Pecihitam.org<\/strong> – Telah terjadi banyak perubahan semenjak masa hidup Nabi SAW hingga sekarang. Secara perlahan agama berasimilasi dengan banyak budaya dan umat manusia menyesuaikan diri dengan agama. <\/p>\n\n\n\n Agama dikelola sesuai kebutuhan tanpa menentang kitab dan aturan. Hal-hal baru muncul sebagai wujud manifestasi dan olah pikir umat muslim, utamanya ulama.<\/p>\n\n\n\n Hal baru itu dalam agama disebut bid\u2019ah. Bid\u2019ah artinya suatu hal baru yang tidak ada contoh sebelumnya di zaman Nabi, baik yang bersifat baik (mahmudah) maupun buruk (madzmumah).<\/p>\n\n\n\n Menurut an-Nawawi, bid\u2019ah secara istilah ialah:<\/p>\n\n\n\n \u0625\u0650\u062d\u0652\u062f\u064e\u0627\u062b \u0645\u064e\u0627 \u0644\u064e\u0645\u0652 \u064a\u064e\u0643\u064f\u0646\u0652 \u0641\u064a \u0639\u064e\u0647\u0652\u062f\u0650 \u0631\u064e\u0633\u0648\u0644\u0650 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0635\u064e\u0644\u0651\u064e\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u064f \u0639\u064e\u0644\u064e\u064a\u0652\u0647\u0650 \u0648\u064e\u0633\u064e\u0644\u0651\u064e\u0645\u064e Term bid\u2019ah memunculkan perbedaan pendapat di antara ulama. Sebagian dari mereka ada yang menganggap bid\u2019ah tidak ada yang baik, karena merujuk pada sabda Nabi;<\/p>\n\n\n\n \u201cKullu bid\u2019ah dlalalah, seluruh bid\u2019ah itu sesat.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n Sementara sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa bid\u2019ah terbagi dua: baik (mahmudah) dan buruk (madzmumah). Ulama syafi\u2019iyyah, sekaligus Imam Syafi\u2019i termasuk dalam kelompok yang kedua ini.<\/p>\n\n\n\n Karena memang faktanya tidak mungkin semua hal ada contohnya dizaman Nabi. Namun selama itu tidak bertentangan dengan pakem aturan syariat.<\/p>\n\n\n\n Bid’ah hasanah menurut Imam Syafi\u2019i memiliki syarat sebagai berikut.;<\/p>\n\n\n\n Dengan melihat kedua syarat ini, terang bahwa inti dari bid\u2019ah hasanah ialah tidak bertentangan dengan syariat. Berikut adalah beberapa kasus dan contoh bid\u2019ah hasanah dalam ibadah menurut ulama syafi\u2019iyyah, yaitu:<\/p>\n\n\n\n Panggilan (nida\u2019) secara istilah ialah adzan, iqamah, pemberitahuan, doa, dan lain-lain. Adzan dan iqamah dikhususkan untuk shalat maktubah. Adapun shalat sunnah berjamaah, disyariatkan panggilan \u2018ash-sholatu jami\u2019ah\u2019.<\/p>\n\n\n\n Misalnya dalam shalat khusuf, dan \u2018ied. Sementara panggilan semacam itu dalam shalat istisqa\u2019, tarawih, dan witir yang dilakukan berjamaah termasuk bid\u2019ah hasanah.<\/p>\n\n\n\n Adzan sesungguhnya adalah seruan shalat. Namun, ulama syafi\u2019iyyah mutaakhir menyunnahkan azan untuk beberapa kegiatan selain shalat maktubah.<\/p>\n\n\n\n Seperti adzan di telinga bayi ketika baru lahir, di telinga orang cemas untuk mengusir kecemasannya, saat kebakaran, ketika hujan deras, maupun waktu menguburkan mayat. dll<\/p>\n\n\n\n Menurut Imam Nawawi, shalat sunnah ada dua jenis. Pertama, shalat sunnah yang disunnahkan berjamaah, yaitu \u2018id, kusuf, istisqa\u2019, dan tarawih. Kedua, shalat sunnah yang tidak disunnahkan berjamaah namun sah, yaitu shalat sunnah selain itu, termasuk sunnah rawatib dan dhuha. Oleh karena itu, sebagaimana yang berlaku di beberapa negara muslim, shalat sunnah berjamaah merupakan bid\u2019ah hasanah.<\/p>\n\n\n\n Shalat nishfu sya\u2019ban ialah shalat yang dilakukan untuk meramaikan malam tanggal 15 Sya\u2019ban. Shalat model ini tidak ada pada masa Rasulullah.<\/p>\n\n\n\n Sebagian besar ulama syafi\u2019iyyah menganggap bahwa shalat nishfu sya\u2019ban bukan termasuk bid\u2019ah hasanah. Mereka menilainya termasuk bid\u2019ah madzmumah yang tidak disyariatkan dan tidak ada dalilnya. Hanya beberapa yang membolehkan, seperti Imam Ghazali dan Ibnu Sholah.<\/p>\n\n\n\n Shalat Tasbih ialah shalat sunnah yang dilakukan sedemikian rupa dengan banyaknya bacaan tasbih yang berbeda dengan shalat biasanya. Terhitung, jumlah bacaan tasbih sebanyak 75 kali setiap rakaat.<\/p>\n\n\n\n Ulama Syafi\u2019iyyah pecah menjadi dua pendapat dalam masalah ini. Sebagian ada yang berpendapat sunnah, karena berpijak pada sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud. Termasuk yang menyunnahkan shalat tasbih ialah al-Baghawi dan ar-Rouyani.<\/p>\n\n\n\n
<\/strong> \u201cMembuat hal baru yang tidak ada di zaman Rasulullah SAW.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n1. Panggilan untuk Shalat Sunnah Berjamaah<\/strong><\/h4>\n\n\n\n
2. Adzan untuk Selain Shalat Maktubah<\/strong><\/h4>\n\n\n\n
3. Shalat Sunnah Berjamaah<\/strong><\/h4>\n\n\n\n
4. Shalat Nishfu Sya\u2019ban<\/strong><\/h4>\n\n\n\n
5. Shalat Tasbih<\/strong><\/h4>\n\n\n\n