Bagi\norang yang menjalankan shalat, dalam niat, ia harus menyertakan kalimat \u0623\u0635\u0644\u064a<\/strong> (saya shalat) dalam hati. Ini untuk\nmenegaskan bahwa ia sekarang sedang menjalankan ibadah shalat, bukan yang lain.<\/p>\n\n\n\n

• Menjalankan fardlu<\/li><\/ul>\n\n\n\n

  Khusus\nuntuk ibadah shalat fardlu, komponen shalat yang tak bisa ditinggal adalah\nmenjelaskan bahwa mushalli (orang yang menjalankan shalat) benar-benar dalam\nrangka melaksanakan fardlu. Sehingga ia wajib menyebut kalimat fardlu (\u0627\u0644\u0641\u0631\u0636)<\/strong><\/p>\n\n\n\n

  • Menjelaskan spesifikasi ibadah yang ia jalankan\n(\u0627\u0644\u062a\u0639\u064a\u064a\u0646)<\/strong><\/li><\/ul>\n\n\n\n

    Ta\u2019yin\natau spesifikasi ini merupakan pembeda antara shalat satu dengan yang lain.\nMisal, dhuhur, asar, maghrib, dan seterusnya.<\/p>\n\n\n\n

    Apabila diilustrasikan secara keseluruhan, di hati orang yang\nmenjalankan shalat fardlu, minimal memuat untaian kalimat berikut (contoh niat\nshalat dhuhur): \u0627\u064f\u0635\u064e\u0644\u0650\u0651\u0649 \u0641\u064e\u0631\u0652\u0636\u064e \u0627\u0644\u0638\u064f\u0651\u0647\u0652\u0631\u0650<\/strong>\n\u201cSaya shalat fardlu dzuhur.\u201d <\/p>\n\n\n\n

    Berikutnya adalah shalat sunnah yang mempunyai waktu seperti\nshalat sunnah qabliyah isya\u2019, shalat dluha dan sebagainya. Komponen niat\nminimal yang wajib dipenuhi pada shalat ini adalah:<\/p>\n\n\n\n

    1. Menyengaja menjalankan kegiatan (\u0642\u0635\u062f \u0627\u0644\u0641\u0639\u0644)<\/strong> <\/li>
    2. Menjelaskan spesifikasi ibadah yang ia jalankan\n(\u0627\u0644\u062a\u0639\u064a\u064a\u0646)<\/strong> <\/li><\/ol>\n\n\n\n

       Jadi,\norang yang shalat qabliyah dzuhur atau tarawih, misalnya, minimal terbersit di\nhatinya susunan kalimat: \u0627\u064c\u0635\u064e\u0644\u0650\u0651\u0649 \u0642\u064e\u0628\u0652\u0644\u0650\u064a\u064e\u0651\u0629\u064e\n\u0627\u0644\u0638\u064f\u0651\u0647\u0652\u0631\u0650\u060c \u0627\u064f\u0635\u064e\u0644\u0650\u0651\u0649\u0652 \u0627\u0644\u062a\u064e\u0651\u0631\u064e\u0627\u0648\u0650\u064a\u0652\u062d\u064e<\/strong> \u201cAku shalat qabliyah\ndzuhur\u201d, \u201cAku shalat tarawih.\u201d\n\nYang terakhir, shalat sunnah mutlak, yaitu shalat sunnah yang tidak\nterikat dengan waktu tertentu. Maka, dalam niat hanya perlu menyebut\npenyengajaan melaksanakan shalat saja (\u0642\u0635\u062f \u0627\u0644\u0641\u0639\u0644)<\/strong>.\nSehingga, apabila ada orang ingin shalat sunnah mutlak, andai saja hatinya\nbergerak membaca ushalli saja, tanpa tambahan kalimat apa pun, sudah sah.
       
       \nKembali perlu diketahui, ini adalah batasan standar\nminimal. Artinya, jika orang yang shalat menggerakkan hati dengan susunan yang\nlebih lengkap, tentu lebih baik. Karena hal tersebut akan mendapatkan\nkesunnahan yang berlipat.\n\n\n\n<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

       Pecihitam.org- Ulama berbeda pendapat tentang apakah Niat Termasuk Rukun Ataukah Syarat?, Segolongan Ulama berpendapat, bahwa niat itu termasuk rukun, sebab niat sholat misalnya, adalah termasuk dalam dzat sholat itu, Ulama yang lain mengatakan, bahwa niat termasuk syarat, sebab kalau niat termasuk rukun, maka harus pula diniati, Jadinya niat diniati. Menurut imam al-Ghazaliy, \u201cDiperinci\u201d. Kalau puasa; […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":17778,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1691],"tags":[5909],"yoast_head":"\n