Pecihitam.org<\/strong> – Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam shalat adalah menutup aurat. Hal yang tidak jarang terjadi pada kaum perempuan adalah adanya sedikit bagian rambut mereka terlihat pada saat shalat sedang berlangsung.<\/p>\n\n\n\n

Padahal seperti kita pahami bersama bahwa rambut perempuan merupakan salah satu aurat yang harus ditutup pada saat melaksanakan shalat. Lalu ketika rambut perempuan sedikit terlihat pada saat shalat berlangsung, apakah hal tersebut membatalkan shalatnya?<\/p>\n\n\n\n

Menurut mazhab Syafii<\/a><\/strong>, bagian aurat yang terlihat pada saat shalat, baik yang terlihat adalah sedikit ataupun banyak termasuk sedikit rambut perempuan adalah hal yang membatalkan shalat. Maka dari itu ia wajib mengulang kembali shalat tersebut. Karena shalat yang ia lakukan pada saat terbuka auratnya dianggap tidak sah. <\/p>\n\n\n\n

Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Hawasyi asy-Syarwani:<\/p>\n\n\n\n

\u0642\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0645\u062a\u0646: (\u0645\u0627 \u0633\u0648\u0649 \u0627\u0644\u0648\u062c\u0647 \u0648\u0627\u0644\u0643\u0641\u064a\u0646) \u0623\u064a \u062d\u062a\u0649 \u0634\u0639\u0631 \u0631\u0623\u0633\u0647\u0627 \u0648\u0628\u0627\u0637\u0646 \u0642\u062f\u0645\u064a\u0647\u0627 \u0648\u064a\u0643\u0641\u064a \u0633\u062a\u0631\u0647 \u0628\u0627\u0644\u0623\u0631\u0636 \u0641\u064a \u062d\u0627\u0644 \u0627\u0644\u0648\u0642\u0648\u0641 \u0641\u0625\u0646 \u0638\u0647\u0631 \u0645\u0646\u0647 \u0634\u0626 \u0639\u0646\u062f \u0633\u062c\u0648\u062f\u0647\u0627 \u0623\u0648 \u0638\u0647\u0631 \u0639\u0642\u0628\u0647\u0627 \u0639\u0646\u062f \u0631\u0643\u0648\u0639\u0647\u0627 \u0623\u0648 \u0633\u062c\u0648\u062f\u0647\u0627 \u0628\u0637\u0644\u062a \u0635\u0644\u0627\u062a\u0647\u0627\u201c<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Wajib menutup seluruh tubuh saat shalat bagi perempuan kecuali wajah dan dua telapak tangan. Maksudnya, juga mencakup rambut dari perempuan dan bagian dalam telapak kaki perempuan. Menutup telapak kaki dengan tanah dianggap cukup dalam keadaan berdiri. Jika tampak sedikit dari telapak kaki perempuan saat sujud, atau tumitnya terlihat saat ruku\u2019 atau sujud, maka shalatnya menjadi batal.\u201d (Syekh Abdul Hamid as-Syarwani, Hawasyi as-Syarwani, juz 2, hal. 112)<\/em><\/p>\n\n\n\n

Berbeda halnya menurut mazhab selain Syafi\u2019i, seperti halnya dalam mazhab Hanbali (mazhab Ahmad ibnu Hanbal) atau mazhab Hanafi, yang membedakan antara aurat yang terlihat sedikit atau banyak.<\/p>\n\n\n\n

Jika aurat yang terlihat hanya sedikit, maka shalatnya tidak batal. Akan tetapi kalau aurat yang terlihat cukup banyak, maka shalat tersebut menjadi batal.<\/p>\n\n\n\n

