Pecihitam.org- <\/strong>Niat itu tidak pada ucapan, melainkan dalam hati. Meskipun demikian, karena gerakan hati itu sulit, Maka timbul pertanyaan Dimanakah letak atau tempat niat?. <\/p>\n\n\n\n Para Alim menganjurkan agar di samping niat dalam hati, juga\nsebaiknya dikukuhkan dengan ucapan lisan, sekedar untuk menolong gerakan hati.<\/p>\n\n\n\n Sebaliknya apabila niat hanya diucapkan di mulut saja, sedang hati\ntidak bergerak, maka niat itu tidak sah, sehingga kalau seseorang terlanjur\nbersumpah umpamanya, padahal di dalam hati, ia tidak ada niat bersumpah, maka\nia tidak wajib membayar kafarat dan tidak berdosa.<\/p>\n\n\n\n Jadi apabila ada perbedaan antara ucapan dengan bunyi hati, maka\nyang diperhitungkan adalah bunyi hati. Misalnya, seseorang mengucap : “Aku\nniat shalat fardhu Dzuhur”. Akan tetapi hatinya terucap:”Aku niat\nshalat fardhu Ashar”, maka yang jadi tertunaikan adalah shalat Ashar. Hal\nsemacam ini -gerak hati sebagai pegangan, kalau memang masalahnya tidak\nberhubungan dengan kepentingan sesama manusia. Jika ada hubungannya dengan\nkepentingan sesama manusia, seperti Ikrar, wasiat, thalaq dan sebagainya, maka\nyang menjadi pedoman adalah ucapan, sebab kalau gerak hati yang dipegangi,\norang akan dengan mudahnya mengingkari apa yang telah bergerak dalam hatinya.\n(Moh. Adib Bisri, terjemah al-Fara idul Bahiyyah, <\/em>Menara Kudus, 1977 M,\nhal. 3).<\/p>\n\n\n\n Posisi niat berada di dalam hati. Sedangkan hukum\nmelafalkannya melalui lisan yang berfungsi menolong hati supaya lebih ringan\ndan mudah terkoneksi merupakan kesunnahan. (Lihat: Syekh Burhanuddin Ibrahim\nal-Bajuri, H\u00e2syiyah Ibrahim al-Baj\u00fbr\u00ee, vol: 1, hlm. 145)<\/p>\n\n\n\n Untuk sebagian besar ibadah niat mesti muqtarinan bil\nfi\u2019li<\/em>. Ketika seorang insan hendak sembahyang, ia harus berniat sambil\ntakbiratul ihram. Bahkan, seperti yang dikutip Wahbah al-Zuhaili dalam Fiqhul\nIslam wa Adillatuhu<\/em>, andaikan berniat terlebih dahulu atau tidak\nberbarengan niat dengan takbir, shalatnya dihukumi batal menurut madzhab\nal-Syafi\u2019i. Sementara menurut madzhab lain, masih dianggap sah jika selang waktu\nniat dengan takbir tidak terlalu lama.<\/p>\n\n\n\n Bagi sebagian orang, niat di hati sembari takbir memang tidak\nmudah. Tak heran bila orang yang berpegang teguh pada prinsip ini mengulang\nterus-menerus takbir sampai niat benar-benar tergeletak di hatinya seiring dengan\ntakbir.<\/p>\n\n\n\n Namun pada dasarnya, orang yang tidak mampu berniat dengan model ideal ini diperbolehkan untuk sekadar melafalkan (talaffudh) niat sebelum takbir dan tidak mesti beriringan dengannya. Perihal ini sangat sesuai dengan prinsip Islam yang mudah dan tidak memberatkan. Melalui riwayat Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, \u201cSesungguhnya agama ini mudah,\u201d (HR Al-Bukhari, Ibnu Hibban<\/a>, dan lain-lain).<\/p>\n\n\n\n Maka dari itu Abdurrahman al-Ahdal dalam al-Mawahibus\nSaniyah Syarhul Farahidil Bahiyah<\/em> memperbolehkan orang awam, atau\nmasyarakat yang keberatan melakukan hal ini untuk sekedar melafalkan niat tanpa\nmembatinkannya di dalam hati. Berikut kutipannya:<\/p>\n\n\n\n \u201cPelafalan niat (tentu sebelum takbir) tanpa niat di hati\njelas tidak memadai. Ini berlaku juga meski untuk orang awam. Demikianlah\ndikatakan para ulama. Namun demikian praktik ini tidaklah mudah. Karenanya\npelafalan niat secara lisan tanpa dibarengi niat di hati untuk era sekarang\nterbilang memadai. Maksud kami, di zaman kita ini orang-orang yang tidak shalat\nmalah lebih banyak ketimbang orang yang hanya kurang sempurna shalatnya.\u201d<\/em>\n\nPendapat ini sangat memudahkan bagi sebagian orang\nterlebih lagi di era multikrisis ini. Paling tidak adanya fatwa ini dapat\nmemberi kenyaman bagi orang awam, orang yang merasa kesulitan, atau orang yang\ntidak terbiasa berniat dengan model ideal yang dianjurkan para ulama dulu.\n\n\n\n<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" Pecihitam.org- Niat itu tidak pada ucapan, melainkan dalam hati. Meskipun demikian, karena gerakan hati itu sulit, Maka timbul pertanyaan Dimanakah letak atau tempat niat?. Para Alim menganjurkan agar di samping niat dalam hati, juga sebaiknya dikukuhkan dengan ucapan lisan, sekedar untuk menolong gerakan hati. Sebaliknya apabila niat hanya diucapkan di mulut saja, sedang hati tidak […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":17775,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1691,1695],"tags":[5908],"yoast_head":"\n