena kebencian mereka terhadap kegiatan tersebut dan tidak menjelaskan apa yang sebenarnya dimakruhkan.<\/p>\n

Yang dimakruhkan adalah berupa jamuan besar untuk tamu (\u201cAn-Dliyafah\/\u0627\u0644\u0636\u064a\u0627\u0641\u0629\u201d) yang dilakukan oleh ahlu (keluarga) mayyit untuk kegembiraan. Status hukum ini adalah makruh bukan haram, namun bisa berubah menjadi jaiz (mubah) sebagaimana dijelaskan pada point 2 (didalam Kitab Al-Mughniy).<\/p>\n

Point Ke-Empat (4)<\/strong> : Lagi-lagi mereka menterjemahkan secara tidak jujur dan memenggal-menggal kalimat yang seharunya utuh.<\/p>\n

~Terjemahan mereka ; \u201cDan diantara bid\u2019ah yang munkarat yang tidak disukai ialah apa yang biasa dikerjakan orang tentang cara penyampaian rasa duka cita, berkumpul dan acara hari keempat puluh, bahkan semua itu adalah haram.\u201d (I\u2019anatut Thalibin, Sarah Fathul Mu\u2019in, Juz 2 hal. 145-146). Mereka telah memotong kalimatnya hanya sampai disitu. Sungguh ini telah pembohongan publik, memfitnah atas nama ulama (Pengarang kitab I\u2019anatuth Thabilibin).<\/p>\n

~Berikut teks lengkapnya (yang benar) ;<\/p>\n

\u0648\u0641\u064a \u062d\u0627\u0634\u064a\u0629 \u0627\u0644\u0639\u0644\u0627\u0645\u0629 \u0627\u0644\u062c\u0645\u0644 \u0639\u0644\u0649 \u0634\u0631\u062d \u0627\u0644\u0645\u0646\u0647\u062c: \u0648\u0645\u0646 \u0627\u0644\u0628\u062f\u0639 \u0627\u0644\u0645\u0646\u0643\u0631\u0629 \u0648\u0627\u0644\u0645\u0643\u0631\u0648\u0647 \u0641\u0639\u0644\u0647\u0627: \u0645\u0627 \u064a\u0641\u0639\u0644\u0647 \u0627\u0644\u0646\u0627\u0633 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0648\u062d\u0634\u0629 \u0648\u0627\u0644\u062c\u0645\u0639 \u0648\u0627\u0644\u0627\u0631\u0628\u0639\u064a\u0646\u060c \u0628\u0644 \u0643\u0644 \u0630\u0644\u0643 \u062d\u0631\u0627\u0645 \u0625\u0646 \u0643\u0627\u0646 \u0645\u0646 \u0645\u0627\u0644 \u0645\u062d\u062c\u0648\u0631\u060c \u0623\u0648 \u0645\u0646 \u0645\u064a\u062a \u0639\u0644\u064a\u0647 \u062f\u064a\u0646\u060c \u0623\u0648 \u064a\u062a\u0631\u062a\u0628 \u0639\u0644\u064a\u0647 \u0636\u0631\u0631\u060c \u0623\u0648 \u0646\u062d\u0648 \u0630\u0644\u0643.<\/strong><\/p>\n

\u201cDan didalam kitab Hasiyatul Jamal \u2018alaa Syarh al-Minhaj (karangan Al-\u2018Allamah asy-Syekh Sulaiman al-Jamal) ; \u201cdan sebagian dari bid\u2019ah Munkarah dan Makruh mengerjakannya, yaitu apa yang dilakukan orang daripada berduka cita, berkumpul dan 40 harian, bahkan semua itu haram jika (dibiayai) dari harta yang terlarang (haram), atau dari (harta) mayyit yang memiliki (tanggungan) hutang atau (dari harta) yang bisa menimbulkan bahaya atasnya, atau yang lain sebagainya\u201d<\/p>\n

Begitu jelas ketidak jujuran yang mereka lakukan dan penipuan terhadap umat Islam yang mereka sebarkan melalui website dan buku-buku mereka.<\/p>\n