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Qudamah:<\/p>\n\n\n\n

\u0640 (\u0641\u0635\u0644) \u0641\u0627\u0646 \u0627\u0646\u0643\u0634\u0641 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0639\u0648\u0631\u0629 \u064a\u0633\u064a\u0631 \u0644\u0645 \u062a\u0628\u0637\u0644 \u0635\u0644\u0627\u062a\u0647 \u0646\u0635 \u0639\u0644\u064a\u0647 \u0623\u062d\u0645\u062f \u0648\u0628\u0647 \u0642\u0627\u0644 \u0623\u0628\u0648 \u062d\u0646\u064a\u0641\u0629 \u0648\u0642\u0627\u0644 \u0627\u0644\u0634\u0627\u0641\u0639\u064a \u062a\u0628\u0637\u0644 \u0644\u0627\u0646\u0647 \u062d\u0643\u0645 \u062a\u0639\u0644\u0642 \u0628\u0627\u0644\u0639\u0648\u0631\u0629 \u0641\u0627\u0633\u062a\u0648\u0649 \u0642\u0644\u064a\u0644\u0647 \u0648\u0643\u062b\u064a\u0631\u0647 \u0643\u0627\u0644\u0646\u0638\u0631\u0629\u201c<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika sedikit aurat terbuka saat shalat, maka shalatnya tidak batal. Hukum ini dijelaskan oleh Imam Ahmad, dan Imam Abu Hanifah juga berpendapat demikian. Sedangkan Imam Syafi\u2019i berpandangan bahwa shalatnya menjadi batal, sebab permasalahan ini berhubungan dengan aurat, maka sedikit atau banyak menempati hukum yang sama, seperti halnya dalam permasalahan memandang aurat.\u201d (Syekh Ibnu Qudamah, Al-Mughni, juz 2, hal. 280)<\/em><\/p>\n\n\n\n

Aurat yang sedikit pada referensi di atas berlaku secara umum, sehingga juga berlaku pada bagian rambut bagi perempuan. Maka ketika terlihat sedikit dari bagian rambut mereka saat shalat tetap dianggap sah dan tidak wajib diulang dalam pandangan mazhab Hanbali dan Hanafi.<\/p>\n\n\n\n

Seperti yang ditegaskan oleh salah satu ulama terkemuka mazhab Hanbali, Syekh Taqiyuddin bin Taimiyah:
<\/p>\n\n\n\n

\u0645\u0633\u0623\u0644\u0629 : \u0633\u0626\u0644 \u0639\u0646 \u0627\u0644\u0645\u0631\u0623\u0629 \u0625\u0630\u0627 \u0638\u0647\u0631 \u0634\u064a\u0621 \u0645\u0646 \u0634\u0639\u0631\u0647\u0627 \u0641\u064a \u0627\u0644\u0635\u0644\u0627\u0629 \u0647\u0644 \u062a\u0628\u0637\u0644 \u0635\u0644\u0627\u062a\u0647\u0627 \u0623\u0645 \u0644\u0627 \u061f \u0623\u062c\u0627\u0628 : \u0625\u0630\u0627 \u0627\u0646\u0643\u0634\u0641 \u0634\u064a\u0621 \u064a\u0633\u064a\u0631 \u0645\u0646 \u0634\u0639\u0631\u0647\u0627 \u0648\u0628\u062f\u0646\u0647\u0627 \u0644\u0645 \u064a\u0643\u0646 \u0639\u0644\u064a\u0647\u0627 \u0627\u0644\u0625\u0639\u0627\u062f\u0629 \u0639\u0646\u062f \u0623\u0643\u062b\u0631 \u0627\u0644\u0639\u0644\u0645\u0627\u0621 \u0648\u0647\u0648 \u0645\u0630\u0647\u0628 \u0623\u0628\u064a \u062d\u0646\u064a\u0641\u0629 \u0648\u0623\u062d\u0645\u062f . \u0648\u0625\u0646 \u0627\u0646\u0643\u0634\u0641 \u0634\u064a\u0621 \u0643\u062b\u064a\u0631 \u0623\u0639\u0627\u062f\u062a \u0627\u0644\u0635\u0644\u0627\u0629 \u0641\u064a \u0627\u0644\u0648\u0642\u062a \u0639\u0646\u062f \u0639\u0627\u0645\u0629 \u0627\u0644\u0639\u0644\u0645\u0627\u0621 \u0627\u0644\u0623\u0626\u0645\u0629 \u0627\u0644\u0623\u0631\u0628\u0639\u0629 \u0648\u063a\u064a\u0631\u0647\u0645 \u0648\u0627\u0644\u0644\u0647 \u0623\u0639\u0644\u0645<\/strong><\/p>\n\n\n\n

