Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":1815,"date":"2018-02-06T14:07:01","date_gmt":"2018-02-06T14:07:01","guid":{"rendered":"http:\/\/pecihitam.org\/?p=1815"},"modified":"2018-02-06T14:07:01","modified_gmt":"2018-02-06T14:07:01","slug":"mengapa-kita-menggunakan-awalan-sayyidina-dan-maulana-untuk-nama-rasulullah-saw","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/mengapa-kita-menggunakan-awalan-sayyidina-dan-maulana-untuk-nama-rasulullah-saw\/","title":{"rendered":"Mengapa Kita Menggunakan Awalan Sayyidina dan Maulana Untuk Nama Rasulullah SAW?"},"content":{"rendered":"

Pecihitam.org<\/strong> – Sebagian dari kaum Wahabi juga membid\u2018ahkan panggilan Sayidina atau Maulana di depan nama Muhammad Rasulullah Saw. Bahkan Khalid Basalamah di salah satu Ceramahnya di Youtube mengatakan bahwa Menggunakan “Sayyidina” adalah merendahkan derajat Nabi. Hal Ini sangat berkaitan dengan lemahnya kesediaan kaum Wahabi untuk melihat sisi batin tentang penghormatan kepada Rasulallah Saw.<\/p>\n

Allah Swt. memerintahkan umat Islam agar menjunjung tinggi martabat Rasulullah Saw., menghormati dan memuliakan beliau, bahkan melarang kita memanggil atau menyebut nama beliau dengan cara sebagaimana kita menyebut nama orang di antara sesama kita. Larangan tersebut tidak berarti lain, kecuali untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan Rasulallah Saw.<\/p>\n

Allah Swt. berfirman:<\/p>\n

\u0644\u064e\u0627 \u062a\u064e\u062c\u0652\u0639\u064e\u0644\u064f\u0648\u0627 \u062f\u064f\u0639\u064e\u0627\u0621\u064e \u0627\u0644\u0631\u0651\u064e\u0633\u064f\u0648\u0644\u0650 \u0628\u064e\u064a\u0652\u0646\u064e\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0643\u064e\u062f\u064f\u0639\u064e\u0627\u0621\u0650 \u0628\u064e\u0639\u0652\u0636\u0650\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0628\u064e\u0639\u0652\u0636\u064b\u0627 \u06da \u0642\u064e\u062f\u0652 \u064a\u064e\u0639\u0652\u0644\u064e\u0645\u064f \u0627\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u064f \u0627\u0644\u0651\u064e\u0630\u0650\u064a\u0646\u064e \u064a\u064e\u062a\u064e\u0633\u064e\u0644\u0651\u064e\u0644\u064f\u0648\u0646\u064e \u0645\u0650\u0646\u0652\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0644\u0650\u0648\u064e\u0627\u0630\u064b\u0627 \u06da \u0641\u064e\u0644\u0652\u064a\u064e\u062d\u0652\u0630\u064e\u0631\u0650 \u0627\u0644\u0651\u064e\u0630\u0650\u064a\u0646\u064e \u064a\u064f\u062e\u064e\u0627\u0644\u0650\u0641\u064f\u0648\u0646\u064e \u0639\u064e\u0646\u0652 \u0623\u064e\u0645\u0652\u0631\u0650\u0647\u0650 \u0623\u064e\u0646\u0652 \u062a\u064f\u0635\u0650\u064a\u0628\u064e\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0641\u0650\u062a\u0652\u0646\u064e\u0629\u064c \u0623\u064e\u0648\u0652 \u064a\u064f\u0635\u0650\u064a\u0628\u064e\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0639\u064e\u0630\u064e\u0627\u0628\u064c \u0623\u064e\u0644\u0650\u064a\u0645\u064c<\/p>\n

\u201cJanganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.\u201d. (QS. An-Nur: 63).<\/p>\n

Mengenai ayat An-Nur ini, Ash-Shawi mengatakan<\/strong>:<\/p>\n

\u201cMakna ayat itu ialah janganlah kalian memanggil atau menyebut nama Rasulallah Saw. cukup dengan nama beliau saja, seperti \u2018Hai Muhamad\u2019 atau cukup dengan nama julukannya saja \u2018Hai Abul Qasim.\u2019 Hendaklah kalian menyebut namanya atau memanggilnya dengan penuh hormat, dengan menyebut kemuliaan dan keagungannya.<\/p>\n

