Pecihitam.org <\/strong>– Pada artikel saya kali ini akan saya bahas tentang sifat ke-13 dari 20 sifat yang wajib bagi Allah Ta’ala, yakni Sifat Kalam yang tergolong ke dalam salah satu dari tujuh macam sifat Ma’ani.<\/p>\n\n\n\n Adapun sifat setelahnya yang ada pada urutan ke-14 hingga sampai 20 terakhir dinamakan dengan sifat Ma’nawiyah, yang Insya Allah akan saya himpunkan semuanya dalam satu artikel ini. <\/p>\n\n\n\n Hal itu saya lakukan karena sifat-sifat ma’nawi tersebut tidak terlalu rumit untuk di pahami, dan pun dalil-dalil yang berkaitan dengannya semua sudah disebutkan dalam pembahasan sifat-sifat ma’ani, yakni dari mulai sifat Qudrah hingga sampai sifat Kalam yang akan saya bahas sebentar lagi.<\/p>\n\n\n\n Hal-hal yang berkaitan dengan pengertian sifat ma’ani dan ma’nawi akan saya bahas secara ringkas di akhir artikel. Saya anjurkan untuk para pembaca agar dapat membacanya dengan perlahan-lahan dan penuh perhatian! <\/p>\n\n\n\n Sifat Ke-13 yang wajib bagiAllah SWT adalah Sifat Kalam (\u0643\u064e\u0644\u064e\u0627\u0645<\/strong>), sementara sifat Mustahil Allah adalah Bakam (\u0628\u064e\u0643\u064e\u0645<\/strong>)<\/p>\n\n\n\n Sifat Kalam secara bahasa berarti “Berkata-kata”, sedangkan menurut istilah adalah suatu sifat yang wujud lagi qadim yang berdiri dengan zat Allah Ta\u2019ala yang ta\u2019alluq ia dengan segala yang wajib, mustahil dan jaiz.<\/p>\n\n\n\n Sebagaimana yang telah kita ketahui\nbersama yang bahwa segala sifat dan perbuatan Allah itu berbeda dengan yang\nbaharu. Maka oleh karena itu Kalam Allah Ta\u2019ala juga tidak sama seperti kalam\nyang baharu, tidak berhuruf dan tidak bersuara, juga tidak di sifatkan dengan\npendahuluan dan penghabisan\/akhir. Tidak pernah diam, terus menerus berkalam\nselama-selamanya.<\/p>\n\n\n\n Sifat Kalam adalah sifat yang satu, seperti halnya sifat-sifat wajib lainnya yang ada pada Allah Ta\u2019ala. Namun di dalam pengungkapan atau pengibaratannya, Kalam Allah tersebut terbagi-bagi kepada beberapa bagian dengan I\u2019tibar atau dari sudut pandang ta\u2019luqnya kepada beberapa macam jenis ta\u2019luq.<\/p>\n\n\n\n Bila Kalam tersebut ta\u2019luq\/berkaitan dengan perintah memperbuat sesuatu seperti shalat<\/a><\/strong>, zakat dan sebagainya, maka Kalam seperti itu di namakan perintah.<\/p>\n\n\n\n Dan jika ta\u2019luq dengan perintah\nmeninggalkan sesuatu seperti zina, membunuh dengan tanpa hak, ghibah dan lain\nsebagainya, maka Kalam tersebut merupakan larangan.<\/p>\n\n\n\n Jika berkaitan dengan kisah atau\nsejarah seperti ketika Allah mengkisahkan kejadian yang berlaku pada Nabi Musa\na.s, maka Kalam seperti ini dinamakan dengan khabar atau berita.<\/p>\n\n\n\n Manakala berkaitan dengan imbalan atau pahala bagi orang yang melakukan keta\u2019atan dan meninggalkan kemaksiaatan maka dinamakan dengan wa\u2019ad yang berarti Janji. <\/p>\n\n\n\n Dan bila berkaitan dengan balasan azab bagi orang yang melakukan maksiat, maka dinamakan dengan wa\u2019id yang berarti ancaman\/peringatan.<\/p>\n\n\n\n Lawan daripada sifat Kalam ini adalah\nsifat bakam yang berarti bisu. Mustahil Allah Ta\u2019ala bersifat bakam, wajib\nbagi-Nya bersifat dengan Kalam. <\/p>\n\n\n\n Dalil \u2018Aqli<\/strong><\/p>\n\n\n\n Sifat Kalam merupakan suatu sifat kesempurnaan sedangkan bakam\/bisu adalah sifat kurang\/kecacatan, mustahil Allah Tuhan semesta alam yang menguasai jagad raya<\/a> ini memiliki kekurangan. Mestilah Tuhan itu memiliki setiap sifat kesempurnaan.