Kalimat yang seharusnya di lanjutkan, di potong oleh mereka. Mereka telah menyembunyikan maksud yang sebenarnya dari ungkapan ulama yang berasal dari kitab aslinya. Mereka memenggal kalimat secara \u201cseksama\u201d (penipuan yang direncanakan\/disengaja) demi tercapainya tujuan mereka yaitu melarang bahkan mengharamkan Tahlilan, seolah olah tujuan mereka didukung oleh pendapat Ulama, padahal hanya didukung oleh tipu daya mereka sendiri yang mengatas namakan ulama. Bukankah hal semacam ini juga termasuk telah memfitnah Ulama ? menandakan bahwa pelakunya berakhlak buruk juga lancang terhadap Ulama ? Ucapan mereka yang katanya menghidupkan sunnah sangat bertolak belakang dengan prilaku penipuan yang mereka lakukan.<\/p>\n

Point Ke-Lima (5):<\/strong> Terjemahan mereka: \u201cDan tidak ada keraguan sedikitpun, bahwa mencegah umat dari bid\u2019ah munkarat ini adalah menghidupkan Sunnah Nabi SAW , mematikan BID\u2019AH, membuka seluas-luasnya pintu kebaikan dan menutup serapat-rapatnya pintu-pintu keburukan, karena orang-orang memaksa-maksa diri mereka berbuat hal-hal yang akan membawa kepada hal yang diharamkan. (I\u2019anatut Thalibin, Sarah Fathul Mu\u2019in, Juz 2 hal. 145-146) Kalimat diatas sebenarnya masih berkaitan dengan kalimat sebelumnya, oleh karena itu harus dipahami secara keseluruhan.<\/p>\n

~Berikut ini adalah kelanjutan dari kalimat pada point ke-4 :<\/p>\n

. \u0648\u0642\u062f \u0642\u0627\u0644 \u0631\u0633\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0644\u0647 (\u0635) \u0644\u0628\u0644\u0627\u0644 \u0628\u0646 \u0627\u0644\u062d\u0631\u062b \u0631\u0636\u064a \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0646\u0647: \u064a\u0627 \u0628\u0644\u0627\u0644 \u0645\u0646 \u0623\u062d\u064a\u0627 \u0633\u0646\u0629 \u0645\u0646 \u0633\u0646\u062a\u064a \u0642\u062f \u0623\u0645\u064a\u062a\u062a \u0645\u0646 \u0628\u0639\u062f\u064a\u060c \u0643\u0627\u0646 \u0644\u0647 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0627\u062c\u0631 \u0645\u062b\u0644 \u0645\u0646 \u0639\u0645\u0644 \u0628\u0647\u0627\u060c \u0644\u0627 \u064a\u0646\u0642\u0635 \u0645\u0646 \u0623\u062c\u0648\u0631\u0647\u0645 \u0634\u064a\u0626\u0627. \u0648\u0645\u0646 \u0627\u0628\u062a\u062f\u0639 \u0628\u062f\u0639\u0629 \u0636\u0644\u0627\u0644\u0629 \u0644\u0627 \u064a\u0631\u0636\u0627\u0647\u0627 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0648\u0631\u0633\u0648\u0644\u0647\u060c \u0643\u0627\u0646 \u0639\u0644\u064a\u0647 \u0645\u062b\u0644 \u0645\u0646 \u0639\u0645\u0644 \u0628\u0647\u0627\u060c \u0644\u0627 \u064a\u0646\u0642\u0635 \u0645\u0646 \u0623\u0648\u0632\u0627\u0631\u0647\u0645 \u0634\u064a\u0626\u0627. \u0648\u0642\u0627\u0644 (\u0635): \u0625\u0646 \u0647\u0630\u0627 \u0627\u0644\u062e\u064a\u0631 \u062e\u0632\u0627\u0626\u0646\u060c \u0644\u062a\u0644\u0643 \u0627\u0644\u062e\u0632\u0627\u0626\u0646 \u0645\u0641\u0627\u062a\u064a\u062d\u060c \u0641\u0637\u0648\u0628\u0649 \u0644\u0639\u0628\u062f \u062c\u0639\u0644\u0647 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0645\u0641\u062a\u0627\u062d\u0627 \u0644\u0644\u062e\u064a\u0631\u060c \u0645\u063a\u0644\u0627\u0642\u0627 \u0644\u0644\u0634\u0631. \u0648\u0648\u064a\u0644 \u0644\u0639\u0628\u062f \u062c\u0639\u0644\u0647 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0645\u0641\u062a\u0627\u062d\u0627 \u0644\u0644\u0634\u0631\u060c \u0645\u063a\u0644\u0627\u0642\u0627 \u0644\u0644\u062e\u064a\u0631.<\/strong><\/p>\n