Jadi, tidak patut bagi kita menyebut nama beliau Saw. tanpa menunjukkan penghormatan dan pemuliaan kita kepada beliau Saw., baik dikala beliau masih hidup di dunia maupun setelah beliau kembali keharibaan Allah Swt. Yang sudah jelas ialah, orang yang tidak mengindahkan ayat tersebut, berarti tidak mengindahkan larangan Allah dalam Al-Quran. Sikap demikian bukanlah sikap orang beriman.\u201d<\/p>\n

Syeikh Muhamad Sulaiman Faraj dalam risalahnya Dala\u2019ilul-Mahabbah Wa Ta\u2019dzimul-Maqam Fis-Shalati Was-Salam an Sayidil-Anam dengan tegas mengatakan:<\/p>\n

\u201cMenyebut nama Rasulallah Saw. dengan tambahan kata Sayidina (junjungan kita) di depannya merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim yang mencintai beliau Saw. Sebab kata tersebut menunjukkan kemuliaan martabat dan ketinggian kedudukan beliau. Allah Swt. memerintahkan umat Islam supaya menjunjung tinggi, menghormati dan memuliakan martabat Rasulallah Saw.. Bahkan, melarang kita memanggil atau menyebut nama beliau dengan cara sebagaimana kita menyebut nama orang diantara sesama kita. Larangan tersebut tidak berarti lain, kecuali untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan Rasulallah Saw”<\/p>\n

Dalam kitab Al-Iklil Fi Istinbathit-Tanzil Imam Suyuthi menulis:<\/p>\n

\u201cDengan turunnya ayat tersebut, Allah melarang umat Islam menyebut atau memanggil beliau Saw. hanya dengan namanya. Tapi harus menyebut atau memanggil beliau dengan Ya Rasulallah atau Ya Nabiyullah. Menurut kenyataan sebutan atau panggilan demikian itu tetap berlaku, kendati beliau telah wafat.\u201d<\/p>\n

Dalam kitab Fathul Bari syarh Sahih Bukhari juga terdapat penegasan seperti tersebut di atas. Keterangan sebuah riwayat berasal dari Ibnu Abbas r.a. menegaskan hal ini:<\/p>\n

\u201cSebelum ayat tersebut turun, kaum Muslimin memanggil Rasulallah Saw. hanya dengan \u2018Hai Muhamad,\u2019 \u2018Hai Ahmad,\u2019 \u2018Hai Abul-Qasim\u2019 dan lain sebagainya. Dengan menurunkan ayat itu Allah Swt. melarang mereka menyebut atau memanggil Rasulallah Saw. dengan ucapan-ucapan tadi. Mereka kemudian menggantinya dengan kata-kata: Ya Rasulallah, dan Ya Nabiyullah.\u201d<\/p>\n

Ayat-ayat lain yang berkaitan gelar sayid untuk pribadi seseorang, antara lain:<\/p>\n

Allah Swt. menyebut Nabi Yahya a.s. dengan predikat sayid, \u201c\u2026Allah memberi kabar gembira kepadamu (Hai Zakariya) akan kelahiran seorang puteramu, Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang dari) Allah, seorang sayid (terkemuka, panutan), (sanggup) menahan diri (dari hawa nafsu) dan Nabi dari keturunan orang-orang saleh\u201d. (QS Ali-Imran[3]:39)<\/p>\n

Para penghuni neraka pun menyebut orang-orang yang menjerumuskan mereka dengan istilah saadat (jamak dari kata sayid) \u201cDan mereka (penghuni neraka) berkata, \u2018Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpin (sadatanaa jamak dari sayid) dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar\u201d. (QS. Al-Ahzab [33]:67).<\/p>\n

Seorang suami dapat disebut dengan kata sayid, sebagaimana firman Allah Swt., \u201cWanita itu menarik qamis (baju) Yusuf dari belakang hingga koyak, kemudian kedua-duanya memergoki sayid (suami) wanita itu didepan pintu\u201d. (QS Yusuf [12]:25).<\/p>\n

Sedang dalam hadis, antara lain disebutkan:<\/p>\n