Pecihitam.org<\/strong> – Orang yang berilmu harus siap melayani masyarakat dalam masalah pengetahuan. Ketika ada orang yang bertanya, ia berkewajiban menjawab permasalahan yang terjadi sesuai dengan kapasitas keilmuannya. <\/p>\n\n\n\n

Tentunya, jawaban yang disampaikan harus berlandaskan ilmu. Namun, ada beberapa orang yang ketika bertanya, tidak menanggapinya adalah hal yang dianjurkan. Imam al-Ghazali menjelaskan kriteria orang-orang yang perlu diabaikan ketika mereka bertanya.<\/p>\n\n\n\n

Tanggung jawab orang berilmu adalah mengajarkan ilmunya ke masyarakat. Ia berkewajiban untuk menuntun mereka yang belum paham, agar menjadi orang-orang yang berperadaban mulia. <\/p>\n\n\n\n

Orang berilmu menuntun masyarakat dengan berlandaskan ilmu dan kebijaksanaan. Sebab, jika menuntun umat tanpa kelimuan, justru akan menimbulkan kekeliruan dalam memahami suatu masalah. Akibatnya, bisa salah kaprah dan menyesatkan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam kitab Ayyuhal Walad, Imam Ghazali<\/a><\/strong> menyebutkan 4 golongan orang yang kerapkali mengajukan pertanyaan dan bantahan. Yang mana satu dari golongan orang yang bertanya harus ditanggapi dengan baik, sedangkan tiga golongan lainnya harus diabaikan.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga golongan orang yang bertanya tersebut sebagaimana disebutkan Imam al-Ghazali sebagai berikut.<\/p>\n\n\n\n

Pertama.<\/strong> Orang yang bertanya atau membantah karena bodoh dan merasa paling benar sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Kebodohan yang dimaksud adalah orang yang tidak berlilmu tapi merasa paling benar. Kebodohan seperti ini, menurut Nabi Isa, tidak dapat diobati.<\/p>\n\n\n\n

\u0625\u0646\u064a \u0645\u0627 \u0639\u062c\u0632\u062a \u0639\u0646 \u0625\u062d\u064a\u0627\u0621 \u0627\u0644\u0645\u0648\u062a\u0649 \u0648\u0642\u062f \u0639\u062c\u0632\u062a \u0639\u0646 \u0645\u0639\u0627\u0644\u062c\u0629 \u0627\u0644\u0623\u062d\u0645\u0642<\/strong><\/p>\n\n\n\n

“Tidak sulit bagiku untuk menghidupkan orang mati, tapi aku tidak mampu mengatasi orang bodoh”<\/em><\/p>\n\n\n\n

Orang bodoh yang mempunyai karakter demikian tidak pernah mengakui kesalahan dan kekurangannya. Ia senantiasa merasa paling benar sendiri. Padahal, keilmuannya dangkal bahkan tidak ada.<\/p>\n\n\n\n

Ciri orang tersebut biasanya kerap kali membantah ulama yang hidupnya untuk ilmu. Karena kebodohannya, ia menyangka setiap hal yang ia tidak tahu, juga tidak dipahami oleh ulama tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Menghadapi orang dengan karakter di atas hanya akan menghabiskan waktu saja. Maka, jawaban terbaik untuk menghadapi orang bodoh seperti itu adalah diam.<\/p>\n\n\n\n

Kedua.<\/strong> Orang yang bertanya atau membantah karena perasaan hasud dan emosi.<\/p>\n\n\n\n

Karakter kelompok kedua ini adalah tidak merasa puas dengan jawaban yang telah disampaikan. Bahkan, semakin jawaban yang disampaikan jelas dan gamnblang, semakian menambah rasa hasud dan emosinya.<\/p>\n\n\n\n

Sebuah syair Arab memotret katarkter kelompok kedua ini.<\/p>\n\n\n\n

\u0643\u064f\u0644\u0651\u064f \u0627\u0644\u0652\u0639\u064e\u062f\u064e\u0627\u0648\u064e\u0629\u0650 \u0642\u064e\u062f\u0652 \u064a\u064f\u0631\u0652\u062c\u064e\u0649 \u0625\u0650\u0632\u064e\u0627\u0644\u064e\u062a\u064f\u0647\u064e\u0627 * \u0625\u0650\u0644\u0651\u064e\u0627 \u0639\u064e\u062f\u064e\u0627\u0648\u064e\u0629\u064e \u0645\u064e\u0646\u0652 \u0639\u064e\u0627\u062f\u064e\u0627\u0643\u064e \u0639\u064e\u0646\u0652 \u062d\u064e\u0633\u064e\u062f\u064d<\/strong><\/p>\n\n\n\n

“Setiap permusuhan selalu ada harapan untuk dihilangkan, kecuali permusuhan orang yang memusuhimu karena iri hati atau hasud”<\/p>\n\n\n\n

Mengabaikan orang tersebut merupakan cara yang terbaik. Sebab, jawaban apapun tidak akan dicerna dan diterimanya.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga.<\/strong> Orang yang seringkali salah paham. Orang tersebut sejatinya bertanya dengan niat baik, akan tetapi jika disampaikan jawabannya justru salah memahami maksudnya.<\/p>\n\n\n\n

Sehingga, apa yang dipahaminya jauh dari substansi jawaban. Orang yang berada di kelompok ini sejatinya baik, akan tetapi memiliki kekurangan dalam pemahaman.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda:<\/p>\n\n\n\n

\u0623\u0645\u0631\u0646\u0627 \u0623\u0646 \u0646\u0643\u0644\u0645 \u0627\u0644\u0646\u0627\u0633 \u0639\u0644\u0649 \u0642\u062f\u0631 \u0639\u0642\u0648\u0644\u0647\u0645<\/strong><\/p>\n\n\n\n

“Kami diperintahkan untuk berbicara dengan manusia sesuai dengan kadar akal mereka” (HR. Imam Dailami).<\/p>\n\n\n\n

Adapun orang yang bertanya karena ingin mencari pemahaman yang baik. Ia bertanya bukan untuk mengetes orang lain, serta tidak didasari rasa hasud dan emosi.<\/p>\n\n\n\n

Orang yang demikian ini adalah pencari ilmu yang benar dan meghilangkan kebodohan. Maka ketika orang yang seperti itu bertanya, suatu keharusan untuk memberikan jawaban dan penjelasan. Demikian penjelasan tentang tiga kelompok yang saat bertanya, tidak perlu ditanggapi. Wallahua\u2019lam Bisshawab.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Orang yang berilmu harus siap melayani masyarakat dalam masalah pengetahuan. Ketika ada orang yang bertanya, ia berkewajiban menjawab permasalahan yang terjadi sesuai dengan kapasitas keilmuannya. Tentunya, jawaban yang disampaikan harus berlandaskan ilmu. Namun, ada beberapa orang yang ketika bertanya, tidak menanggapinya adalah hal yang dianjurkan. Imam al-Ghazali menjelaskan kriteria orang-orang yang perlu diabaikan […]<\/p>\n","protected":false},"author":14,"featured_media":15019,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[5293,1824,5294],"yoast_head":"\n