\u201cDan sungguh Rasulullah bersabda kepada Bilal bin Harits (\u0631\u0636\u064a \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0646\u0647) : \u201cwahai Bilal, barangsiapa yang menghidupkan sunnah dari sunnahku setelah dimatikan sesudahku, maka baginya pahala seperti (pahala) orang yang mengamalkannya, tidak dikurangi sedikitpun dari pahala mereka (orang yang mengamalkan) dan barangsiapa yang mengada-adakan (membuat) bid\u2019ah dhalalah dimana Allah dan Rasul-Nya tidak akan ridha, maka baginya (dosa) sebagaimana orang yang mengamalkannya dan tidak dikurangi sedikitpun dari dosa mereka\u201d. dan Nabi bersabda ; \u201cSesungguhnya kebaikan (\u0627\u0644\u062e\u064a\u0631) itu memiliki khazanah-khazanah, khazanah-khazanah itu ada kunci-kuncinya (pembukanya), Maka berbahagialah bagi hamba yang telah Allah jadikan pada dirinya pembuka untuk kebaikan dan pengunci keburukan. Maka, celakalah bagi hamba yang telah Allah jadikan pada dirinya pembuka keburukan dan pengunci kebaikan\u201d<\/p>\n

\u0648\u0644\u0627 \u0634\u0643 \u0623\u0646 \u0645\u0646\u0639 \u0627\u0644\u0646\u0627\u0633 \u0645\u0646 \u0647\u0630\u0647 \u0627\u0644\u0628\u062f\u0639\u0629 \u0627\u0644\u0645\u0646\u0643\u0631\u0629 \u0641\u064a\u0647 \u0625\u062d\u064a\u0627\u0621 \u0644\u0644\u0633\u0646\u0629\u060c \u0648\u0625\u0645\u0627\u062a\u0647 \u0644\u0644\u0628\u062f\u0639\u0629\u060c \u0648\u0641\u062a\u062d \u0644\u0643\u062b\u064a\u0631 \u0645\u0646 \u0623\u0628\u0648\u0627\u0628 \u0627\u0644\u062e\u064a\u0631\u060c \u0648\u063a\u0644\u0642 \u0644\u0643\u062b\u064a\u0631 \u0645\u0646 \u0623\u0628\u0648\u0627\u0628 \u0627\u0644\u0634\u0631\u060c \u0641\u0625\u0646 \u0627\u0644\u0646\u0627\u0633 \u064a\u062a\u0643\u0644\u0641\u0648\u0646 \u062a\u0643\u0644\u0641\u0627 \u0643\u062b\u064a\u0631\u0627\u060c \u064a\u0624\u062f\u064a \u0625\u0644\u0649 \u0623\u0646 \u064a\u0643\u0648\u0646 \u0630\u0644\u0643 \u0627\u0644\u0635\u0646\u0639 \u0645\u062d\u0631\u0645\u0627. \u0648\u0627\u0644\u0644\u0647 \u0633\u0628\u062d\u0627\u0646\u0647 \u0648\u062a\u0639\u0627\u0644\u0649 \u0623\u0639\u0644\u0645.<\/strong><\/p>\n