<\/p>\n\n\n\n Dali Naqli<\/strong><\/p>\n\n\n\n \u0648\u064e\u0643\u064e\u0644\u064e\u0651\u0645\u064e \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f \u0645\u064f\u0648\u0633\u064e\u0649\u0670\n\u062a\u064e\u0643\u0652\u0644\u0650\u064a\u0645\u064b\u0627<\/p>\n\n\n\n \u201cDan Allah berbicara kepada Musa dengan langsung\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n \u0645\u0650\u0646\u0652\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0645\u064e\u0646\u0652 \u0643\u064e\u0644\u064e\u0651\u0645\u064e \u0627\u0644\u0644\u064e\u0651\u0647\u064f<\/p>\n\n\n\n \u201cDi antara mereka (Rasul) ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia)\u2026\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n PEMBAHASAN SIFAT MA’ANI DAN MA’NAWI<\/strong><\/p>\n\n\n\n Sifat Ma’ani adalah suatu sifat yang berdiri dengan zat lagi yang mewajibkan\\menetapkan zat yang disifati tersebut dengan suatu hukum, contohnya seperti sifat Qudrah (Kuasa) yang ada pada Allah, maka sifat Kuasa itu mewajibkan adanya suatu ketetapan sifat yang lain pada Allah, yakni Yang Berkuasa.<\/p>\n\n\n\n Sedangkan sifat Ma’nawi adalah sifat yang maujud lagi tetap pada Allah yang datang di karenakan adanya sifat Ma’ani yang telah disebut. untuk lebih mudah dalam memahami pengertian tersebut mari kita perhatikan dua contoh berikut.<\/p>\n\n\n\n Zayid adalah seorang laki-laki yang memiliki ilmu pengetahuan, oleh karena adanya “ilmu pengetahuan” tersebut padanya maka zayid di hukumkan atau dengan kata lain dinamakan dengan orang “yang berilmu”. Contoh lainnya, jika zayid merupakan seorang presiden yang memiliki kuasa tuk mengatur bangsa dan negara, maka ketika itu secara otomatis zayid di kategorikan dengan orang “yang berkuasa”.<\/p>\n\n\n\n Sifat “Ilmu Pengetahuan” dan “Kuasa” yang ada pada dua contoh di atas dinamakan dengan sifat ma’ani, sedangkan dua sifat lainnya yang dihukumkan ada pada zayid dengan sebab adanya sifat ma’ani tersebut dinamakan sifat ma’nawi, yakni sifat “yang berilmu”dan “yang berkuasa”.<\/p>\n\n\n\n Sifat Ma\u2019ani<\/strong> : Kuasa – Sifat Ma\u2019nawiyahnya<\/strong> : Yang Berkuasa<\/p>\n\n\n\n Sifat Ma\u2019ani<\/strong> : Ilmu – Sifat Ma\u2019nawiyahnya<\/strong> : Yang Berilmu <\/p>\n\n\n\n Sifat Ma’ani ada tujuh : Qudrah, Iradah, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar dan Kalam, yakni pada urutan ke-7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13 daripada 20 sifat yang wajib bagi Allah. Dan semuanya sudah saya bahas dalam artikel-artikel saya sebelumnya. Oleh karena sifat ma’aniy ada tujuh, maka sifat Ma’nawi juga ada tujuh, mengikut kepada ma’ani. <\/p>\n\n\n\n Tujuh sifat ma’nawi tersebut yakni: Qaadirun (Yang Maha Kuasa), Muriidun (Yang Maha Berkehendak), ‘Aalimun (Yang Maha Mngetahui), Hayyun(Yang Maha Hidup), Samii’un (Yang Maha Mendengar), Baashirun (Yang Maha Melihat) dan Mutakallimun (Yang Maha Berkata-kata). pada urutannya dalam 20 sifat yang wajib bagi Allah, sifat ma’nawi menempati urutan 14, 15, 16, 17, 18, 19 dan 20.<\/p>\n\n\n\n Demikian sedikit pembahasan tentang Sifat Kalam dan 7 sifat terakhir dari 20 sifat yang wajib bagi Allah Ta’ala. Artikel ini merupakan artikel yang terakhir terkait pembahasan Aqidah\/Tauhid<\/a><\/strong> Ahlussunnah wal Jamaah mengenai 20 sifat yang wajib sekaligus yang mustahil bagi Allah SWT. <\/p>\n\n\n\n Pada artikel selanjutnya InsyaAllah akan kita bahas tentang 1 sifat yang jaiz (boleh) bagi Allah. Wallahua’alam Bisshawaab !<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Pecihitam.org – Pada artikel saya kali ini akan saya bahas tentang sifat ke-13 dari 20 sifat yang wajib bagi Allah Ta’ala, yakni Sifat Kalam yang tergolong ke dalam salah satu dari tujuh macam sifat Ma’ani. Adapun sifat setelahnya yang ada pada urutan ke-14 hingga sampai 20 terakhir dinamakan dengan sifat Ma’nawiyah, yang Insya Allah akan […]<\/p>\n","protected":false},"author":43,"featured_media":13342,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[5,2030],"tags":[4691,4973,4127],"yoast_head":"\n