Pecihitam.org<\/strong> – Tawadhu\u2019 atau bisa diartikan rendah hati adalah salah satu sikap yang terpuji karena hal itu merupakan akhlak orang mukmin sejati.<\/p>\n\n\n\n Sebaliknya yaitu sikap takabur sangat dibenci oleh Allah SWT. Orang yang punya sifat takabur diancam tidak akan masuk surga hingga ia bertobat dan tidak lagi menjadi orang yang takabur.<\/p>\n\n\n\n Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Risalatul Mu\u2018awanah wal Mudhaharah wal Muwazarah, halaman 148-149, menjelaskan tanda-tanda orang tawadhu\u2019 sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n \u0641\u0645\u0646 \u0623\u0645\u0627\u0631\u0627\u062a \u0627\u0644\u062a\u0648\u0627\u0636\u0639 \u062d\u0628\u0651\u064f \u0627\u0644\u062e\u0645\u0648\u0644 \u0648\u0643\u0631\u0627\u0647\u064a\u0629 \u0627\u0644\u0634\u0647\u0631\u0629 \u0648\u0642\u0628\u0648\u0644 \u0627\u0644\u062d\u0642 \u0645\u0645\u0646 \u062c\u0627\u0621 \u0628\u0647 \u0645\u0646 \u0634\u0631\u064a\u0641 \u0623\u0648 \u0648\u0636\u064a\u0639. \u0648\u0645\u0646\u0647\u0627 \u0645\u062d\u0628\u0629 \u0627\u0644\u0641\u0642\u0631\u0627\u0621 \u0648\u0645\u062e\u0627\u0644\u0637\u062a\u0647\u0645 \u0648\u0645\u062c\u0627\u0644\u0633\u062a\u0647\u0645. \u0648\u0645\u0646\u0647\u0627 \u0643\u0645\u0627\u0644 \u0627\u0644\u0642\u064a\u0627\u0645 \u0628\u062d\u0642\u0648\u0642 \u0627\u0644\u0625\u062e\u0648\u0627\u0646 \u062d\u0633\u0628 \u0627\u0644\u0625\u0645\u0643\u0627\u0646 \u0645\u0639 \u0634\u0643\u0631 \u0645\u0646 \u0642\u0627\u0645 \u0645\u0646\u0647\u0645 \u0628\u062d\u0642\u0647 \u0648\u0639\u0630\u0631\u0645\u0646 \u0642\u0635\u0651\u064e\u0631. <\/strong><\/p>\n\n\n\n Artinya: \u201cTanda-tanda orang tawadhu\u2019, antara lain, adalah lebih senang tidak dikenal daripada menjadi orang terkenal; bersedia menerima kebenaran dari siapa pun asalnya baik dari kalangan orang terpandang maupun dari kalangan orang yang rendah kedudukannya; mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan duduk bersama mereka; bersedia mengurusi dan menunaikan kepentingan orang lain dengan sebaik mungkin; berterima kasih kepada orang-orang yang telah menunaikan hak yang dibebankan atas mereka, sementara memaafkan mereka yang melalaikannya.\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n Dari keterangan di atas dapat didapat bahwa tanda-tanda orang yang tawadhu\u2019 adalah sebagai berikut: <\/p>\n\n\n\n Pertama<\/strong>, tidak suka atau tidak berambisi menjadi orang terkenal. Orang seperti ini menghindari penonjolan diri atau mencari muka demi meraih popularitas.<\/p>\n\n\n\n Oleh karenanya orang tawadhu\u2019 dapat juga diartikan sebagai orang yang ikhlas bekerja tanpa pamrih untuk mendapatkan ketenaran di tengah-tengah masyarakat, apalagi mengharap pujian.<\/p>\n\n\n\n Kedua,<\/strong> menjunjung tinggi kebenaran dan bersedia menerimanya tanpa memandang hal-hal duniawi, seperti status sosial, dari orang yang menyatakannya.<\/p>\n\n\n\n Hal ini sejalan dengan nasihat Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA yang berbunyi, \u201cLa tandhur ila man qala, wandhur ila ma qala (Jangan melihat siapa yang mengatakan, lihatlah apa yang dikatakannya).”<\/p>\n\n\n\n Ketiga, <\/strong>tidak segan-segan untuk bergaul dengan fakir miskin, dan bahkan secara tulus mencintai mereka. Hal ini persis seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikisahkan dalam kitab Maulid Al-Barzanji, karya Syaikh Ja\u2019far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji, halaman 123, sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n \u201cWakana shallallahu alaihi wassalam syadidal haya\u2019i wattwadhu\u2019i\u2026. yuhibbul fuqara\u2019a wal masakina wayajlisu ma\u2019ahum.\u201d (Rasulullah SAW adalah pribadi yang sangat pemalu dan amat tawadhu\u2019\u2026 beliau mencintai fakir miskin dan tidak segan-segan bergaul dengan duduk bersama mereka.)<\/p>\n\n\n\n Keempat,<\/strong> ringan tangan dalam membantu orang-orang yang memerlukan bantuan sehingga bersedia bertindak atas nama mereka. Ia tidak merasa turun derajat jika yang ia bantu ternyata dari kalangan yang lebih rendah atau orang-orang biasa. Itu artinya orang yang tawadhu\u2019 tidak punya sifat diskriminatif dan membeda-bedakan dalam membantu orang lain.<\/p>\n\n\n\n Kelima,<\/strong> tidak merasa berat untuk mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang telah membantu menunaikan kewajibannya, karena suatu alasan, tanpa memandang status sosialnya.<\/p>\n\n\n\n Ketika ternyata ada yang lalai dalam membatu, ia tidak keberatan untuk memaafkannya. Dengan kata lain orang tawadhu\u2019 adalah orang yang mudah berterima kasih dan muah memaafkan kepada orang lain.<\/p>\n\n\n\n