Pecihitam.org <\/strong>– Sebagai bentuk tasawuf yang melembaga, tarekat<\/a><\/strong> ini merupakan kelanjutan dari pengikut sufi yang terdahulu. Perubahan tasawuf ke dalam tarekat sebagai lembaga dapat dilihat dari perseorangannya, yang kemudian berkembang menjadi tarekat yang lengkap dengan simbol-simbol dan unsurnya.<\/p>\n\n\n\n Tarekat Shuhrawardiyah (w. 1168 M.) misalnya dinisbahkan pada Diya al-Din Abu Najib al-Suhrawardi. Qadariyah dinisbahkan pada Abdul Qadir Jaelani (w.1166 H.) Rifaiyah dinisbahkan pada Ahmad Ibn al-Rifa\u2019i (w. 1182), Jasafiyah dinisbahkan pada Ahmad al-Jasafi (w.1166 M.) Sadziliyah dinisbahkan pada Abu Madyan Shuhaib (w. 1258), Mauliyah dinisbahkan pada Jalaluddin Rumi (w.1273). <\/p>\n\n\n\n Dari sekian banyak aliran tarekat tersebut terdapat sekurang-kurangnya tujuh aliran tarekat yang berkembang di Indonesia, yaitu tarekat Qadariyah, Rifaiyah, Naqsyabandiyah, Sammaniyah, Khalwatiyah, al-Hadad, dan tarekat Khalidiyah. <\/p>\n\n\n\n 1. Tarekat Qadiriyah<\/strong><\/p>\n\n\n\n Tarekat Qadiriyah didirikan oleh Syaikh Abdul Qadir Jaelani <\/a><\/strong>(1077-1166) yang sering pula disebut al-Jilli. Tarekat ini banyak tersebar di dunia Timur, Tiongkok, sampai ke pulau Jawa. <\/p>\n\n\n\n