\u201cdan tidak ada keraguan bahwa mencegah manusia dari bid\u2019ah Munkarah ini, padanya termasuk menghidupkan as-Sunnah, dan mematikan bagi bid\u2019ah, dan membuka pada banyak pintu kebaikan, dan mengunci kebayakan pintu keburukan.. Maka jika manusia membebani (dirinya) dengan beban yang banyak, itu hanya akan mengantarkan mereka kepada perkara yang diharamkan.\u201d<\/p>\n

Jika hanya membaca sepintas nukilan dari mereka, akan terkesan seolah-olah adanya pelarangan bahwa berkumpulnya manusia dan makan hidangan di tempat ahlu (keluarga) mayyit adalah diharamkan sebagaimana yang telah mereka nukil secara tidak jujur dipoint-4 atau bahkan ketidak jelasan mengenai bid\u2019ah Munkarah yang dimaksud, padahal pada kalimat sebelumnya (lihat point-4) sudah dijelaskan dan status hukumnya adalah Makruh, namun memang bisa mengantarkan pada perkara yang haram jika membebani dengan beban yang banyak (\u062a\u0643\u0644\u0641\u0627 \u0643\u062b\u064a\u0631\u0627) sebagaimana dijelaskan pada akhir-akhir point ke-5 ini dan juga pada point-4 yaitu jika (dibiayai) dari harta yang terlarang , atau dari (harta) mayyit yang memiliki (tanggungan) hutang atau (dari harta) yang bisa menimbulkan bahaya atasnya.<\/p>\n

Demikian apa yang bisa kami sampaikan sedikit ini untuk meluruskan nukil-nukilan tidak jujur dari \u201cpendakwah salafi\u201d yang katanya \u201cpengikut salaf\u201d namun sayang sekali prilaku mereka sangat bertolak belakang dengan prilaku salaf bahkan lebih buruk.<\/p>\n

Kami menghimbau agar jangan terlalu percaya dengan nukilan-nukilan mereka, sebaiknya mengecek sendiri atau tanyakan pada ulama atau ustadz tempat antum masing-masing agar tidak menjadi korban internet dan korban penipuan mereka. Masih banyak kitab ulama lainnya yang mereka pelintir maksudnya. Maka berhati-hatilah, demikian dulu, Semoga bermanfaat. Wallahu a\u2019lam bis showab.<\/p>\n

