PeciHitam.org \u2013 <\/strong>Sebelum membahas hukum jual beli pupuk kandang lebih lanjut, perlu dijelaskan terlebih dahulu, pupuk kandang merupakan olahan kotoran hewan, (biasanya ternak) yang dicampurkan pada tanah untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah.<\/p>\n\n\n\n Pupuk kandang seperti\nhalnya pupuk organik seperti kompos dan pupuk hijau dengan manfaat utama pupuk\nkandang ialah mempertahankan struktur fisik tanah sehingga tanaman dapat tumbuh\nsecara baik dengan menyerap nutrisi dari tanah yang dicampur pupuk tersebut.<\/p>\n\n\n\n Tentang hukum\njual beli pupuk kandang dalam islam, para ulama berbeda pendapat perihal status\npupuk kandang itu sendiri.<\/p>\n\n\n\n Sebagian ulama\nseperti Syafi\u2019iyah dan Hanafiyah berpendapat bahwa seluruh kotoran binatang dan\nkencingnya merupakan najis, sedangkan ulama-ulama lain seperti Malikiyah dan\nHanabilah berpendapat bahwa air kencing dan kotoran binatang yang halal dimakan\ntidaklah najis.<\/p>\n\n\n\n Menurut\npendapat yang membolehkan tersebut yang dimaksud najis disini ialah air kencing\ndan kotoran yang berasal dari manusia atau dari binatang yang tidak boleh\ndimakan atau haram dagingnya.<\/p>\n\n\n\n Jadi menurut pendapat\nMalikiyah dan Hanabilah jika pupuk kandang tersebut berasal dari binatang yang\nboleh dimakan dagingnya maka hukumnya boleh diperjual belikan karena memang\npupuk tersebut tidak najis.<\/p>\n\n\n\n Sedangkan\nmenurut pendapat Syafi\u2019yah dan Hanafiyah meskipun mengatakan pupuk tersebut\nnajis, akan tetapi sebagian pendapatnya membolehkan untuk memperjual belikan\ndan menggunakannya karena dianggap bermanfaat khususnya bagi para petani. <\/p>\n\n\n\n Adapun\nperbedaan ulama dalam menentukan status hukum jual beli pupuk kandang ketika\npupuk tersebut dihukumi najis adalah sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n Menurut pendapat\nHanafiyah dan sebagian dari ulama Malikiyah seperti Ibnu Majisyun, menjelaskan\nbahwa boleh menggunakan dan memperjual belikan pupuk yang najis dan yang tidak\nboleh hanyalah kotoran manusia yang tidak tercampur dengan tanah.<\/p>\n\n\n\n \u0648\u0643\u0630\u0644\u0643 \u0628\u064a\u0639 \u0627\u0644\u0633\u0631\u0642\u064a\u0646 \u062c\u0627\u0626\u0632 \u0648\u0625\u0646 \u0643\u0627\u0646 \u062a\u0646\u0627\u0648\u0644\u0647 \u062d\u0631\u0627\u0645\u0627 \u0648\u0627\u0644\u0633\u0631\u0642\u064a\u0646 \u0645\u062d\u0631\u0645 \u0627\u0644\u0639\u064a\u0646 \u0648\u0645\u0639\n\u0630\u0644\u0643 \u0643\u0627\u0646 \u0628\u064a\u0639\u0647 \u062c\u0627\u0626\u0632\u0627<\/strong><\/p>\n\n\n\n Artinya: \u201cBegitu\njuga dibolehkan jual beli pupuk (najis), walaupun hal itu haram untuk dimakan,\ndan haram dzatnya, walaupun begitu, jual beli pupuk tersebut dibolehkan.\u201d\n(Lihat: al-Mabsuth, 24:27, as-Sarakhsi) <\/p>\n\n\n\n Dalil dari hal\ntersebut diantanya ialah:<\/p>\n\n\n\n Pertama, pupuk\ntersebut sangat bermanfaat bagi para petani dan mereka sangat membutuhkannya\nuntuk menyuburkan tanaman.<\/p>\n\n\n\n Kedua, sejarah\npenggunaan pupuk yang demikian sudah berlangsung lama secara turun temurun di\nmasyarakat dan tidak ada satupun yang mengingkarinya yang mana menunjukkan\nboleh.<\/p>\n\n\n\n Ketiga,\nberdasakan kaidah fikih yang berbunyi:<\/p>\n\n\n\n \u0627\u0644\u0645\u0634\u0642\u0629 \u062a\u062c\u0644\u0628 \u0627\u0644\u062a\u064a\u0633\u064a\u0631<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n Artinya: \u201cSuatu\nkondisi yang susah bisa mendatangkan suatu kemudahan.\u201d<\/p>\n\n\n\n Keempat,\nberdasakan kaidah fikih yang berbunyi:<\/p>\n\n\n\n \u0648\u0625\u0630\u0627 \u0636\u0627\u0642 \u0627\u0644\u0623\u0645\u0631 \u0627\u062a\u0633\u0639<\/strong><\/strong><\/p>\n\n\n\n Artinya: \u201cSuatu\nkondisi yang sempit bisa mendatangkan keluasan di dalam perbuatan.\u201d<\/p>\n\n\n\n Tidak boleh\nmenggunakan pupuk najis, akan tetapi boleh menggunakan sesuatu yang mutanajis\natau yang terkena najis seperti halnya pupuk najis yang dicampur dengan air\nkemudian air tersebut digunakan sebgai pupuk. (Lihat: Manhu al-Jalil, 1:55-56,\nMuhammad Ulays)<\/p>\n\n\n\n Pendapat mayoritas\nulama Malikiyah berdasarkan riwayat yang masyhur, Syafi\u2019iyah dan Hanabilah\nialah tidak boleh memperjual belikan kotoran hewan yang najis.<\/p>\n\n\n\n Adapun untuk\nSyafi\u2019iyah berpendapat boleh menggunakan pupuk najis namun tidak boleh memperjual\nbelikannya.<\/p>\n\n\n\n Imam Nawawi menjelaskan\nbahwa:<\/p>\n\n\n\n