\u201cSyekh Taqiyuddin ditanyai tentang perempuan yang tampak sedikit dari rambutnya saat shalat, apakah batal atau tidak?\u201dBeliau menjawab: \u201cJika sedikit dari rambut perempuan atau bagian tubuhnya terbuka saat shalat maka tidak perlu baginya untuk mengulang kembali shalatnya menurut mayoritas ulama yang meliputi mazhab Abu Hanifah dan Ahmad. Namun jika yang terbuka adalah bagian yang cukup banyak maka wajib mengulang shalat pada waktu shalat tersebut masih ada, menurut para ulama secara umum yaitu mazhab empat dan mazhab yang lain. Waalahu a\u2019lam.\u201d (Syekh Taqiyuddin bin Taimiyah, al-Fatawa al-Kubra, Juz 2, Hal. 56)<\/em><\/p>\n\n\n\n

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam menyikapi persoalan status shalat perempuan yang terlihat rambutnya, terjadi perbedaan pendapat antar-mazhab. Mazhab Syafii berpendapat batal dan mazhab ahmad serta mazhab Hanafi yang berpendapat tetap sah ketika rambut terlihat hanya sedikit.<\/p>\n\n\n\n

Perbedaan tersebut sama-sama mu\u2019tabar dan diakui secara fiqih. Namun dalam ranah pengamalan, sebaiknya kita mengikuti mazhab Syafi\u2019i seperti yang biasa dianut oleh mayoritas masyarakat Muslim Indonesia. <\/p>\n\n\n\n

Sebab jika kita dalam permasalahan ini mengikuti pandangan mazhab Ahmad misalnya, yang berpandangan tidak batal, maka dalam persoalan shalat secara utuh kita juga wajib melaksanakannya berdasarkan pandangan mazhab Ahmad, agar terhindar dari talfiq (pencampuran beberapa mazhab dalam satu qadiyyah) yang dilarang oleh syara\u2019.<\/p>\n\n\n\n

Penjelasan di atas yaitu jika kasus rambut perempuan terlihat sejak dari awal shalat dan yang bersangkutan mengetahuinya serta tidak membetulkannya, seperti yang sering terjadi pada umumnya wanita awam.<\/p>\n\n\n\n

Berbeda halnya ketika perempuan yang melaksanakan shalat sudah menutup auratnya secara keseluruhan, namun ternyata di pertengahan shalatnya tiba-tiba auratnya terbuka (dalam hal ini sebagian rambutnya terlihat) karena faktor tertiup angina misalnya.<\/p>\n\n\n\n

Dalam keadaan demikian wajib baginya seketika itu juga menutup aurat yang terlihat tersebut agar shalatnya tidak dihukumi batal. Jika aurat yang terlihat tidak segera ia tutup, sekiranya melebihi waktu minimal thuma\u2019ninah dalam shalat (dengan kadar waktu mengucapkan lafadz subhanallah) maka shalatnya menjadi batal.<\/p>\n\n\n\n

Jika penyebab terbukanya aurat bukan karena faktor tertiup angin, seperti karena terkena gesekan gerakan tubuhnya sendiri atau penyebab terbukanya aurat tersebut tanpa diketahui oleh dirinya atau sebab-sebab yang lain, maka dalam keadaan demikian terjadi perbedaan pendapat di antara ulama.<\/p>\n\n\n\n

Sebagian berpendapat shalatnya langsung dihukumi batal, sedangkan ulama yang lain berpandangan bahwa hukumnya sama dengan permasalahan terbukanya aurat karena tertiup angin, sehingga harus segera ditutup auratnya dan shalatnya tetap sah.<\/p>\n\n\n\n

Namun pendapat yang kuat (mu\u2019tamad) adalah pendapat yang mengatakan bahwa shalatnya wanita yang terbuka auratnya bukan karena faktor tertiup angin adalah langsung dihukumi batal, sehingga wajib baginya untuk mengulang kembali shalatnya (Syekh Sulaiman al-Bujairami, Hasyiyah al-Bujairami ala al-Khatib, juz 4, hal. 446). Wallahua\u2019lam Bisshawab.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam shalat adalah menutup aurat. Hal yang tidak jarang terjadi pada kaum perempuan adalah adanya sedikit bagian rambut mereka terlihat pada saat shalat sedang berlangsung. Padahal seperti kita pahami bersama bahwa rambut perempuan merupakan salah satu aurat yang harus ditutup pada saat melaksanakan shalat. Lalu ketika rambut […]<\/p>\n","protected":false},"author":14,"featured_media":15726,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1695,1913],"tags":[3561,5462,2196],"yoast_head":"\n