Source: Peparing E Ilahi<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Mengusik amalan seseorang Muslim dengan menukil pernyataan Ulama dari kitab Muktabar, Kitab I’anatuth Thalibin secara serampangan (mengguting-gunting kalimat) merupakan perbuatan keji dan sangat tidak berakhlak. Selain termasuk telah menyembunyikan kebenaran, juga termasuk telah memfitnah Ulama yang perkataannya telah mereka nukil, merendahkan kitab Ulama dan juga telah menipu kaum Muslimin. Dakwah mereka benar-benar penuh […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":1224,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[9],"tags":[489,47,25],"yoast_head":"\nCurang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I'anatuth Thalibin Secara Serampangan - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Mengusik amalan seseorang Muslim dengan menukil pernyataan Ulama dari Kitab I\u2019anatuth Thalibin secara serampangan merupakan perbuatan keji.\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I'anatuth Thalibin Secara Serampangan - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Mengusik amalan seseorang Muslim dengan menukil pernyataan Ulama dari Kitab I\u2019anatuth Thalibin secara serampangan merupakan perbuatan keji.\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:author\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2017-11-29T03:02:58+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-09-07T03:14:28+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2017\/11\/ianah.png\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"700\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"400\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/png\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Redaksi\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Redaksi\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"16 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/\"},\"author\":{\"name\":\"Redaksi\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/ff3b58d5b39ab10ea20e402be7d60fac\"},\"headline\":\"Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I’anatuth Thalibin Secara Serampangan\",\"datePublished\":\"2017-11-29T03:02:58+00:00\",\"dateModified\":\"2019-09-07T03:14:28+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/\"},\"wordCount\":3225,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2017\/11\/ianah.png\",\"keywords\":[\"Kitab I\u2019anatuth Thalibin\",\"salafi\",\"wahabi\"],\"articleSection\":[\"Wahabi\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/\",\"name\":\"Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I'anatuth Thalibin Secara Serampangan - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2017\/11\/ianah.png\",\"datePublished\":\"2017-11-29T03:02:58+00:00\",\"dateModified\":\"2019-09-07T03:14:28+00:00\",\"description\":\"Mengusik amalan seseorang Muslim dengan menukil pernyataan Ulama dari Kitab I\u2019anatuth Thalibin secara serampangan merupakan perbuatan keji.\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2017\/11\/ianah.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2017\/11\/ianah.png\",\"width\":700,\"height\":400,\"caption\":\"Kitab I'anatuth Thalibin\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I’anatuth Thalibin Secara Serampangan\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/ff3b58d5b39ab10ea20e402be7d60fac\",\"name\":\"Redaksi\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/6425f4fe249f16a664104ad8a6a65e4f?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/6425f4fe249f16a664104ad8a6a65e4f?s=96&r=g\",\"caption\":\"Redaksi\"},\"description\":\"Suka Menulis? Silahkan kirimkan tulisan dengan topik seputar Keislaman ke email redaksi di portalpecihitam@gmail.com\",\"sameAs\":[\"https:\/\/toko.pecihitam.org\",\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\"],\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/newpecihitam\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I'anatuth Thalibin Secara Serampangan - Pecihitam.org","description":"Mengusik amalan seseorang Muslim dengan menukil pernyataan Ulama dari Kitab I\u2019anatuth Thalibin secara serampangan merupakan perbuatan keji.","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I'anatuth Thalibin Secara Serampangan - Pecihitam.org","og_description":"Mengusik amalan seseorang Muslim dengan menukil pernyataan Ulama dari Kitab I\u2019anatuth Thalibin secara serampangan merupakan perbuatan keji.","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_author":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2017-11-29T03:02:58+00:00","article_modified_time":"2019-09-07T03:14:28+00:00","og_image":[{"width":700,"height":400,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2017\/11\/ianah.png","type":"image\/png"}],"author":"Redaksi","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Redaksi","Est. reading time":"16 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/"},"author":{"name":"Redaksi","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/ff3b58d5b39ab10ea20e402be7d60fac"},"headline":"Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I’anatuth Thalibin Secara Serampangan","datePublished":"2017-11-29T03:02:58+00:00","dateModified":"2019-09-07T03:14:28+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/"},"wordCount":3225,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2017\/11\/ianah.png","keywords":["Kitab I\u2019anatuth Thalibin","salafi","wahabi"],"articleSection":["Wahabi"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/","name":"Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I'anatuth Thalibin Secara Serampangan - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2017\/11\/ianah.png","datePublished":"2017-11-29T03:02:58+00:00","dateModified":"2019-09-07T03:14:28+00:00","description":"Mengusik amalan seseorang Muslim dengan menukil pernyataan Ulama dari Kitab I\u2019anatuth Thalibin secara serampangan merupakan perbuatan keji.","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2017\/11\/ianah.png","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2017\/11\/ianah.png","width":700,"height":400,"caption":"Kitab I'anatuth Thalibin"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/curang-salafi-wahabi-menukil-kitab-ianatuth-thalibin-secara-serampangan\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Curang, Salafi Wahabi Menukil Kitab I’anatuth Thalibin Secara Serampangan"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/ff3b58d5b39ab10ea20e402be7d60fac","name":"Redaksi","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/6425f4fe249f16a664104ad8a6a65e4f?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/6425f4fe249f16a664104ad8a6a65e4f?s=96&r=g","caption":"Redaksi"},"description":"Suka Menulis? Silahkan kirimkan tulisan dengan topik seputar Keislaman ke email redaksi di portalpecihitam@gmail.com","sameAs":["https:\/\/toko.pecihitam.org","https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/"],"url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/newpecihitam\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1223"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=1223"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/1223\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/1224"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=1223"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=1223"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=1223"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}